Luka agama akibat peristiwa Galileo masih terasa mungkin hingga saat ini dan mungkin bagi beberapa generasi yang akan datang,KECUALI ada keberanian untuk menganalisis peristiwa itu dengan cara pandang yang revolusioner dan mendobrak stigma atau bingkai yang seperti sudah terlanjur 'terpasang dari generasi ke generasi' yang menancapkan agama di dinding pengadilan sains sebagai 'sang terdakwa'.betulkah agama pantas di pasang di dinding pengadilan sains dengan status seperti itu ?
.........
Ingatan saya ke peristiwa itu kembali terkuak bermula dari komen seorang rekan Kompasioner yang ketika beradu argument menyatakan ;
'Agama pun bisa salah contohnya kasus ilmuwan Galileo galilei yang dihukum dipenjara sampai mati adalah contoh klaim kebenaran adalah milik tunggal agama,siapapun yang berseberangan harus disingkirkan'
Lama saya merenungi kalimat yang di ucapkan rekan saya itu karena saya menangkap suatu yang sangat ganjil didalamnya.ia mengatakan 'agama pun bisa salah'.
Betulkah agama bisa salah atau jangan jangan para juru tafsir agama yang mungkin bisa salah ? Itu inti persoalan yang menjadi bahan pemikiran dan yang ingin saya sampaikan
Karena bila 'agama bisa salah' berarti otomatis Tuhan pun bisa salah karena agama itu bukan produk SDM manusia melainkan suatu yang diturunkan Tuhan dan karenanya disebut 'konsep Ilahiah'. Kecuali 'agama agama' mitos ciptaan manusia yang dulu ditentang para rasul karena berlawanan dengan akal sehat, itu memang bisa disebut sebagai 'agama budaya' karena merupakan produk imajinasi manusia
Sebab itu bila pertanyaan diatas itu langsung kita arahkan pada Tuhan maka; apakah yang bisa salah itu Tuhan atau para juru tafsirnya ?
Contoh,dalam kasus Galileo yang lalu dihukum mati yang salah itu pandangan Tuhan ataukah pandangan para pendeta saat itu yang mengklaim sebagai para juru tafsirnya itu ? Sebab jangan jangan mereka yang salah dalam menafsirkan ayat ayatnya.karena masakan Tuhan yang menciptakan alam semesta bisa salah dalam mendeskripsikan ciptaannya,.. Itu yang selalu menjadi bahan pertimbangan saya
Saya pun lalu napak tilas mencoba meng ingat ingat kembali ayat demi ayat atau firman firman Tuhan yang pernah saya baca mulai dari Taurat (perjanjian lama) hingga ke Injil hingga ke Al qur'an bahkan hingga ke al hadits, rasanya seingat saya tak ada satu pun yang secara saklek-secara tersurat menyatakan bahwa bumi secara astronomis adalah pusat alam semesta !
Lalu siapa yang mengatakan bahwa pandangan agama berseberangan dengan pandangan Galileo ? Apakah pandangan para pendeta saat itu harus dianggap sebagai pandangan agama dan artinya idem pandangan Tuhan pula ?
Lalu kenapa dalam kasus Galileo agama seolah dijadikan tertuduh-dihujat dan lantas di vonis bersalah karena dianggap memiliki pandangan yang berlawanan dengan sains.padahal yang berlawanan dengan pandangan Galileo saat itu adalah pandangan para pendeta-bukan pandangan Tuhan