Mohon tunggu...
Ujang Ti Bandung
Ujang Ti Bandung Mohon Tunggu... Wiraswasta - Kompasioner sejak 2012

Mencoba membingkai realitas dengan bingkai sudut pandang menyeluruh

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Mengapa Sulit Mencari Kebenaran di ILC ?

22 Agustus 2018   14:28 Diperbarui: 23 Agustus 2018   15:22 657
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Images: nusantaranews.com

ILC bisa disebut forum debat paling prestisius di Indonesia karena yang dihadirkan disana sebagai panelis bukan orang orang biasa tapi orang orang yang memang memiliki kualitas secara intelektual dan ahli di bidangnya masing masing disamping ada yang berkedudukan tinggi di masyarakat. walau kadang diselipkan 'pelawak' mungkin sekedar untuk memeriahkan suasana. dan tema tema yang dihadirkan adalah tema tema aktual yang lalu di analisis disana oleh orang orang dari berbagai sisi-sudut pandang dengan kacamata sudut pandang yang bisa berbeda beda

Tetapi tahukah anda bahwa betapa sulitnya mencari kebenaran di ILC,mencari kebenaran disana kadang seperti mencari jarum di tumpukan jerami atau kadang seperti bermain petak umpet karena kita tidak tahu dimana kebenaran itu adanya sebab itulah; karena tiap orang cenderung mengungkap pandangan yang berbeda beda

Mengapa kebenaran kadang sulit ditemukan disana,..karena tidak seperti 2x2=4 yang semua orang lalu bersepakat menerima dan itu menjadi ciri dari kebenaran 'hakiki' atau 'obyektif' dan sampai sekarang proposisi serta derajatnya itu tak berubah.tapi di ILC tiap panelis terbiasa mengungkap pandangan yang berbeda beda dan kadang berlawanan dengan panelis lain lalu mereka terlibat dalam perdebatan yang seperti tak berujung dengan kadang unsur emosi ikut bermain sehingga panelis yang tengah berbicara kadang di potong ditengah pembicaraannya dengan nada penuh emosi.dan bila dua fihak sudah terlibat perdebatan emosional maka itu bisa menjadi suatu pertanda bahwa yang dicari orang di ILC memang bukan semata kebenaran tetapi kadang hanya sekedar kemenangan atau posisi agar tidak nampak melorot-ambruk

Itulah, adanya kontradiksi-perbedaan pandangan-perdebatan hingga puncaknya adalah pertikaian yang membuat peserta ter polarisasi kepada dua kutub-dua kubu yang memperlihatkan dua visi serta dua kepentingan berbeda. semua itu menunjukkan bahwa bukan hanya kebenaran yang bermain di ILC tetapi juga ketidak benaran.mengapa ? sebab bila hanya kebenaran yang bermain disana maka tidak akan ada itu saling benturan pandangan yang lalu memicu perdebatan

Para panelis yang hadir pun ketahuan ternyata bukan orang orang yang polos dari kepentingan.itu dapat kita ketahui setelah melihat bahwa ternyata mereka menyuarakan kepentingan kubu politik tertentu atau orang yang ditengarai memperlihatkan ambisi akan kedudukan.ini poin lain yang membuat kebenaran menjadi makin sulit dicari.apalagi kepentingan duniawi dengan kebenaran itu sudah umum ketahui sejak zaman dahulu kala sering saling memunggungi-tak mau saling bersahabat

Kadang muncul sosok tertentu yang diharapkan publik menyuarakan kebenaran-bebas kepentingan.awal mulanya nampak netral tapi di di ujung ternyata malah memperlihatkan keberfihakan pada kelompok tertentu dan memperlihatkan kebencian pada fihak lain sehingga gagal menjadi 'parameter kebenaran' ILC


Fenomena R G

Muncul panelis seperti Rocky gerung yang argumentasinya nampak memperlihatkan kualitas intelektual seorang akademisi karena beliau memang selalu mengatas namakan pandangan akademik.tapi lagi lagi saya masih selalu sangsi bahwa kebenaran lalu akan dapat dihadirkannya,mengapa ? karena bingkai akademik yang di pakai nya kadang terlalu berpijak pada kaidah akademik baku yang terlalu steril dari pertimbangan pertimbangan lain yang non akademik.kelemahannya terlihat misal ketika masuk ke membahas persoalan metafisik. 

Rocky gerung misal pernah menyebut kitab suci sebagai 'fiksi' yang lalu memicu kontroversi itu.mungkin tujuannya baik-ingin menjelaskan kitab suci dengan bahasa serta kaidah ilmiah yang netral-tidak mengacu pada kepercayaan atau keyakinan tertentu.tetapi beliau mungkin lupa bahwa kata 'fiksi' sudah terlanjur melekat dalam persepsi publik sebagai kata yang diparalelkan dengan dunia imajinasi.dan dunia imajinasi itu bukan ciptaan Tuhan tetapi produk alam fikiran manusia sehingga kebenarannya relatif-bisa benar dan bisa salah beda dengan karakter kebenaran kitab suci yang digambarkan Tuhan.

Sehingga istilah 'fiksi' itu keliru kalau di definisikan sebagai 'baik' juga tak berarti harus didefinisikan sebagai 'salah atau buruk'. Makna 'fiksi' hanya harus diparalelkan dengan produk alam fikiran bebas manusia dan itu bukan instrument keilmuan yang tepat untuk memaknai kitab suci.dengan kata lain, fiksi itu karena sifat nya yang relatif maka ia tak bisa menjadi instrument pengetahuan baku.

Fiksi tak bisa dibakukan sebagai 'baik' misal karena dari wilayah fiksi bisa berhamburan imajinasi imajinasi liar. artinya fiksi bisa mengarah ke 'kiri' atau ' kanan'

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun