Mohon tunggu...
Ujang Ti Bandung
Ujang Ti Bandung Mohon Tunggu... Kompasioner sejak 2012

Mencoba membingkai realitas dengan bingkai sudut pandang menyeluruh

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Kebenaran Hakiki Itu Ada dan Hanya Satu

11 Juli 2013   10:23 Diperbarui: 24 Juni 2015   10:42 7610
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13735137122039175592

[caption id="attachment_274194" align="aligncenter" width="300" caption="images : yrbloger.wordpress.com"][/caption]

.....

‘kebenaran hakiki’ definisi pengertiannya merujuk kepada suatu yang bersifat tetap-baku-hakiki-tak bisa berubah dan tak ada sesuatu pun yang bisa merubahnya kecuali tentu sang penciptanya,sehingga pengertiannya diparalelkan dengan ‘kebenaran yang sesungguhnya’ - ‘kebenaran sejati’

Kebenaran hakiki itu juga merupakan suatu yang otonom dari manusia dalam arti tidak bergantung kepada pandangan - persepsi manusia,sebagai contoh : apapun pandangan manusia terhadap realitas adanya kematian dibalik kehidupan maka realitas adanya kematian dibalik kehidupan itu akan tetap ada, tak akan berubah menjadi tidak ada,apapun pandangan manusia terhadap hakikat api maka hakikat api tidak akan berubah,apapun pandangan manusia terhadap alam semesta serta berbagai organnya hakikat alam semesta yang mekanistis tetaplah tidak akan berubah

Kebenaran hakiki itu pun bersifat tunggal - menyatu dalam arti tak ada unsur - perkara lain yang bisa menyaingi serta mengatasi nya sehingga meruntuhkan (derajat ke hakiki an) nya,sehingga mustahil ada dua atau lebih hal yang essensinya serba berlawanan yang sama sama benar secara hakiki,seperti api itu hakikatnya panas sebab itu bila ada pernyataan yang menyebut ‘hakikat api dingin’ maka pernyataan itu tak bisa disebut ‘sama benar’ dengan pernyataan yang menyebut hakikat api sebagai panas

Karena bersifat tunggal maka hakikat itu tak bisa diruntuhkan oleh suatu penampakan lahiriah yang ber aneka warna - ber aneka wajah,misal : hakikat Tuhan itu satu sehingga bila di alam lahiriah ada banyak golongan manusia yang menyebut serta menyembah tuhan secara berbeda beda maka itu bukan berarti hakikat Tuhan itu banyak,sehingga kita harus berfikir : mana Tuhan yang sebenarnya hakiki (?) ...

(dengan kata lain hakikat Tuhan hanya mungkin ada satu sebagaimana mustahilnya keserba tertataan alam semesta di kendalikan oleh dua atau lebih konsep yang berbeda yang berasal dari dua atau lebih fikiran tuhan yang berlainan,sehingga bila tuhan nampak 'banyak' maka itu pasti adalah hasil persepsi manusiawi,dan mengapa ada utusan Tuhan yang mendeskripsikan konsep Tuhan yang esa tiada lain agar manusia tidak tersesat oleh persepsi persepsi manusiawi yang keliru dalam hal masalah ketuhanan)

.....

Sehingga suatu yang pada permukaannya dipandang orang sebagai suatu yang ‘nampak sama’ atau ‘nampak berbeda’ tak bisa lantas  secara otomatis dikatakan hakikatnya semua sama atau hakikatnya semua berbeda

Sehingga karena bersifat tunggal dalam artian tak ada unsur lain yang bisa meruntuhkan derajat ke hakikian nya maka kebenaran hakiki itu pengertiannya menjadi identik dengan kebenaran yang bersifat mutlak

Kebenaran hakiki itu tidak diciptakan oleh manusia artinya ia tidak bergantung kepada eksistensi manusia,keberadaan planet planet itu andaikan tak pernah ditemukan oleh manusia maka hakikatnya ia akan tetap ada,dalam arti manusia hanyalah penangkap ‘ada’ nya planet planet bukan ‘pencipta’ hakikat keberadaan planet planet

Atau andai kata anda tidak pernah ada atau tidak pernah dilahirkan maka hakikat api tetaplah panas dan ketika anda dilahirkan anda hanya menangkap hakikat api bukan menciptakan hakikat api,dengan kata lain manusia adalah ‘penangkap’ hakikat bukan ‘pencipta’ hakikat,sebab bila manusia pencipta hakikat maka ia bisa merubah hakikat yang sudah ada dan menggantinya dengan hakikat yang baru

Sebab itu untuk menangkap dan memahami definisi ‘kebenaran hakiki’ maka kita harus berupaya menempatkannya sebagai suatu yang otonom - diluar manusia dengan jalan melepaskannya dari berbagai atribut tambahan yang disematkan oleh berbagai persepsi manusiawi

Manusia diberi seperangkat peralatan yang bersifat fisik dan non fisik untuk menangkap dan memahami serta meyakini adanya kebenaran yang bersifat hakiki itu,yaitu dunia indera-akal dan hati,dunia indera untuk menangkap fakta lahiriah - empirik,akal untuk menangkap hakikat adanya konstruksi dibalik yang nampak serta hati untuk menangkap hakikat adanya unsur yang bersifat personal

Dengan dunia indera kita maka kita bisa menangkap adanya suatu yang tetap - baku tak berubah mulai dari awal mula pertama kehidupan di bumi ada hingga hari ini yaitu adanya perputaran antara siang - malam,adanya kehidupan yang berakhir dengan kematian,adanya pergantian dari muda menjadi tua, sifat api yang tetap panas,unsur unsur dasar pembentuk tanah,udara,air dan api yang tetap ,termasuk bentuk wujud tubuh manusia serta binatang binatang,serta teramat banyak hal hal yang bersifat TETAP lainnya yang manusia bisa temukan termasuk yang manusia temukan dalam dunia sains seperti ketetapan yang membentuk hukum fisika

Dengan akal nya manusia bisa menangkap bahwa dibalik konstruksi hukum kehidupan dualistik yang serba tetap yang menata kehidupan manusia sehingga dunia berputar antara siang - malam,dari kehidupan ke kematian,atau adanya mekanisme yang menata alam semesta sedemikian rupa sehingga kehidupan menjadi sedemikian tertata nya itu pasti adanya sang peñata-sang desainer sebab mustahil wujud keserba tertataan itu bisa berasal dari kebetulan,dan akal bisa memastikan adanya sang desainer itu walaupun sang desainer itu bersifat abstrak sebab rumusan akal tidaklah sepenuhnya bergantung pada bukti tangkapan indera yang langsung,kepastian yang ditangkap akal itu disebut ‘kebenaran rasional’

Dengan hatinya maka manusia bisa menangkap adanya wujud personal yang bukan manusia yang serba maha yang memiliki kehendak serta maksud tujuan tertentu dibalik semua yang diciptakannya secara tertata sebab sebagaimana juga semua beragam wujud benda yang memiliki bentuk yang serba tertata yang ada di alam nyata mustahil bisa terlahir dengan sendirinya melainkan berasal dari desain fikiran manusia yang mana dibalik itu tersembunyi kehendak kehendak manusia,dibalik kursi ada gambaran tentang kehendak manusia untuk maksud tujuan apa kursi itu dibuat,demikian apalagi dengan wujud benda lain seperti kendaraan bermotor atau sebuah komputer.

Dan Itulah dunia alam lahiriah menjadi cermin dari difahaminya dunia alam abstrak oleh peralatan penangkap dunia abstrak yang ada pada diri manusia

Nah bentuk kebenaran seperti ini sebenarnya yang ingin digambarkan seorang Socrates kepada kaum Sopies yang senantiasa berpandangan bahwa kebenaran itu bersifat ‘relatif’,dan kebenaran seperti ini pula yang mulai ditinggalkan kembali oleh para filosof pos mo yang alur pemahamannya terhadap kebenaran kembali ke alam fikiran kaum Sopies

Nah kebalikan dari kebenaran hakiki adalah sesuatu yang tidak hakiki - sesuatu yang bersifat relative (yang orang sebut sebagai ‘kebenaran relative), misal, persepsi-gambaran-khayalan manusiawi atau segala suatu yang ada atau berputar dalam alam fikiran manusia yang bisa berubah ubah dari waktu ke waktu atau berbeda beda dari satu orang ke orang lain,dan bentuk kebenaran yang bersifat relative diantaranya adalah isme (gambaran ‘kebenaran’ menurut kacamata sudut pandang manusia) yang sebagaimana kita tahu senantiasa berubah ubah dari zaman ke zaman,di saat tertentu faham rasionalisme dianggap merupakan ‘parameter kebenaran’ dan setelah berbagai problematika tak bisa di selesaikan oleh faham itu maka para pemikir membuat kacamata sudut pandang atau isme lain

Jadi yang bersifat relative itu sebenarnya bukanlah kebenaran nya itu sendiri tetapi pandangan manusia terhadap kebenaran yang adalah berbeda beda dari satu kepala ke kepala lainnya,sehingga bila kita ingin berpegang pada kebenaran yang sejati tentu kita jangan bersandar pada segala suatu yang hanya beredar dalam kepala manusia tetapi harus bersandar kepada suatu yang ada diluar kepala manusia

Makna ‘kebenaran hakiki’ akan selalu berkaitan dengan dunia abstrak-dunia tak kasat mata sebab dunia alam lahiriah adalah limpahan dari dunia abstrak-gaib,atau dengan kata lain perwujudan dari sebuah eksistensi yang bersifat abstrak yang ada di dunia gaib,sebagaimana contoh analoginya, seorang ibu yang mengurusi anak anaknya dengan telaten tanpa rasa lelah adalah limpahan dari adanya suatu yang bersifat abstrak yang ada dalam hatinya yiatu : adanya rasa cinta kasih sayang,sepasang manusia yang bersatu dalam rumah tangga di ikat oleh suatu yang bersifat abstrak : rasa saling mencintai,seorang pelukis menorehkan sesuatu yang bersifat abstrak kedalam kanvas nya dan banyak lagi contoh lain yang bila ditelusuri hingga ke asal muasalnya yang terdalam semua yang bersifat lahiriah itu berasal dari yang abstrak-non fisik-bersifat fikiran

Dengan kata lain yang abstrak - gaib adalah tempat menapak atau melekatnya segala suatu yang bersifat lahiriah sebagaimana tembok sebuah gedung besar yang nampak mata melekat pada konstruksi besi beton yang tak nampak langsung,sehingga segala suatu yang bersifat lahiriah itu hakikatnya bisa difahami dengan jalan menelusuri sebab - akibatnya hingga ke dunia abstrak

Sebab itu akan sulit memahami apa itu makna ‘kebenaran hakiki’ bagi seorang yang terlalu terbiasa menggunakan kacamata metodologi sains untuk melihat dan menilai segala suatu,sehingga ia selalu menuntut bukti empirik yang mutlak langsung terhadap segala suatu yang berhubungan dengan problem keilmuan padahal pengertian ‘kebenaran hakiki’ itu bersifat abstrak serta terletak pada hal hal yang bersifat abstrak

Sebagai contoh, seorang ayah yang memukuli anaknya maka tidak salah bila kita mengatakan : ‘hakikatnya ia sebenarnya menyayangi anaknya’,tetapi apa yang ada dihatinya itu tidak bisa dibuktikan melalui bukti empirik langsung sebab bersifat abstrak,tetapi yang bersifat abstrak itulah yang sebenarnya mengendalikan perilaku sang ayah terhadap anaknya

Jadi dengan cara pandang yang bagaimana manusia bisa memahami kebenaran yang bersifat hakiki ? .. jawabnya adalah bila manusia ‘bermata dua’,artinya bisa melihat dunia alam lahiriah dan dunia abstrak,dunia fisik -non fisik,dunia materi - non materi secara berimbang sehingga ia bisa menelusuri sebab - akibat dari segala suatu yang ada di alam lahiriah hingga bisa tembus sampai ke alam abstrak - gaib,sebagai contoh analoginya, bila seseorang melihat perilaku - perbuatan lahiriah manusia ia bisa menelusurinya hingga ke sebab terawal nya yaitu niat nya-fikirannya-kehendak nya,sebab itu pada yang abstrak itulah terletak hakikat dari tiap perbuatan lahiriah manusia

Nah analogi demikian juga bisa kita terapkan untuk memahami adanya hal hal yang bersifat lahiriah seperti adanya wujud keserba tertataan di alam semesta termasuk keserba tertataan wujud manusia bahwasanya bila kita telusuri hingga ke sebab paling awal nya yaitu hingga menembus dunia abstrak maka kita akan menemukan hakikat yang sebenarnya

Sehingga karena itu yang harus saya tekankan adalah bahwa kebenaran hakiki yang ada di dunia abstrak itu tidak akan difahami oleh orang yang berkacamata sudut pandang materialist atau orang yang berkacamata sudut pandang ‘bermata satu’ yang beranggapan bahwa yang nyata dan yang benar = segala suatu yang bisa tertangkap dunia indera dan atau yang bisa dibuktikan secara empirik

Sehingga betapapun kita beradu argumentasi tentang ‘kebenaran hakiki’ dengan seorang yang berkacamata sudut pandang materialist - dengan seorang yang selalu menggunakan kacamata sains sebagai parameter tunggal kebenaran mutlak maka dijamin tidak akan pernah akan saling bersambungan

…..

Di zaman ini saat fikiran manusia banyak dikendalikan oleh isme isme tertentu,oleh pemikiran ala pos mo yang sudah tidak lagi berfikir tentang hal hal yang bersifat hakiki maka pemahaman tentang ‘kebenaran hakiki’ itu harus di reka ulang kembali

Dengan kata lain di zaman ini tugas para pemikir ‘kebenaran hakiki’ sebenarnya menjadi jauh lebih sulit ketimbang apa yang dilakukan seorang Socrates terhadap kaum Sopies sebab di zaman ini tantangannya sudah demikian canggih dan semakin beraneka warna

Sehingga di zaman ini upaya untuk mendeskripsikan hakikat adanya ‘yang hanya mungkin satu’ dibalik realitas yang beraneka warna tidaklah mudah masuk kedalam fikiran  orang orang tertentu,sebab dalam fikiran manusia tertentu seperti telah tertanam suatu pandangan seolah realitas yang beragam ini berasal dari ‘hakikat yang berbeda beda’ atau dengan bahasa lain ‘berasal dari tuhan yang banyak’ sehingga tugas para pemikir ‘kebenaran hakiki’ adalah bagaimana meruntuhkan pandangan seperti itu untuk menunjukkan bahwa kebenaran hakiki itu hakikatnya berwajah tunggal - ada pada yang satu,sebagaimana matahari yang dibuat hanya satu untuk semua manusia

Dan itulah ke aneka ragaman warna warni kehidupan dunia dengan berbagai perbedaan di dalamnya adalah ujian tersendiri bagi para pencari kebenaran sejati untuk mencari kebenaran sejati yang hakikatnya hanya mungkin ada satu

Dan pelajaran tentang adanya kebenaran hakiki yang hanya mungkin ada satu itu sebenarnya telah kita peroleh di sekolah dasar dulu ketika guru kita saat memberi ujian kenaikan memberikan pilihan jawaban untuk di pilih : pilih a - b - c - d atau e ? ... maka sang guru tentu saja tidak akan mengatakan 'semua pilihan jawaban itu benar' sebab pernyataan itu bisa merusak logika karena essensi dari tiap pilihan jawaban itu dibuat berbeda beda bahkan berlawanan satu sama lain

Lalu mengapa prinsip demikian tidak kita terapkan dalam melihat (dan memahami ) realitas yang beragam yang essensinya berbeda beda dan bahkan berlawanan satu sama lain ?

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun