Faham ini bila digunakan sebagai ‘kacamata sudut pandang’ akan menggiring agama ke wilayah dunia khayali - ilusi ke dunia yang tidak ada - tidak real (menganggap agama sebagai suatu yang hanya berdasar ilusi - khayal)
SAINTISME
Adalah sebuah bentuk isme yang lahir dari cara pandang manusia terhadap makna keberadaan sains yang dianggap sebagai satu satunya cara ilmiah untuk menjelaskan segala suatu,atau ‘pandangan bahwa metode induktif sains adalah satu-satunya sumber pengetahuan yang benar dan terutama bahwa sains dapat menghasilkan pengetahuan mengenai manusia dan masyarakat yang benar’ (Wikipedia)
Dari ranah saintisme lahir paradigma keilmuan yang menjadikan sains sebagai ‘parameter tunggal’ untuk mengukur dan menilai segala suatu termasuk problem yang bersifat metafisik,lalu agamapun menjadi korban penghakiman saintisme yang berakibat agama seolah harus tereliminasi dari wilayah ilmu dan hanya dianggap sebagai ‘institusi moral’ (menganggap agama sebagai suatu yang diluar wilayah ilmu dan karenanya hanya dimasukkan kedalam wilayah moral)
(jadi bila ada yang berkotbah mati matian tentang kebenaran Ilahi misal,maka itu hanya akan dianggap sebagai ‘ajaran moral’ belaka bukan dianggap sebagai kebenaran berdasar ilmu pengetahuan).saintisme menyandera definisi pengertian ‘ilmu’ di dunia alam materi yang terverifikasi dunia indera.bisa disebut juga sebagai filosofi keilmuan kaum materialist
PLURALISME
Faham lain yang muncul lebih belakangan adalah ‘pluralisme’ dan yang dimaksud disini adalah ‘pluralisme keagamaan’ atau yang berhubungan dengan masalah agama (karena istilah ‘pluralisme’ digunakan pula untuk berbagai obyek bahasan lain selain agama).
Dan definisi yang akan digunakan disini adalah yang dibuat oleh MUI sebagai definisi yang dianggap telah disepakati bersama
‘Suatu paham yang mengajarkan bahwa semua agama adalah sama dan karenanya kebenaran setiap agama adalah relatif; oleh sebab itu, setiap pemeluk agama tidak boleh mengklaim bahwa hanya agamanya saja yang benar sedangkan agama yang lain salah. Pluralisme juga mengajarkan bahwa semua pemeluk agama akan masuk dan hidup dan berdampingan di surga’.
Nah pluralisme ini berupaya menggiring klaim kebenaran mutlak - menyeluruh yang dideskripsikan agama Ilahi (yang dibawa para nabi) ke ranah relativisme,(menolak klaim kebenaran mutlak-menganggap agama Ilahi bukan berdasar kebenaran mutlak).menjadikan agama Ilahi yang berdasar klaim teologisnya adalah satu satunya institusi yang menerangkan kebenaran yang bersifat mutlak -menyeluruh menjadi dianggap hanya SALAH SATU dari berbagai ‘kebenaran’ lain yang juga di ajarkan oleh berbagai agama-kepercayaan lain.(jadi dianggapnya ‘kebenaran’ itu bisa banyak dan boleh berbeda serta berlawanan satu sama lain).jadi dalam pandangan pluralisme yang memandang semua agama sebagai ‘sama rata dan sejajar’ maka agama Ilahi sekalipun dianggap harus mau berjejer sama rata dan sejajar dengan agama - kepercayaan lain termasuk apakah itu yang berdasar mitos atau kepercayaan irrasional atau yang menyembah ‘berhala’ dlsb. (tidak ada prinsip membedaan berdasar pertimbangan pertimbangan tertentu - tak ada prinsip menyaring dengan menggunakan cara berfikir rasional misal).itu sebab prinsip ini berlawanan dengan prinsip logika yang menyatakan bahwa kebenaran hakiki itu mustahil ada dua apalagi lebih, yang satu sama lain saling berlawanan
Tujuan pluralisme disini memang sepertinya ingin melenyapkan hegemoni-universalitas-kemutlakkan bahkan hal hal yang bersifat hystoris dari agama Ilahi yang tak dimiliki oleh agama - kepercayaan yang berdasar mitos,atau mengecilkan agama Ilahi agar nampak sama dan sejajar dengan agama - kepercayaan yang berdasar mitos