Â
Ngabuburit berasal dari bahasa sunda, dengan kata dasar burit yang artinya sore/petang, ngabuburit berarti menjelang sore sampai terbenam matahari. Pada bulan ramadhan ini tentunya ngabuburit ini menjadi salah satu tradisi dan menjadi suatu kebiasaan masyarakat Indonesia. Meski bahasa sunda, kata ngabuburit ini sudah dianggap bahasa nasional dan sudah di kenal luas. Banyak kalangan masyarakat yang saat ini memburu tempat ngabuburit. Sebenarnya tempat ngabuburit zaman dahulu kala yaitu di tempat ibadah (mesjid) dengan meluangkan waktu untuk membaca ayat suci Al-quran atau mendengarkan siraman rohani/pengajian di mesjid. Namun sekarang ngabuburit banyak warga yang berbondong ke tempat alam seperti pantai, pegunungan atau masyarakat kota tempat ngabuburit di mall atau di pusat tempat jalan-jalan.
Di Indonesia, ngabuburit sudah menjadi fenomena budaya. Orang-orang sering berkumpul di ruang publik, seperti taman atau jalan, untuk bersosialisasi dan melakukan aktivitas bersama sambil menunggu azan tanda berakhirnya puasa. Kegiatan yang biasa dilakukan saat ngabuburit antara lain bermain permainan tradisional, seperti kelereng (kelereng) atau galasin (alat pemintal), dan bazaar jajanan kaki lima yang menampilkan berbagai jajanan dan minuman.
Ngabuburit tidak terbatas pada kegiatan di luar ruangan, tetapi juga bisa dilakukan dengan nyaman di rumah sendiri. Keluarga biasanya menghabiskan waktu bersama untuk melakukan aktivitas seperti memasak atau menonton TV, sementara yang lain mungkin membaca Alquran atau melakukan sholat tambahan sebagai persiapan untuk berbuka puasa.
Meskipun ngabuburit terutama melibatkan sosialisasi dan menganjurkan kebersamaan, itu juga memiliki makna spiritual yang lebih dalam. Ini mengingatkan orang akan pentingnya kesabaran dan ketekunan. Dengan menahan diri dari makanan dan minuman sepanjang hari, umat Islam belajar untuk mengendalikan dorongan hati mereka dan menghargai kebutuhan hidup yang mungkin mereka anggap remeh di lain waktu.
Selain itu, ngabuburit menjadi saksi keragaman dan kekayaan budaya Indonesia. Ini adalah contoh cemerlang tentang bagaimana komunitas yang berbeda dapat bersatu dan berbagi pengalaman iman dan persahabatan yang sama. Namun belakangan ini setelah berakhir pandemi Covid-19 terlihat adanya perubahan cara ngabuburit yang dilakukan, yang awalnya tindakan social distancing membuat kegiatan ngabuburit tradisional seperti berkumpul di tempat umum menjadi tidak mungkin dilakukan. Namun sekarang bisa berkumpul kembali bersama orang-orang disayangi.
Kesimpulannya, ngabuburit telah menjadi bagian tak terpisahkan dari pengalaman Ramadan di Indonesia. Tradisi ini adalah contoh indah bagaimana iman dan budaya dapat bersatu untuk menciptakan rasa kebersamaan dan mempererat ikatan keluarga dan masyarakat. Ini tidak hanya berfungsi sebagai pengingat akan pentingnya bulan Ramadhan pada tingkat spiritual tetapi juga menyoroti keragaman dan kekayaan budaya Indonesia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H