Mohon tunggu...
Chaca Nugraha Zaid
Chaca Nugraha Zaid Mohon Tunggu... Freelancer - Lifelong Learner

Penikmat Sains, Teknologi, Filsafat, dan Pemikiran Islam

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Umat Manusia yang Religius dan Saintifik

16 Desember 2020   05:00 Diperbarui: 10 Februari 2021   10:55 292
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi agama dan sains (sumber: pucukmera.id)

Pandemi Covid-19 tahun 2020 ini mengajarkan kita bahwasanya masalah pertentangan sains dan agama masih sangat relevan di tengah masyarakat Indonesia. Melalui surat kabar yang beredar dapat dengan mudah kita temukan bahwasanya masih ada masyarakat yang tidak percaya dengan virus covid-19 dan kemudian tetap melakukan aktivitas seperti biasanya sambil menyerukan "kita tidak perlu takut dengan virus covid-19 karena ada Tuhan yang selalu melindungi kita" atau kalimat-kalimat serupa lainnya.

Seolah-olah agama dan sains adalah dua hal yang bertentangan dan tidak dapat disatukan dalam kehidupannya. Memang benar bahwasanya kita berserah kepada Tuhan (tawakal), namun sebelum itu tentulah kita mesti berusaha (ikhtiar) dalam menghindari hal-hal yang akan mendatangkang keburukan ataupun bencana.

Alih-alih berharap keselamatan, justru bencanalah yang akan datang ketika kita bersikap pongah bahwa semua ini sudah cukup hanya dengan berserah tanpa adanya usaha dan doa.

Persolan ini jika kita lihat lagi bukan hal yang baru di tengah masyarakat, karena memang sejak dahulu ada saja masyarakat yang taklid buta dengan agama dan menutup adanya pintu sains dalam menyampaikan kebenaran. Seperti pada abad pertengahan, saat itu pihak gereja katolik menjadi anti terhadap informasi yang berasal dari sains yang bertentangan dengan paham gereja.

Hal ini pun berujung dengan dihukumnya Galileo Galilei, seorang ilmuwan asal Italia ini lantaran mendukung Nicolaus Copernicus yang menyatakan bahwasanya Bumi ini mengitari Matahari yang merupakan pusat dari alam semesta (heliosentris).

Dengan adanya gejolak tersebut, dari pihak gereja pun tetap berusaha untuk memberikan tawaran kepada Galileo untuk mengaku bersalah agar hukumannya menjadi lebih ringan. Namun tawaran tersebut ditolaknya dan hingga akhir hidupnya ia dijatuhi hukuman tahanan rumah oleh Paus Urban VIII.

Namun dalam kisah lainnya, juga dapat kita temukan hal yang justru berkebalikan dimana pada masa pemerintahan Harun Al Rasyid dan Al Ma’mun di abad 8-13 Masehi, agama dan sains justru memperlihatkan kolaborasi yang luar biasa dalam perkembangan ilmu pengetahuan. 

Banyak ahli sejarah yang berpendapat bahwasanya periode ini juga ditandai dengan waktu berdirinya Bayt al Hikmah (750 — 1258 M) yang merupakan pusat studi, perpustakaan, sekaligus universitas terbesar di dunia pada saat itu.

Pada periode yang cukup panjang ini (sekitar 500 tahun), bisa dikatakan tidak ada peradaban lain di muka bumi yang bisa menandingi pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan pada saat itu. Selain itu juga banyak ilmuwan dan ulama yang lahir serta memberikan kontribusi besar dalam estafet perkembangan ilmu pengetahuan.

Dua contoh kisah di atas memperlihatkan bahwasanya agama dan sains, sejatinya dapat saling mengisi dan melahirkan sesuatu yang luar biasa. Namun kembali lagi kepada bagaimana cara seseorang tersebut menempatkan agama dan sains dalam kehidupan sehari-harinya. Alih-alih menjadi semakin baik, malah menuntunnya menjadi ekstrimis ketika tidak menempatkan porsi yang tepat dalam kehidupan.

Hal ini juga dibahas dengan cukup menarik oleh Haidar Bagir dan Ulil Abshar Abdalla dalam buku Sains "Religius", Agama "Sainstifik": Dua Jalan Mencari Kebenaran (2020). Dalam buku tersebut dinyatakan bahwasanya dalam kehidupan saat ini terdapat 3 jenis kelompok masyarakat ketika membahas persoalan agama dan sains.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun