Mohon tunggu...
Ubed A. Syarif
Ubed A. Syarif Mohon Tunggu... -

suka berteman dengan orang pinggiran dan terpinggirkan. sociopreneur; travel, research, writing. Books: Politik Identitas Etnis (2002), Negeri Yang Kurang Nyaman (2010), Negeri Yang Jaya (2012)

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Kerajaan Sikka-Flores yang Hilang dan Pesona Wisata Flores

14 Januari 2015   06:28 Diperbarui: 7 September 2022   13:25 2774
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Salah satu alasan saya berkunjung ke Sikka, sebuah kampung di pantai selatan laut Savu-pulau Flores, adalah darinya nama sebuah kabupaten di Flores ini diambil. 

Juga, karena kesohoran kampung ini sebagai tempat sebuah kerajaan katolik pernah berdiri tahun 1607-1954. Tahun 1607 tercatat dalam mahkota raja yang sampai saat ini masih exist di tangan salah seorang keturunan raja Sikka (Regalia Sikka).

Kampung sikka, terletak sekitar 25 km selatan kota Maumere, ibukota kabupaten Sikka. Di kampung ini juga dikenal dengan berdirinya sebuah gereja tua peninggalan portugis, karya seni tenun ikat yang masih banyak dibuat oleh warganya, dan sisa-sia peninggalan kerajaan Sikka.

Namun kedatangan saya ke Sikka menimbulkan sedikit kecewa, karena telah membayangkan akan menemui peninggalan sisa-sisa kerajaan seperti kerajaan di Jawa yang masih menyisakan keagungan berupa keraton atau tempat tinggal raja, seperti kerajaan Mataram di Yogyakarta dan di Surakarta.Di Sikka sisa-sisa keagungan itu tidak lagi bisa disaksikan. 

Bekas istana dan juga kediaman raja Sikka (Lepo Gete) masih berdiri, namun kondisinya tidak terawat. Lepo Gete sendiri saat ini hanya serupa bangunan bale-bale, atau bisa dikatakan "gubuk" besar di pinggir pantai Sikka yang diyakini sebagai bekas area kediaman keluarga raja.

Kerajaan Sikka yang ditahbiskan oleh raja Don Alexus Ximenes da Silva menjadi kerajaan katolik pertama di Nusantara, bahkan mungkin satu-satunya di Asia, karena sang raja bertitah bahwa agama raja adalah agama rakyat. Hal itu dititahkan sang raja sepulang dari perjalanan misterius mencari tanah tanpa kematian dimana ia sampai ke Malaka dan mendapati ajaran katholik.

Don Alessu pulang ke Sikka diiringi oleh beberapa pendeta katolik Portugis (catholic priests) dengan membawa cinderamata sebagai symbol keagungan yaitu sebuah mahkota emas bertuliskan angka 1607, 70 gading gajah, sebuah tongkat dengan gelang emas, sejumlah pisau dengan rantai emas, dan patung Kristus kecil (Menino).

Cindera mata itu konon masih ada di tangan beberapa keturunan raja Sikka terakhir. Tidak satupun keturunan raja yang menetap di kampung Sikka, semuanya di Maumere atau di luar Flores. 

Tempat bekas kediaman raja, Lepo Gete, kini muncul dalam bentuk baru hasil rekonstruksi yang diprakarsai oleh pemerintah kabupaten Sikka, tahun 2002.

Namun, rekonstruksi itu tidak memuaskan masyarakat Sikka, karena tidak sesuai dengan kondisi aslinya. Konstruksi dan bahan-bahan yang digunakan juga tidak sesuai dengan bentuk aslinya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun