Mohon tunggu...
Mubaidi Sulaeman
Mubaidi Sulaeman Mohon Tunggu... Dosen - Peneliti Islamic Studies UIN Sunan Ampel Surabaya

Magister Agama -Dirasah Islamiyah-UIN Sunan Ampel Surabaya

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Dunia Tanpa Cela

31 Mei 2014   17:49 Diperbarui: 23 Juni 2015   21:53 12
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Jika ada dunia yang tanpa ada cela di dalamnya, kita tak perlu repot-repot memilih pemimpin untuk menunjukkan jalan yang tepat untuk kehidupan ini. Pemimpin sendiri merupakan salah satu kebutuhan primer bagi manusia untuk mempertahankan hidupnya. Hal ini dikarenakan kecenderungan manusia bein it out self, maksudnya manusia hanya bisa bisa berpikir keluar dari dirinya untuk mengetahui eksistensi atas keberadaan dirinya. Sehingga dari seorang pemimpinlah manusia mengetahui eksistensinya, dan pemimpin mengetahui eksistensinya dari  masyarakat yang dipimpinnya.

Sebenarnya batasan moral bukanlah yang disepakati oleh masyarakat, namun batasan moral adalah sesuatu yang membuat eksistensi manusia terganggu, maka ketika seorang pemimpin merepresentasikan keberadaan yang dipimpinnya ia akan dicintai dan dilindungi meskipun ia dicaci, difitnah dan digulingkan eksistensinya oleh pihak lain, demi tegaknya eksistensi mereka. Berbeda halnya dengan pemimpin yang tidak merepresentasikan keberadaan yang dipimpinnya, ia akan dihujat, dilawan dan dijatuhkan, karena ia hanya menghalangi eksistensi keberadaan mereka yang dipimpinnya.

Jadi dapat disimpulkan, dunia tanpa cela mungkin hanya sebuah dunia khayalan yang menjadi impian setiap orang, namun ia dapat diwujudkan (meskipun tak sesempurna yang diinginkan) dengan cara menjadikan pemimpin sebagai representasi eksistensi keberadaan masyarakat yang dipimpinnya, dan menjadikannya asosiasi dari masing-masing individu yang ingin mempertahankan eksistensinya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun