Mohon tunggu...
Sultan
Sultan Mohon Tunggu... Karyawan -

/Uangku adalah tempat curcol seputar uang Sultan

Selanjutnya

Tutup

Money

Rupiah Melemah, Big Mac Semakin Mahal

5 September 2015   07:45 Diperbarui: 8 September 2015   21:41 117
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="yum!"][/caption]

Sebenarnya saya tidak terlalu sering makan Big Mac ataupun beli McD's untuk anak saya. Cukup sesekali saja saya menikmati ketika saya merasa sedih (saya tipe makan kalau stress/sedih). Tapi kalau rupiah melemah, harga big mac semakin mahal, saya sedihnya bisa dua kali. Saya jadi teringat tahun krisis ketika Big Mac melonjak karena rupiah yang melemah dan ibu saya cukup kaget dengan harganya yang melonjak. Kini semua itu terulang kembali, meskipun dikatakan kondisi dulu dan sekarang beda, kedua zaman memiliki suatu persamaan. Harga Big Mac naik.

Karena saya tidak teringat harga Big Mac dulu ketika tahun '97-'98, saya menjadi penasaran dan cek histori harga Big Mac dengan Big Mac Index. Tahun 1998, harga Big Mac (À la carte) Rp9900. Saya cukup kaget, sepertinya Big Mac Index yang saya unduh mungkin salah datanya karena Rp9900 tidak mahal, apakah ingatan saya salah atau index yang tidak merekam masa krisis? Ternyata memang benar, harga Big Mac hanya dilihat 2 bulan dalam waktu setahun. Mungkin saat-saat harganya tinggi memang tidak terekam. Kemudian saya melanjutkan melihat tahun-tahun berikutnya. Tren harga Big Mac terus naik dan hanya turun di tahun 2005, dari Rp16.100 menjadi Rp14.600.

Inflasi adalah sesuatu yang nyata. Dari Rp9900 di 1998 hingga kini (Juli 2015) menjadi Rp30.500. Peningkatan sekitar 208% dalam waktu 17 tahun dari saat saya berusia 17 tahun. Gila. Artinya jika dulu saya miliki Rp100.000.000 dan bisa beli 10.101 Big Mac, sekarang dengan Rp100 juta hanya bisa beli 3.278 Big Mac. Untuk berjalan di tempat dengan tidak menambah kekayaan, saya harus memiliki Rp308.080.500.

Salah satu cara untuk menanggulangi inflasi adalah dengan berinvestasi pada suatu aset yang akan ikut meningkat nilainya ketika yang lain pun demikian. Setiap orang akan memilih instrumen investasi yang sesuai dengan kenyamanannya dan keyakinannya (kaya berdoa saja, sesuai keyakinannya masing-masing hehe). Bagi yang percaya properti tidak akan pernah turun maka akan berinvestasi pada rumah. Saya rasa ada dahulu rumah senilai Rp100 juta dan sekarang sudah miliar rupiah.

Bagaimana dengan saham? Jika saya ambil IHSG di Januari tahun 1999 yang saat itu indexnya sebesar 411,93 dan menginvestasikan Rp100 juta dan membiarkannya sampai sekarang IHSG di 4401,29 (2 September 2015), maka Rp100 juta saya seharusnya sebesar Rp1.068.455.805,59. Kira-kira 1068% peningkatan uang yang dimiliki dan melebihi tingkat inflasi, serta dapat membeli 35,031 Big Mac.

Mmmm. Big Mac. Jadi laper.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun