Mohon tunggu...
Hanantyo Wahyu Saputro
Hanantyo Wahyu Saputro Mohon Tunggu... Guru - Rakyat Biasa

Guru di SMK Bina Taruna Masaran Sragen

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Eko Gudel, Trah Ranto Edi Gudel Berikutnya

9 Mei 2020   10:51 Diperbarui: 9 Mei 2020   10:43 1151
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hiburan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Meninggalnya "The Godfather of Broken Heart", Didi Kempot beberapa hari lalu mengejutkan banyak khalayak di Indonesia, terutama sobat ambyar, yang selalu setia menemani perjalanan Didi Kempot. Penyanyi yang juga menciptakan lagu "Sewu Kuto", "Stasiun Balapan", kemudian lagu tentang OKB (Orang Kaya Baru) yang ikonik "Kere Munggah Bale", dan "Terminal Tirtonadi", yang memang isi dari lagunya adalah tentang hati yang nelongso itu sangat disayangi oleh para sobat ambyar .

Saya melihat sendiri fanatisme sobat ambyar saat itu di Alun-alun Kabupaten Sragen sedang diadakan Perayaan HUT PGRI tahun 2019, saat itu dihibur oleh Didi Kempot, dan Alun-alun pun menjadi penuh sesak. Namun setelah Didi Kempot selesai menghibur, dalam sekejap alun-alun langsung sepi, kurang lebih tiga perempat orang yang ada waktu itu langsung meninggalkan lokasi, sehingga tersisa para guru yang menghadiri acara waktu itu. Sehingga data empirik yang saya dapatkan waktu adalah bahwa yang hadir pada saat itu sebagian besar  adalah para sobat ambyar, yang memang selalu militan saat konser Didi Kempot. 

Almarhum Didi Kempot sendiri adalah Putra dari seniman asal Solo, Almarhum Suharanto atau sering disebut Ranto Edi Gudel, yang pada tahun 1990-an saya sering mendengarkan lagunya yang sangat populer yaitu "Anoman Obong", yang saat itu sering dikaitkan dengan kejadian reformasi 1998, dimana di Solo terjadi kejadian "obong-obongan" atau pembakaran dalam bahasa Indonesia. Almarhum Ranto Edi Gudel selain memiliki putra Almarhum Didi Kempot juga memiliki putra lain yang juga seniman, diantaranya yang termasuk seniman dalam trah Ranto Edi Gudel adalah:

1. Almarhum Mamiek Prakoso

Mamiek Prakoso alias Mamiek Podang adalah kakak Didi Kempot yang berprofesi sebagai pelawak, dan memiliki ciri khas cat rambut warna blonde di sisi pinggir kepalanya. Lahir pada 06 April 1961 dan meninggal pada 03 Agustus 2014 di usia 53  tahun.

Pelawak yang (Menurut saya) mirip dengan Bupati Karanganyar 2 periode, Drs. Juliatmono ini pernah bermain  dalam film Kadir dan Doyok bersama Nurul Arifin (Sekarang Anggota DPR RI), dan Deddy Mizwar (Mantan Wakil Gubernur Jawa Barat) di film "Kanan Kiri OK", dan juga film Kadir dan Doyok lainnya yaitu "Makelar Kodok" pada tahun 1989, dan juga biografi Liem Swie King yang berjudul "King" pada tahun 2009. Bergabung bersama grup lawak Srimulat sejak tahun 1984, dan pernah satu panggung bersama Tarzan, Gogon, Nurbuat, Timbul, dan anggota Srimulat lainnya.  Mamiek Prakoso terkenal dengan istilahnya yang populer "makbedunduk" yang artinya kira-kira dalam bahasa Indonesia adalah mendadak atau tiba-tiba.

2. Almarhum Sentot Selino

Sentot Selino adalah seorang penyanyi campur sari yang juga kakak dari Didi Kempot. Lagunya yang paling terkenal adalah "Cintaku sekonyong-konyong Koder" atau artinya secara garis besar adalah cinta yang bertepuk sebelah tangan.  Sentot meninggal dunia pada 03 April 2016 di RSUD Dr. Moewardi Solo dikarenakan gagal ginjal. Mungkin bagi beberapa pembaca nama Sentot Selino kurang familiar, namun bagi orang yang tinggal di eks Karisidenan Surakarta seperti saya, nama Sentot cukup terkenal. Walaupun jujur saja, saya tidak suka musik campur sari, hehehehehe. Tapi saya selalu menghargai karya seni setiap musisi, karena seni itu adalah sebuah hal yang tidak dapat diukur dengan alat ukur baku. 

3. Eko Gudel

Nama yang satu ini dikenal sebagai pendamping sang kakak Didi Kempot dalam konsernya. Memiliki nama asli Eko Guntur Martinus, adalah salah satu putra dari Ranto Edi Gudel yang berprofesi sebagai pelawak, mewarisi profesi sang ayah dengan melawak di acara wayang kulit pada sesi 'Goro-goro" atau sesi lawakan sebagai jeda dalam pegelaran wayang kulit. Saat ini Eko adalah "trah" Ranto Edi Gudel yang melanjutkan perjalanan seni dari keluarganya, setelah meninggalnya ketiga kakaknya. Sebenarnya masih ada satu lagi kakak Eko yang masih hidup, yaitu Antonius Lilik Subagyo, namun kurang aktif di dunia seni. 

Demikian artikel dari saya, apabila ada kesalahan dalam saya menyampaikan informasi dan pengetikan, saya mohon untuk dikoreksi, semoga bermanfaat, salam sehat selalu, dan salam sukses!  

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun