Mohon tunggu...
Setiadi Ranutinoyo
Setiadi Ranutinoyo Mohon Tunggu...

Ikut membangun perpustakaan IKJ-LPKJ (1975 - 1982); menjadi redaktur majalah pertanian Trubus (1982-1990); sebagai redaktur pelaksana majalah pertanian Tumbuh (1990 - 1994)dan merangkap sebagai redaktur pelaksana Tabloid Warta Usaha Kadin Indonesia (1990 - 1995); ikut membangun Perpustakaan dan Dokumentasi Taman Buah Mekarsari (1995 - 2000); sebagai penulis bebas; menulis buku buku pertanian sejak 1982 - sekarang yang diterbitkan oleh penerbit buku Penebar Swadaya dan Majalah Flona. Selain itu, bersama Tim Agrimina Kultura, menulis buku perikanan yang diterbitkan Gramedia Pustaka Utama

Selanjutnya

Tutup

Money

Usaha Tani: Yang Pernah Ditanam Petani Ngawi

19 Juli 2011   02:03 Diperbarui: 26 Juni 2015   03:34 3470
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Muslim pria 40-an tahun asal Jepara, pemilik lapak di Kios Buah Pasar Induk Cibitung (Bekasi), mempunyai cerita. Ia sejak awal sudah menjadi pedagang melon. Tahun 1999 masuk ke Cibitung, namun sebelumnya berdagang di Pasar Induk Kramat Jati, Jakarta. [caption id="attachment_120270" align="aligncenter" width="300" caption="Umur panen 60-65 hari"][/caption] Kalau ingin mengurai kisah melon ngawi, tutur Muslim, diawali dari tahun 1990.Pada saat itu, konon ada ahli melon dari “luar” (katanya dari Thailand) melakukan percobaan penanaman melon di Ngawi (Jawa Timur), tepatnya di kecamatan Paron. Hasilnya memuaskan lalu menarik minat petani di situ untuk ikut menanamnya. Dari sini melon hasil coba di Paron berkembang ke kecamatan lainnya di kabupaten Ngawi itu. Karena Ngawi dianggap sebagai ‘pionir’ maka melon jenis ini menjadi terkenal sebagai melon ngawi.

.-*-.

Keberhasilan Ngawi menanam melon jenis itu memancing daerah lain untuk menanamnya. Sekitar 1992 giliran Sragen dan Sukoharjo (Jawa Tengah) menanamnya. Dari sini masuk ke Ponorogo (Jawa Timur) terus tahun 2000 masuk ke Purwadadi (Jawa Tengah). Sekarang ini, melon yang dikatakan sebagai melon ngawi sudah dibudidayakan petani di sekitar Kudus, Jepara, Pati (Jawa Tengah), juga Nganjuk (Jawa Timur) dan daerah lain di Jawa. Muslim sendiri, sebelum memiliki lapak itu, 1992 – 1995 beroperasi di lapangan sebagai penebas terutama di Sukoharjo. Waktu itu Sukoharjo menjadi salah satu sentra penanaman melon selain Ngawi dan Sragen. Cerita Muslim, penyebaran itu tak lepas dari peran tenaga kerja dari masing-masing daerah. Rupanya, ketika Ngawi mengembangkan melon,tenaga kerjanya dari luar daerah. Setelah kembali ke daerah masing-masing,mereka mengembangkan sendiri melon yang sama di tempat tinggalnya. Di antara mereka adalah tenaga kerja dari Purwadadi yang juga memanfaatkan penyuluh pertanian dari Ngawi. [caption id="attachment_120271" align="aligncenter" width="300" caption="Banyak air, manis, dan empuk"]

1311040327363510045
1311040327363510045
[/caption] Berangkat dari situlah melon ngawimenjadi “trademark” para pedagang meskipun bisa jadi melon itu datangnya bisa dari Sukoharjo, Ponorogo, Purwodadi, Nganjuk, juga Kulon Progo (DIY), dll. Tetapi nama melon ngawi’ itu sendiri muncul dari para pedagang buah di Pasar Induk Kramat Jati dan sekitarnya. Melon ngawi merupakan ‘melon F-1 Hybrid variatas Action 434’. Buahnya bulat, bobotnya 2,1 – 4,0 kg. Kulit buah berjaring, warna hijau kuning. Umur panen 60 – 65 hari. Daging buahnya tebal, warna hijau kuning, aromanya tidak begitu tajam. Buah tahan disimpan lama dan dikirim ke tempat jauh. Potensi produksi 30 -40 ton perhektar. Melon ini bisa beradaptasi pada daerah sampai 600 m d.p.l. “Melon ‘Action” paling laku. Kulit dan urat tebal, daging padat, tebal, dan tahan lama, tidak gampang busuk. Kalau ‘Sky Rocket’ lebih harum tapi tidak tahan lama. Sehari dua hari sudah lembek,” ucap Muslim. Andi yang membantu orang tuanya bertanam melon menambahkan, ‘Action’ tahan penyakit. Jenis lain yang pernah ditanam tapi gagal adalah Fresh, Starr, dan ada beberapa lagi. Lagi pula, kata Katno, ‘Action’ dijadikanpilihan petani karena menurut penebas, pembeli banyak yang mencari ‘Action’. Juga gampang dirawat dibanding jenis lain. Jenis lain pernah dicoba tapi nggak berhasil.

[caption id="attachment_120272" align="aligncenter" width="300" caption="Pernah ditanam petani melon ngawi. Dagingnya kering, renyah, dan manis"]

13110404831208201184
13110404831208201184
[/caption] Sementara petani melon lain merasa gagal menanam melon lain, Suprapto di Kwadungan berani menanam ‘Leader’. Spesifikasi melon ini, memiliki daya adaptasi lingkungan penanaman yang sangat luas. Cocok ditanam di daerah berdataran rendah sampai menengah (25 m – 300 m d.p.l.). Umur panen optimal antara 65 – 75 hari setelah tanam atau HST (tergantung tinggi tempat). Melon ‘Leader’ buahnya agak bulat. Kulit buah hijau kekuning-kuningan atau menguning kalau buah sudah matang. Net rapat dan agak tebal. Buah tahan dismpan sampai 10 hari dan cocok untuk pengiriman jarak jauh. Bobot buahnya2,0 – 3,0 kg atau rata-rata 2,5 kg. Aroma buah sedikit harum dan rasanya manis. Daging buah tebal. Dan yang paling ditonjolkan dari ‘Leader’ adalah tahan penyakit daun, yang merupakan penyakit yang banyak menyerang melon Ngawi terutama saat penanaman dilakukan hujan masih turun. [caption id="attachment_120273" align="aligncenter" width="300" caption="Melon leader (Repro)"]
13110409011825065566
13110409011825065566
[/caption] Mengenai ukuran atau bobot atau kualitas buah, dengarkan komentar Jumono. Selama dua tahun berpengalaman sebagai penebas melon di Ngawi, Jumono mencacat, melon yang besar dan berbobot berat karena dagingnya padat (rendemennya yang tinggi), umumnya melon yang diambil dari daerah yang tanahnya lebih gembur (tidak padat). Kemudian jenis melon yang ditanam, baru kemudian bagaimana pemupukannya, danperawatan lainnya. Selain itu, juga faktor angin. Kalau angin kelewat kencang, tanaman banyak yang rusak, akhirnya buahnya kurang optimal berkembang. Makanya penebas juga harus tahu daerah mana yang saat penanaman dilakukan petani anginnya kelewat kencang. Hal ini perlu diketahui penebas aga penebas tidak mendapatkan melon dengan buah yang tidak optimal berkembang. Sebab, akibat angin kencang, tanaman banyak yang rusak, akar banyak yang putus, sehingga buah tidak berkembang sempurna. Buahnya bisa kecil-kecil, atau bisa besar-besar namun ‘kopong’ bagian dalamnya (rongganya lebar). Mengenai rasa manis buah, Suprapto membuat catatan lagi. Rasa manis terbentuk justru saat buah belum membentuk net (umur di bawah 40 – 50 hari). “Kalau net sudah terbentuk, dan rasa buah tidak manis, berarti saat dipanen rasa buah tidak akan manis. Tetapi kalau sampai panen buah tidak mengeluarkan net, buah tidak ada rasanya alias hambar,” tegas Suprapto. Kemudian kaitannya dengan kualias atau kelas buah, tutur Suprapto, buah yang netnya tidak sempurna masuk ke Kelas C. Kalau melon Kelas A, netnya rapat, tidak ada luka, performa buah sempurna, bobot buah di atas 2,0 kg. Yang Kelas B, seperti Kelas A tapi bobot buah 2,0 kg ke bawah. Sedangkan yang betul-betul tidak ngurat masuk Kelas Plonco atau melon gundul. Biasanya melon ini tidak diambil penebas dan masuk pasar local.-***.-Set. (Bahan dikumpulkan pada musim tanam dan panen atau sekitar Triwulan I dan II tahun 2009 dan 2010).

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun