Mohon tunggu...
tya PGSD
tya PGSD Mohon Tunggu... -

saya tya pranita. kuliah di PGSD UNS KAMPUS VI KEBUMEN....

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Sejarah ILMU Part 1

1 November 2010   02:29 Diperbarui: 26 Juni 2015   11:57 197
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Sejarah tentang ilmu merupakan sebuah kisah kesuksesan. Kemenangan ilmu melambangkan suatu proses kumulatif peningkatan pengetahuan dan rangkaian kemenangan terhadap kebodohan dan takhayul. Dari ilmulah kemudian mengalir arus penemuan yang berguna untuk kemajuan hidup manusia. Sejarahwan segera menyadari bahwa gagasan ilmu yang diperoleh selama dalam pendidikan hanyalah asalah satu dari sekian banyak gagasan, dan itu merupakan produk dari konteks yang dan bersifat sementara. Pada abad 19 terdapat adanya pembedaan-pembedaan kekaburan antara ilmu, industri dan filsafat, dan tiga atau empat abad sebelumnya, sejarahwan menemukan bahwa studi terhadap alam dilaksanakan dalam suatu kerangka asumsi-asumsi tentang dunia yang kini ditolak sebagai kerangka yang bersifat magis dan takhayul. Selain itu kemudian sejarahwan memasuki usul-usul ilmu modern eropa, mereka justru semakin sulit memisahkan sikap-sikap “ilmiah” dan hasil “faktual”nya dari hal yang tampak berlawanan dengannya. Sejarah ilmu menuntut dan memelihara suatu imajinasi yang diperluas, kemampuan untuk memandang diri seseorang dan ilmunya sebagai suatu tahap dalam evolusi yang berkelanjutan. Dalam suatu periode ketika relevansi dituntut pada studi-studi ilmiah, sejarah ilmu memberikan relevansinya ketika eksporasinya pada struktur penyelidikan yang berjarak (distant) dan asing (strange) ke dalam dunia alamiah sebanding dengan analisis kritisnya terhadap sumber-sumber langsung konsepsi dan praktek masa kini.

Kemunculan science Eropa dianggap bermula dari para filsuf negara kota Yunani yang mendiami pantai dan pulau Meditrania Timur di akhir abad ke-6 dan ke-5 S.M. Karya mereka hanya dikenal melalui cuplikan, kutipan, rujukan yng dibuat oleh pengarang yang hidup belakangan. Contoh saja adalah ucapan Mansyur Thales yang dikenal sebagai filsuf tertua, “Semua adalah air”, sebenarnya diikuit dengan cuplikan “dan dunia penuh dengan dewa-dewa”. Dengan kata lain bahwa filsuf Yunani kuno lebih berminat pada penjelasan tentang fenomena dunia penerapan indrawi daripada mengajukan resep-resep praktis, mereka melakukannya dengan mengutamakan sebab-sebab daripada pelaku pribadi, meskipun sebab-sebab itu sendiri berasal dari analogi yang terdapat dalam pengalaman berkarya dan perilaku manusia. Pada aliran Pythagorean secara ekspilsit menjadi bersifat religius. Pendiri aliran ini, berusaha menemukan kunci bagi harmoni universal, baik yng bersifat alamiah maupun sosial, dan personalitas bilangan, yang dilihat sbagai susunan titik-titik yng terbentuk, adalah bukti yang penting. Filsuf Eleatis yang muncul agak belakangan yaitu Zeno dan Parmenides, paradoks Zeno mengenai kesatuan dan gerakan menghadirkan suatu tantangan yang masih hidup sampai sekarang. Dan masih banyak penemu atau ilmuan-ilmuan yang penemuannya masih diakui dan digunakan sampai saat ini.

Ilmu adalah ciptaan bangsa Eropa. Meskipun peradaban-peradaban lain memberikan berbagai kontribusi yang penting, dan walaupun masa kini semua bangsa berpartisipasi dalam penelitian, ilmu alam secara khas adalah ciptaan Eropa dan koloni-koloni kulturalnya. Ilmu berakar pada pemikiran dan masyarakat, sama halnya dengan teknologi Eropa dan jiwanya yng serakah, oleh karena itu ilmu adalah bagian penting dari proses pencapaian dominasi atas bangsa yang lemah dan hingga kini masih merupakan ujung kebiadaban dunia.

Pada zaman Renesans kata ilmu dan nenek moyangnya Yunani dan latin adalah suatu hal yang sudah tua dan arti-artinya selalu berubah. Pada masa itu yang dimaksud ilmu adalah terbatas pada bidang-bidang yang memberikan pengetahuan mengenai teknologi dan fisafat. Sedangkan pengertian dari seni adalah bahasa, logika, matematika, dan kaum terpelajar atau pejabat yang mempelajari kedokteran dan hukum.

BERSAMBUNG........................

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun