Mohon tunggu...
Shintya Kurniawan
Shintya Kurniawan Mohon Tunggu... -

A truly blessed person who is lucky enough to enjoy her dreams come true

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Review: Flashpacking to London - by Deedee Caniago

31 Mei 2013   23:51 Diperbarui: 24 Juni 2015   12:43 256
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“LONDON! It’s London, Baby!”

Kalimat ini pas banget untuk melukiskan alasan saya membeli buku ketiganya Mbak Deedee Caniago. It’s all about London! Kalimat itu juga yang sering diulang-ulang dalam buku dan pas mengekspresikan euphoria semua orang yang cinta mati sama ibukota Inggris ini. Iya, ibukota negara yang sudah memberikan kita The Beatles, Prince William, David Beckham, Michael Owen, BBC, Liverpool Football Club, sampai peron 9 ¾-nya Harry Potter.

Membaca buku ini mengobati kekangenan saya pada tulisan-tulisan Mbak Deedee di blog Multiply-nya yang sudah almarhum (hikssss). Membaca buku ini juga menyemangati saya bahwa mimpi ke London itu sangat mungkin terwujud, asal:


  1. Rajin nabung
  2. Punya perencanaan yang baik dan detil
  3. Siap pasang santai mode-on

Ketiga poin diatas dibahas secara tuntas dalam buku. Ketiganya adalah realita yang dituliskan dengan tepat oleh Mbak Deedee. Realistis! Itu yang saya suka dari beliau. Realistis dalam arti harus siap dengan segala risiko dan kemungkinan yang ada. Realistis dalam arti liburan MUNGKIN enggak hanya senang-senang saja, bisa juga terjadi “kecelakaan-kecelakaan” yang MUNGKIN merusak mood. “Kecelakan” sesederhana kereta mogok sampai se-cetar-membahana level gunung api meletus. Semuanya komplit dibahas di buku. Intinya, tinggal bagaimana kita bersikap saja. Mau move on dan putar otak cari plan B sampai Z kalau mengalami semua hal tersebut, atau mau ngotot harus sesuai rencana, tapi “nyiksa” diri sendiri dan orang lain?

Di situlah level seorang flashpacker diuji. Seberapa pandai dia mencari rotan saat tidak ada kayu. Secara keseluruhan, saya puas membaca buku ini. Banyak bagian yang bikin ngikik, bertanya-tanya, bahkan ikutan sedih di momen kunjungan ke monumen Bom Bali dan pojok Lady Di-Dodi Al Fayed di Harrods. Saya juga ikut deg-degan di momen ketinggalan kereta dan ikutan sebal ketika membaca kisah Mas Pandu yang ingkar janji dan misah dari rombongan. Pasalnya, saya pernah mengalami hal yang sama juga. Memang sulit ya menyatukan keinginan banyak insan di saat liburan. Mood and expectation management semakin diasah saat berlibur.

Thanks for sharing, Mbak Deedee. Jempol buat karyanya. Sayangnya, enggak ada bagian tentang kunjungan ke lokasi syuting Notting Hill, stadion bola dan museum di Liverpool, lokasi syuting Harry Potter di peron 9 ¾ , toko buku, flea market, dan garis GMT. Oh iya, kalau nanti ketemu di peluncuran bukunya, saya mau tanya tips dan trik “ngumpetin” rendang biar enggak terdeteksi petugas bandara. He..he..he..

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun