Mohon tunggu...
Tutut Setyorinie
Tutut Setyorinie Mohon Tunggu... Lainnya - Pegiat Lingkungan

Sedang belajar mengompos, yuk bareng!

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Bintang Yang Hilang

7 Juni 2017   17:34 Diperbarui: 8 Juni 2017   05:21 3923
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Ke mana kau pergi, Sirius?"

Dari ribuan bintang, kau memang sangat menyukai yang satu itu. Bintang yang bersinar paling terang di langit malam ini, bertahun-tahun telah menemanimu untuk melewati malam dengan tenang. Kau bahkan menunggunya ketika ia belum datang. Dan mengantar kepulangannya ketika fajar menjelang.

Namun kini dahimu berkerut ketika Sirius tak juga datang. Waktu menunjukan pukul 01.00 pagi. Di waktu inilah moment terbaikmu dengan si ratu bintang. Selimut di kasurmu sudah terabaikan. Bantal dan gulingmu pun sudah berhamburan.

"Sirius, kau tidak sedang bermain petak umpet bukan?" tanyamu. Sambil mengetuk-ngetuk tiang jendela.

"Capella juga menghilang."

"Cap,ini bukan waktumu untuk bermain-main."

Kau mulai kehilangan kesadaran. Tanganmu mulai menggeretakan ujung-ujung ranjang. Satu-dua orang wanita berbaju putih akhirnya menerobos masuk ke kamarmu. Menyuntikan senjata rahasia sampai akhirnya kau kembali tertidur.

Namun tidurmu tak pulas. Berkali-kali kau mengigau tentang Sirius dan Capella yang menghilang. Lalu kemudian kau memaki dirimu, menjambaki rambutmu, memukul-mukul kepalamu. Kau terus-terusan memanggil Sirius dan Capella kembali. Namun kedua bintang itu terletak begitu jauh, hingga tak dapat mendengar suaramu.

Satu jam mengigau, kau kembali terbangun. Lukisan langit malam masih berada tepat di ranjang tidurmu. Lengkap dengan kuas beserta catnya. Tanganmu gemetar untuk kembali memulai. Tujuh tahun perpisahan membuat jarakmu dengan lukisan menjadi begitu jauh. Kanvas telah angkuh. Kuas-kuas tak sudi disentuh. Bahkan, warna kini tak lagi menggambarkan isi hatimu.

Pekerjaan telah mengambil alih dirimu. Kau tak lagi suka memerhatikan langit malam. Kau jarang memerhatikan bintang-bintang. Bahkan kau sudah tak peduli kemana perginya bintang paling terang di altar malam.

Setelah sekian lama, hari ini kau kembali ke dalam wujud dirimu. Senyummu mengembang ketika disapa orang. Pipimu memerah ketika tertawa. Hatimu terenyuh ketika ada orang yang berduka.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun