Mohon tunggu...
S Aji
S Aji Mohon Tunggu... Freelancer - Nomad Digital

Udik!

Selanjutnya

Tutup

Love Artikel Utama

Cinta Muda, Tabungan Bersama hingga Pamali di Era "Post-Facebook"

9 Juni 2023   12:45 Diperbarui: 14 Juni 2023   02:10 882
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi mengatur keuangan dengan pasangan. (iStock/Phira Phonruewiangphing via parapuan.co)

Satu perkara saja yang saya pesankan, "Seberat apapun rasa sakitnya, jangan pernah terlihat masih berharap. Jangan pernah menyerah dengan penderitaannya." Ada bias maskulinitas, mungkin. Tapi, apa gunanya juga berlarut-larut di dalamnya?

Sesudah malam yang lembab itu, berbulan-bulan kemudian, saya mendengar sepasang kekasih tersebut telah memilih jalan kebahagiaannya yang baru. Tak ada lagi drama CLBK (Cinta Lama Bermasalah Kembali). 

Mereka tidak perlu membaca ulang "The Art of Loving"-nya Erich Fromm untuk memeriksa bagaimana cinta dan eksistensi manusia terdegradasi dalam masyarakat kapitalisme mutakhir. Mereka hanya butuh kekasih yang baru. Kenangan baru yang membunuh kenangan lama (atau malah kenangan baru adalah daur ulang kenangan lama belaka).

Belakangan, saya baru tahu sepasang yang kini menjadi mantan ternyata pernah menabung bersama. Tentu saja karena mereka bercita-cita menikah dan karena itu juga menabung disepakati sebagai aksi kolektif. Saya terus merasa getir sekaligus ingin tertawa.

Alasan kegetiran itu adalah menabung bersama tentu pertanda dari komitmen. Sekurang-kurangnya, tabungan bersama menjadi penanda bahwa masing-masing dari mereka sedang bekerja keras demi bahagia bersama-sama.

Yang membuat saya ingin tertawa adalah ketika rencana hidup bersama dalam ikatan suami istri itu batal, bagaimana "yang terlanjur bersama dikelola itu dinormalisasi menjadi milikmu adalah milikmu, milikku adalah milikku"? Bagaimana hubungan yang dulu hangat itu seketika berubah menjadi sikap yang kikuk.

Manusia, betapa jatuh bangunnya kalian melewati nasib yang payah. Saya terus terkenang pada sebuah kisah.

Cinta Angkatan Penderitaan adalah Jalan Sunyi. Saya tidak terlalu tahu apakah mereka, dua anak muda yang berpisah itu, membaca "Sajak Seorang Tua Untuk Istrinya" milik Rendra. 

Seorang tua dalam sajak itu adalah jiwa yang berjuang, manusia yang bekerja keras. Tapi, Suka duka kita bukanlah istimewa. Kerna setiap orang mengalaminya. Hidup tidaklah untuk mengeluh dan mengaduh. 

Saya mengenal cinta seseorang kepada istrinya yang tidak mengenal menabung bersama. Jangankan yang seperti ini, cintanya yang masih dipenuhi gelap gulita Indonesia Timur tahun 1970-an adalah jenis yang nekad. 

Lelaki tersebut bertemu istrinya di acara penataran guru-guru. Kemudian tanpa babibu, hanya sekali atau dua kali bertatap, ia terus menyatakan tekad untuk melamar. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Love Selengkapnya
Lihat Love Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun