Mohon tunggu...
S Aji
S Aji Mohon Tunggu... Freelancer - Nomad Digital

Udik!

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Mengapa Proyek "The Citizens" Harus Dihentikan?

5 Mei 2022   13:21 Diperbarui: 6 Mei 2022   02:55 1053
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Skuad Real Madrid merayakan gol ke gawang Man City dalam laga leg kedua Liga Champions (AFP/PIERRE-PHILIPPE MARCOU via Kompas.com)

Sepak bola selalu memiliki cara menghadirkan keajaiban. Seperti yang dilakukan Real Madrid dini hari tadi.

Saya telah menulis satu perkiraan yang lantas berkembang menjadi harapan. Artinya dari sebuah duga-duga kasar kemungkinan, suasana batin saya malah berkembang menjadi deg-degan. Ada cemas. Tak lagi berjarak dari peristiwa.

Perkiraan tersebut saya unggah di artikel berjudul Yang Boleh (Dibikin) Menderita Cuma Juventus, Unai Emery "Terpapar Khilaf"?

Argumentasi saya sederhana saja. Unai Emery memang menemukan formula yang tepat kala melumat Juventus, tim yang bahkan oleh Allegri sendiri dikatakan tidak punya cukup kapasitas bertarung di level tertinggi Liga Champions. Emery juga sukses membuat Bayern Munich tidak banyak berkutik. 

Emery mungkin sedang terlibat pada momentum yang tidak cukup dia hadapi dengan komposisi selevel Villareal. Sebab seperti memaksakan Arsenal di tempat yang bukan maqomnya, ups. 

Karena skuadnya harus bertemu proyek sepak bola yang sedang berada dalam level terbaiknya. Persenyawaan Klopp dan Liverpool sedang garang-garangnya. Sekurangnya dalam tiga musim terakhir. 

Maka jika proyek Klopp adalah sejenis pencerahan terhadap warisan zaman antik dan kegelapan, dia sedang bergairah akan penemuan dan pengembangan diri; sedang menuju pendewasaan. Dia bahkan tengah menjadi model dalam sepak bola.

Pendek kata, Klopp tengah menulis lembar sejarah baru Liverpool sesudah era subordinatif. Era dimana imperium Sir Alex Ferguson begitu kuat dan seolah-olah "untouchable" di Liga Inggris.

Klopp memang datang di masa senjakala imperium Sir Alex. Namun dia tidak datang sebagai pemenang di masa sepi. Kemunculan Klopp bukan saja mewakili sebuah mazhab dalam sepak bola, katakanlah begitu. Kemunculannya adalah pertanda dari regenerasi yang meluas. 

Sebagaimana ditandai dengan munculnya generasi Jose Mourinho, Pep Guardiola, Antonio Conte, Maurio Pocchetino, hingga Thomas Tuchel, Frank Lampard dan Steven Gerard, sekadar menyebut beberapa nama mentereng di Liga Inggris kekinian.

Lantas, bagaimana dengan proyek seorang Carlo Ancelotti? Tua bangka yang masih gagah bertarung di puncak perebutan mahkota liga Champions? Ilustrasi apa yang bisa dilekatkan padanya?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun