Mohon tunggu...
S Aji
S Aji Mohon Tunggu... Freelancer - Nomad Digital

Udik!

Selanjutnya

Tutup

Film Artikel Utama

"The Batman" yang (Ingin) Suram Sepanjang Kisah

22 April 2022   14:20 Diperbarui: 23 April 2022   19:59 1079
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Film "The Batman" yang mencoba memeluk para penontonnya dengan kesuraman. Sumber: IMDB via Kompas.com

Kalau kamu masih bocah, kamu akan selalu memiliki pahlawan super. Tapi jika kamu beranjak tua, kamu lebih bisa memaklumi para penjahat. 

Saya lupa kata-kata ini dari siapa. Tapi saya membenarkannya ketika berhadapan dengan film-film yang doyan mendaur ulang kisah pahlawan super. Maka dalam menghadapi 'The Batman" yang disutradarai Matt Reeves, saya lebih penasaran seperti apa sang penjahat direkonstruksi. 

Apa sebab-sebab psiko-sosial dari kemunculan jenis penjahat tertentu? Seperti apa kejahatannya berkelindan dengan tatanan yang bobrok; apakah si penjahat memiliki referensi ideologi tertentu? 

Bagaimana idenya tentang kejahatan terealisasi lewat aksi-aksi nyata; semungkin apa dia membuat si pahlawan super kelihatan amatiran dan tolol?  

Karena itu kita jadi tidak perlu terlalu berjibaku melihat dunia dalam sudut pandang Batman belaka. Batman yang diperankan oleh Robert Pattinson. Nama yang mula-mula mentereng lewat drama romantis berlatar pertikaian makluk supra-human dalam saga Twilight memang terlihat lebih sendu kali ini.


Batman kali ini tidak pergi jauh dari asal-usulnya. Bocah pewaris kekayaan Thomas Wayne yang menjadi saksi pembunuhan orang tuanya, diasuh oleh Alfred yang setia (dan kini bisa membaca pesan rahasia), tumbuh dengan pertarungan melawan rasa takut akan kehilangan. 

Batman masih tidak akan pernah memaafkan dirinya jika kota Gotham hancur di tangan kelompok mafia atau perselingkuhan mafia dengan kekuasaan politik dan aparat polisionil.


"The Batman" masih tidak keluar dari identitasnya yang asali.

Kecuali, Batman-nya Matt Reeves, Peter Craig dan Bill Finger (para penulis cerita) tak lagi secanggih yang sebelumnya. Ruang kerjanya pun seperti bengkel rongsokan dengan teknologi pengidentifikasi wajah yang belum digunakan Falcone, dkk. Batman juga belum mengenal artificial intelligent dan Big Data, kalaupun ada, rasanya dengan dosis yang minim. 

Dia juga cuma punya motor dengan suara mesin yang "maskulin" dan sebuah mobil modifikasi yang rasanya tidak lebih cepat dari milik Selina Kyle dan Penguin--seperti tampak dalam adegan kejar-kejaran sekilas. 

Dia juga tak punya pesawat. Tak ada perempuan cantik dan pesta-pesta pesohor. Sebagai pewaris kekayaan konglomerat, rumahnya lebih mirip puri para vampire. 

Disandingkan dengan Batman-nya Christopher Nolan atau sebelumnya, dia bukan siapa-siapa. Yang mau saya katakan, Batman kali ini tidak cuma memiliki mekanisme kamuflase berbasis kekayaan dan ketampanan yang menyamarkan dirinya dari sorotan publik. 

Mungkin karena daya dukung yang seadanya ini, Batman bukan cuma miskin namun juga semestinya lebih manusiawi. Maksudnya adalah segenap pertarungannya lebih bertumpu pada daya juang dirinya: daya tahan, kecerdasan dan etos. Keberhasilannya tidak ditentukan oleh kondisi-kondisi non-manusia.

Mungkin karena itu juga, dia membutuhkan tiga jam untuk memahami konspirasi dari teror Riddler? Sesakti apakah sosok yang diperankan oleh Paul Dano ini?

Film 'The Batman
Film 'The Batman" (2022) | Sumber: thedirect.com

Riddler adalah penjahat yang dibentuk dari kemiskinan ekstrim dan ketiadaan welas asih. Panti asuhan adalah saksinya. Penderitaanya diperparah oleh orang kaya serupa Thomas Wayne. 

Ayahnya Batman ini semasa hidup berambisi menjadi walikota menjanjikan Gotham yang diperbaharui. Gotham untuk semua, Gotham yang lebih manusiawi.

Tapi itu tidak terjadi. Thomas Wayne keburu mati karena Gotham memang tidak bakal sukses dibereskan dengan seorang baik yang menjadi orang nomor satu (jika terbaca familiar, ini hanyalah kebetulan belaka). 

Sebab Gotham, dalam kisah kepahlawanan Batman, selalu ada dalam ketegangan. Kota ini ditakdirkan menjadi arena tarung dari kehadiran yang baik terhadap yang jahat. Nafas kota ini adalah pasang surut kontradiksi.

Sepanjang tiga jam ruang urban Gotham di film yang mendapat rating 8,2 di situs IMdb Rating  didominasi gelap dan hujan. Tak ada matahari, hanya temaran dan siluet senja. Gotham seolah kelab malam raksasa yang isinya para orang-orang stres. 

Seperti ingin bilang jika takdir historis kota ini hanyalah patah dan tumbuh di dalam kegelapan saja. Lebih hampa lagi, walau klise, kota ini tidak memiliki cinta sebaliknya digerakan oleh hasrat akan kematian dan kehancuran (necro-city).

Energi hidup Riddler adalah pembalasan dendam terhadap apa yang diatur oleh konstitusi negara demokratis. Yang tidak bisa serta-merta dipenuhi karena kita hafal seluruh pasal yang menjadi acuannya. 

Karena kita punya KTP lantas hak-haknya dipenuhi sama rata. Karena kita membayar pajak dengan tertib dan berkelanjutan!

Sebab selalu ada pemilu yang buruk, tangan-tangan korup dan gatal mengatur, sindikasi jahat yang mengangkangi aturan, hingga lemahnya posisi masyarakat sipil bersama buruknya kritik media massa. 

Sehingga selalu saja ada kebutuhan akan pahlawan bertopeng sekelas Batman mengkhianati tujuan mulai dari kekuasaan. Maksud saya, Riddler adalah salah satu patologi yang niscaya. Hanya saja di versi terbaru ini, tidak canggih-canggih amat. 

Penjahat kita yang satu ini memulai perang totalnya terhadap Gotham dengan menghabisi para aktor kunci yang menggunakan isu keberhasilan pembantaian klan Marone sebagai prestasi dalam penegakan hukum paling fenomenal selama Gotham berdiri. 

Aksi-aksi sadisnya, yang dimulai dari mengeksekusi walikota dan meninggalkan teka-teki untuk Batman, adalah usaha membuka kedok dari perebutan dana pembaruan Gotham yang dijanjikan Thomas Wayne. 

Puncaknya adalah memasang jaringan bom yang membuat Gotham terendam air laut--kota ini bahkan buruk dalam menilai ekologi perkotaan!--bersamaan dengan perayaan terpilihnya walikota yang baru, seorang perempuan berkulit hitam. 

Batman yang modal otot dan otak doang, harus menggunakan induksinya dengan lebih dingin dan hati-hati. Harus tega menggunakan Cat Woman sebagai spionasenya dan tetap saja tak ada drama cinta-cintaannya. 

Batman jelas lebih tajam menghubungkan fakta dan membuka misteri dari Jim Gordon berikut anggota kepolisian yang pada umumnya itu, namun keteteran di hadapan teka-teki Riddler yang hampir mampus di panti asuhan. 

Batman hanya membaca apa yang sudah dilakukan, bukan apa yang selanjutnya dilakukan. Manusiawi?

Riddler juga bekerja seorang diri. Ada segerombol simpatisan yang berdandan meniru dirinya tapi mereka hanyalah lalat di tengah pesta orang-orang kaya, cari mati seketika. 

Karena kesengsaraannya dari masa bocah, Riddler merasa memiliki ikatan psikologi dan meniatkan aksinya sebagai pembalasan dendam yang tidak disadari Batman. 

Puncak ambisinya adalah menyaksikan Gotham tenggelam dan musnah; saat dimana akan dirayakan sebagai hari penghakiman. Dari balik topengnya yang terlihat seperti tumpukan lakban karena itu tidak seestetik milik Bane, Riddler adalah suara yang menyempurnakan kesuraman kota dengan jejak kedermawanan keluarga Wayne dimana-mana. 

Dan, sebagaimana kisah kepahlawanan Batman pada galibnya, Gotham memang berantakan namun kewarasan dan kemanusiaan masih menjadi pemenang. Batman masihlah simpul yang menjaga tegaknya dua hal tersebut.

Karena itu juga, bagi saya, 'The Batman" memang berusaha memeluk kita dengan kesuraman. Dengan menelusuri jejak-jejak hidup dari semesta yang kehilangan cinta. Tapi dia tidak memberi kita Batman yang lebih segar. 

Sebagaimana kesuraman sepanjang 3 jam ini ingin menggantikan Joker yang malah samar-samar muncul di ujung kisah. Riddler memang ingin menghadirkan kekacauan, sayang sekali, dia tak cukup memahami sebab-sebab struktural dari hancurnya tatanan bobrok.

Riddler terlalu cupu. Tak seperti Bane di The Dark Knight Rises.   

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun