Mohon tunggu...
S Aji
S Aji Mohon Tunggu... Freelancer - Nomad Digital

Udik!

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Seperti Alpin yang Ingin Ngebahagiain Caca

15 April 2022   14:00 Diperbarui: 15 April 2022   14:37 508
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Seolah-olah nama itu telah berkuasa di mana saja, telah menjadi subyek pujaan. Telah menciptakan kenekadan yang memelihara kenakalan-kenakalan kecil. 

Sudah tahu bocah yang seumuran itu tinggal di tangsi, anak seorang komandan TNI, masih saja nekad bolak-balik di muka pos jaga. Bertamu tidak, cari hukuman iya! 

Atau seorang kawan saya yang lain. Yang sudah tahu bocah berseragam merah putih seperti dirinya adalah juara kelas dan anak seorang petinggi bank swasta, masih saja nekad ke rumahnya setiap sore. Hanya untuk mencet bel, dan ketika berbunyi, lari tunggang langgang hingga menghilang di tikungan.

Cinta monyet telah membuatnya menikmati keisengan-keisengan baru. Persis monyet bertemu pisang yang bentuknya tidak seperti yang dikenalinya.

Atau seorang kawan saya yang lain. Yang ketika mengetahui cewek pindahan itu bakal mengambilalih posisinya sebagai juara di kelas 4 sebuah SD Inpres, bukannya sibuk belajar, malah sibuk menciptakan sinyal-sinyal jatuh hati yang malah terbaca aneh.

Walhasil, cewek pindahan itu terus saja juara kelas dan dia sendiri makin terlempar kedalam cinta monyetnya yang tolol. Tidak ada sedikitpun tanggapan balik. Boro-boro, cewek itu malah ingin pindah sekolah lagi andai ada SD Inpres yang lebih baik!

Tiga contoh ini adalah kisah tiga sekawan. Salah satu anggotanya adalah saya. Berpuluh-puluh tahun yang lalu. Anda boleh memilih cerita yang paling tolol untuk menuduh saya adalah pelakunya. Bebas, apalagi tuduhan itu bisa bikin Anda bahagian! Eaaaa.

Tapi tak ada sebijipun dari kami, dalam umur yang masih susah ngebersihin ingus sendiri itu, pernah bicara tentang kebahagiaan dan cara-cara mewujudkannya. Kebahagiaan adalah kata yang asing, yang bukan tak mungkin hanya akan menjadi beban.

Sebab hidup kami masih suka mencari ikan di comberan, mandi di kali, main bola sampai lupa magrib atau dengan bolos sekolah. Atau pergi dalam rombongan kecil ke kebun tetangga demi sebutir mangga dan drama kejar-kejaran sama pemiliknya.

Atau duduk bergerombol di depan tv menunggu si Unyil tayang. Banyak dari kami yang masih dibedakin dengan asal oleh emaknya.

Si dia, dia, atau dia atau siapapun saat itu hanya magnet sosial di sekolah. Di jam-jam dimana kita inginnya main bola malah disuruh kerjakan soal matematika. 

Pesona mereka tidak bisa mengganti apalagi membatalkan luapan sukacita mencari ikan di got, mencetak gol, lolos dari kejaran pemilik kebun mangga. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun