Mohon tunggu...
S Aji
S Aji Mohon Tunggu... Freelancer - Nomad Digital

Udik!

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Bersama Melampaui Sepak Bola: Cerita Kawan-kawan Tunanetra di Manado

8 Desember 2021   11:23 Diperbarui: 8 Desember 2021   12:49 617
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Para Tunanetra menerima Bantuan Sosial pandemi Covid-19 program #MagerWithDCODE Kumparan & Patner 1001 Media di Manado (febry kodongan/manadobacirita)

Penggusuran tersebut tak hanya menyasar jejaring informalitas seperti pedagang Kaki Lima kuliner, pedagang Cakar Bongkar/Cabo (pakaian bekas impor), pedagang asongan; jejaring yang menggerakan ekonomi di sepanjang pesisir Teluk Manado hingga ke pusat kota (Taman Kesatuan Bangsa/Pasar 45).

Langit Mando yang kini disesaki gedung tinggi | dok. pribadi.
Langit Mando yang kini disesaki gedung tinggi | dok. pribadi.

Kawan-kawan tunanetra juga harus menanggung dampak. Sesudah hidup dalam binaan panti, ada banyak dari mereka yang menjaga ekonomi rumah tangganya dari berjualan kacang goreng, keripik pisang hingga tisu di pinggiran jalan, gang dan dari rumah makan ke rumah makan.

Mereka sejatinya adalah informalitas yang paling rapuh. Tapi mereka tak diam, terlebih pasrah. Mereka terlibat menuntut keadilan dalam akses ekonomi yang setara terhadap ruang Manado yang perkembangannya makin "kapitalisitik".

Apa yang disebut sebagai pusat jasa dan perdagangan dalam visi misi kekuasaan paska-otoritarianisme tak lebih dari model pembangunan kota yang monolitik. Yang dominasi hingga imajinasinya digerakan oleh modal besar. Seperti di kotamu, bukan?

Penggal sejarah yang menceritakan bagaimana kawan-kawan tunanetra memilih terlibat aktif memperjuangkan pemenuhan hak-hak atas ruang urban yang layak bukan porsi utama yang akan saya ceritakan di sini.


Saya sekadar ingin menceritakan kisah lainnya. Kisah yang menggambarkan usaha bersama dalam melampaui keterbatasan. Sayang sekali, cerita ini hanya bersumber pada ingatan. Tak ada dokumentasi.

***

Melampaui Sepak Bola Biasa!
Pada satu ketika, pengurus Pertuni Sulut memasuki masa demisioner. Harus segera dilaksanakan musyawarah pergantian kepengurusan. Jamaknya musyawarah, mereka membutuhkan dana untuk membiayai semua prosesnya.

Dengan segala keterbatasan, mereka berusaha menghimpun dana. Salah satunya yang menarik dan disepakati adalah menyelenggarakan pertandingan sepak bola antar tunanetra.

Saya pada mulanya tidak setuju. Saya tahu peristiwa seperti ini hanya akan menjadi "komedi tragis" bagi penonton. Saya tidak tega. Bukan tak sedikit yang bakal menuding kami mengeksploitasi kawan-kawan difabel.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun