Mohon tunggu...
S Aji
S Aji Mohon Tunggu... Lainnya - Story Collector

- dalam ringkas ingatan, tulisan tumbuh mengabadikan -

Selanjutnya

Tutup

Humor Pilihan

Bersatu, Bangkit dan Preet!

29 Oktober 2021   20:44 Diperbarui: 29 Oktober 2021   20:51 348
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Rantai Putus | Vital via idntimes.com

"Tidak ada lantas-lantasnya." Dkils berdiri, hendak balik ke rumah. Perutnya mendadak mulas. Ia lupa jika tadi malam terlalu rakus melahap sambal dari nasi kotak bekas selamatan.

"Tunggu dulu bapak langganan tim sukses. Jangan lempar isu sembunyi maksud. Jelaskan kepada kami mengapa tak ada lantas dari Republik yang gagal bersatu, kesulitan bangkit dan jauh dari kemampuan untuk tumbuh?" kejar Yanto penuh rasa penasaran.

"Entah bagaimana caranya menjelaskan kepada jenis kepala milik kalian bertiga?" Dkils hendak berlari tapi kakinya duluan dijegal Tono yang tiba-tiba kesal luar biasa. 

Bruuk. Dkils terjun gratis menimpa kerikil sisa pembuatan drainase dengan wajah yang duluan mendarat. Andi yang tak percaya hanya bisa menganga. 

"Jangan bertengkaaar," suara Yanto menggelegar, "baru juga mengandaikan pilpres, kita sudah bercerai berai. Dasar jelata!"

Dkils, sang filosof di gang yang pernah jadi perlintasan sapi, tetap tidak terima. Dia ingin sekali bangkit tapi...pantat celananya kini telah berubah kuning dengan bau busuk yang menyergap udara pagi. 

Preet. Preeet. Mencret. 

Entah apa yang kini hendak dibelanya, egonya yang terluka karena jatuh dijegal atau malu karena mencret di celana. Dkils masih terbaring di atas kerikil. Marah dan malu bercampur luar biasa.

Perlahan, Andi, Yanto dan Tono mengajaknya berdiri. Tono lalu memeluk dan meminta maaf. Di dalam batinnya terbit pertanyaan mengapa berbeda paham di politik mudah sekali membuat jelata kehilangan kewarasan, tak penting muda atau tua, suami atau istri?

"Sesungguhnya di atas politik, masih ada persahabatan." Yanto kini berubah posisi. Menjadi bijak dan melerai.

"Sebagai kaum muda yang mengisi dunia paskapandemi, kita tetap harus bersatu, bangkit dan..." Yanto masih ingin berfilsafat tapi tiba-tiba saja, "Preeeett!" Suara yang menandakan isi perut yang memberontak menuntut dibebaskan mendesak keras dari pantat Dkils. Wajahnya pucat, lesu dan berkeringat dingin.

Mencret memang terjadi dalam semalam. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humor Selengkapnya
Lihat Humor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun