Mohon tunggu...
S Aji
S Aji Mohon Tunggu... Freelancer - Nomad Digital

Udik!

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

[RTC] Kau dan Kotamu Akan Pulih, Han!

31 Januari 2021   20:15 Diperbarui: 2 Februari 2021   05:18 329
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gempa Bumi| ANTARAFOTO/AKBAR TADO via Katadata.co.id

Apa kabar Han? Tidak ada yang kudoakan selain kamu dan semua orang di kota itu dalam keadaan baik-baik saja.

Aku membaca kabar, shock dan berharap kabar duka ini tidak akan berlarut-larut. Kamu dan semua orang di kota itu segera pulih. Sebagaimana yang telah kalian tunjukan selama ini: hidup bersaudara di kota kecil yang tidak ingin meniru tempat-tempat lain. Tempat yang gemar bersolek dengan reklamasi, mall, dan adu gerai cepat saji. 

Di kota seperti itu, semua kepala hanya ingin berlomba-lomba menjadi paling modern. Tetapi tidak di kotamu, kota yang kini kuratapi dengan kesedihan yang dalam. Kotamu percaya jika masa kini bisa dijumpai dengan kearifan masa lalu yang sederhana. Bersama keseharian yang ramah dan melayani semua penghuninya. Kita tidak mesti menjadi modern dengan cara terasing dari masa lalu.

Aku ingat kita pernah pergi ke toko buku kecil yang terjepit di antara bangunan benteng Belanda. Kau ingin membeli buku tapi tak tahu apa. Aku ingin membeli buku tapi tak punya cukup uang. Jadi kau membelikan buku yang tak mampu kubeli sendiri dan aku menawarkan buku yang mungkin menarik. Kita pulang dan janji akan bertemu besok hari. 

"Ceritakan apa isinya, ya." Katamu sebelum langkahku menghilang di balik perempatan. Aku mengacungkan jempol. 

Inilah cara yang telah kita sepakati sejak lama agar terus membeli buku, membaca dan menceritakan hasil bacaan agar tak harus membeli buku yang sama. Aku berharap toko buku itu juga baik-baik saja. Ini sudah lama sekali ya. 15 tahun yang lalu, kau tentu masih ingat.

Aku juga rindu pada pantai yang menghadap lautan teduh. Dan kapal-kapal nelayan yang hilir mudik di antara burung yang terbang di atasnya. Pemandangan yang membuat kita selalu percaya jika hasil dari kerja keras tidak boleh dinikmati sendiri-seperti kapal-kapal dan burung-burung itu. Kita sering pergi ke sini agar jika kelak merantau, katamu, kita selalu ingin pulang untuk mengabdi.

Walau gempa ini terlalu dahsyat, aku berharap pantai itu baik-baik saja. Juga kapal-kapal dan perkampungan nelayan yang selalu menyambut kita dengan senyuman. Dan senja yang selalu menciptakan siluet di antara jejak langkah yang pulang. 

Han, kau pasti tangguh. Kau dan semua orang yang mencintai kota ini--orang-orang yang merayakan hidup dan matinya di sini, yang tak pernah ingin kemana-mana, pasti akan pulih. Aku yakin, kalian adalah golongan yang selalu tegar melewati siklus bencana.

Sesungguhnya, aku ingin segera ada di kotamu dan mengambil sebagian kesedihan itu. Bersamamu pulih dan menata kembali harapan-harapan kita kepada kota kecil ini. Tapi wabah sialan telah pula memangsaku. Ia memaksaku berbaring di ruang isolasi. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun