Mohon tunggu...
S Aji
S Aji Mohon Tunggu... Buruh - Story Collector

Nomad Digital😎

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

Cerita "Master Z: The Ip Man Legacy" atau Mengapa Sebaiknya Tidak Usah Ada!

18 Februari 2019   19:55 Diperbarui: 19 Februari 2019   09:09 2776
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Film Master Z: The Ip Man Legacy | Casey's Movie Mania

Mengapa Batman-nya Nolan tidak memproduksi legasi?  

Menjadi Master Z alias Cheung Tin Chi adalah menjadi jagoan kungfu tanpa kerendahan hati. 

Kungfu baginya tidak lebih dari adu pukul, adu kuat dalam memilih siapa menang. Kungfu hanya menjadi seni berkelahi dan meraih ketenaran. Singkat kata, di tangan Cheung Tin Chi,  kungfu mengalami pemiskinan aspek filosofisnya. Inilah sebab paling fundamental dari mengapa dia harus kalah melawan Ip Man yang sealiran kungfu dengannya.

Kita melihat ini di seri terakhir dari biopik dari guru Bruce Lee dalam Ip Man 3. So, ketika membaca judul Ip Man Legacy, saya berharap Master Z adalah narasi (pseudo) biopik yang sama berkesan. Setengahnya saja sudah cukup sebab Ip Man yang dimainkan Donnie Yen rasanya tidak pernah lagi bisa dibuat. 

Kenapa boleh seperti itu?


Pertama, Ip Man dalam tiga seri itu bukan saja tentang seorang mahaguru Wing Chun. Ip Man juga mengajarkan filosofi kungfu, terutama tentang kerendahatian dan sikap hidup harmoni. Ip Man bukan sosok yang petantang-petenteng, kemana-mana mengumbar kesaktian. Sebaliknya, guru Bruce Lee yang juga perokok berat ini, lebih menghindari adu kesaktian-walaupun tidak pernah bisa. 

Selalu ada orang datang untuk menantangnya adu jurus. Semuanya kalah. Beberapa penantang justru menjadi teman baiknya. 

Kedua, Ip Man adalah kisah anak manusia dalam sejarah perubahan politik. Persisnya adalah sejarah melawan kolonialisme Bangsa Barat atas negeri Timur; kisah perlawanan terhadap kolonialisme Inggris. 

Karena itu, yang membuat kita terpesona dalam kisah Ip Man karena film-filmnya membangkitkan patriotisme dan keberanian untuk setara dengan bangsa-bangsa kulit putih. Dalam tingkat tertentu, Ip Man adalah pahlawan yang dilahirkan masa-masa kolonial dengan senjata perlawanan yang berakar dari warisan tradisi, dalam hal ini ilmu kungfu. 

Ketiga, Ip Man tidak menafikan sisi atau nuansa yang romantik. Lelaki kelahiran Fosan, 1 Oktober 1893 ini juga memiliki kehidupan rumah tangga yang romantis. Suami Cheung Wing Sing dilukiskan sangat lembut dan ayah yang sangat mencintai keluarganya. 

Dalam seri ketiganya, kita bisa melihat bagaimana Ip Man tampil sebagai suami yang menafikan tantangan bertarung demi merawat istrinya yang terserang kanker. Dia mengabaikan egonya, ketika semua orang berharap dan meyakini jika dirinyalah satu-satunya yang bisa menghentikan ambisi Cheung Tin Chi sebagai yang paling jago.

Sekurang-kurangnya dari tiga ukuran ini, apa yang dijuduli sebagai Ip Man Legacy menghadapi uji kualifikasi yang tidak mudah. Demikian juga dengan kisah Master Z. 

Mari kita periksa bersama-sama.

Master Z diceritakan mundur dari pusat persaingan jagoan kungfu sesudah keok di tangan Ip Man. Sebuah pertarungan tiga jurus yang sangat indah dan romantik, karena Ip Man bertarung sesudah diminta oleh sang istri yang sedang melawan kanker. Pertarungan terakhir yang disaksikannya sebelum meninggal.

Master Z lantas memilih hidup sebagai pedagang dengan warung kecil bersama anak lelakinya (yang entah bisa bagaimana mengidolakan Batman). Saat yang bersamaan, tangan-tangan kolonial Inggris masih menegakan negara polisionil yang korup. Negara polisionil yang memelihara mutualisme dengan geng narkoba yang pusatnya ada dalam sebuah restoran steak yang dimiliki Owen Davidson (Dave Bautista). 

Di ruang hidup yang sama, sebuah pusat kuasa sedang menata diri untuk keluar dari praktik-praktik lama mafia. Praktik yang melegalisasi kekerasan sebagai jalan menegakkan kekaisaran bisnis. Kelompok Cheung Lok namanya dengan seorang perempuan sebagai pemimpinnya. Perempuan bernama Tso Ngan Kwan (Michelle Yeoh). Sementara itu juga, ada sebuah bar yang dikepalai oleh Fu, kakak dari Julia (Liu Yan) yang anggun dan jago berkelahi. 

Sehingga bisa dikatakan konteks konflik dalam film yang mulai dirilis di Hongkong pada Desember 2018 ini dapat dipadatkan pada kisah perlawanan terhadap negara polisionil yang melindungi jejaring narkoba. Perlawanan yang digerakan oleh Master Z dan Fu, sejenis perlawanan yang Supra-state. 

Hal mana menunjukan jika kisah Master Z tidak lebih dari seorang jago berkelahi yang kembali dari pengasingan. Tidak ada kategori-kategori besar seperti halnya kala "Ip Man dilahirkan".  Master Z terlalu dangkal dalam konteks ini.

Selanjutnya, jika kita melihat pada romantika kolonial, khususnya kisah Master Z dengan Julia, kondisi yang sama juga terasa. 

Mereka berjumpa dalam satu kebetulan. Yaitu ketika Nana dan Julia melarikan diri dari kejaran gerbong opium. Pertemuan kedua, ketika Master Z berusaha menyelamatkan diri dari kejaran kelompok perusuh yang membakar tokonya. Saat itu, Julia membantu menyelamatkan anak lelakinya dan menampung mereka. 

Master Z kemudian bekerja di bar milik kakak Julia hingga kemudian terlibat dalam perlawanan terhadap jejaring narkoba dan kepolisian. 

Kita tidak menikmati satu romantika yang lembut, yang melukiskan bagaimana lelaki dan perempuan terikat dalam satu perjuangan bersama. Khususnya saat melewati masa-masa krisis yang mengancam akal sehat hingga daya tahan kesetiaan. Setidaknya, ketika melukiskan perjumpaan keduanya, film yang turut diproduseri Donnie Yen ini bahkan tidak mampu mendekati 0,05% saja dari kisah perjumpaan pertama kali Ip Man dengan Cheung Wing Sing saat sedang belajar di St. Stephen, Hong Kong.

Terakhir, Master Z: the Ip Man Legacy juga tidak memberi kita pelukisan sinematik akan sebuah tradisi yang berusaha tetap tumbuh dan mewarnai perjalanan sejarah. 

Maksud saya, kehadiran Master Z ini tidak berada dalam ketegangan antara nilai-nilai Asia Timur dengan negara polisionil Barat yang semena-mena. Sebaliknya, yang tampak adalah kehidupan di sebuah kota kolonial yang sedang terancam oleh perburuan kesenangan (kehidupan bar dan narkotika). 

Karenanya, pada kota yang tumbuh dengan riwayat seperti ini, pelahiran sosok seperti Master Z tidak lebih dari sekadar penciptaan tukang pukul yang berusaha menjaga tatanan tidak jatuh pada kontrol kekuasaan hitam. Mungkin saja ada krisis kehidupan yang serius gara-gara narkotika tapi penonton tidak pernah dibuat merasakan visualisasinya. Jadi, Master Z adalah jagoan kota yang begitu-begitu saja.

Lantas, apa yang dia warisi dari mendiang Ip Man?

***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun