Mohon tunggu...
S Aji
S Aji Mohon Tunggu... Freelancer - Nomad Digital

Udik!

Selanjutnya

Tutup

Film Artikel Utama

Cerita "Shadow", Monokrom Kekuasaan-Moral dan Perempuan

8 Desember 2018   14:54 Diperbarui: 8 Desember 2018   18:24 2639
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Film Shadow/Ying (2018) | Sumber: hollywoodreporter.com

Dominasi warna yang seperti ini seolah memberi impresi kuat tentang wajah kekuasaan yang gelap, yang bersembunyi di dalam ambisi berkuasa dan adu taktik yang menyamarkan diri lewat ketaatan palsu. 

Latar monokrom ini juga memberi imej perihal tidak ada yang bermoral dalam kekuasaan. Apalagi tengah berada dalam ketegangan dan benturan. 

Semua pihak yang menjalani perebutan tersebut berdiri dalam idealismenya sendiri-sendiri yang absah dan pada akhirnya akan menjadi "moral umum" ketika memenangkan perebutan. 

Komandan Yu menolak taktik aliansi dan masa damai, raja muda Pei memilih sebaliknya. Tidak ada yang benar selama tidak mengalahkan satu sama lain. Lantas, dimanakah keberadaan rakyat? Hampir tidak bisa dihitung dalam situasi implosi monarki yang seperti ini. 

Sejarah ditulis para pemenang, bukan?

Walau begitu, jika kita melihat Shadow dari sudut pandang siapakah subyek yang kelihatan tidak berperan, samar-samar dalam kontribusi terhadap benturan, namun sejatinya memenangkan perebutan ini? 

Ketika kita diberitahu adanya ramalan di pembuka bahwa saat sekarang adalah kuasa maskulinitas; bahwa untuk menghadapi level kungfu Jendral Yang, sang bayangan justru harus belajar pada istri si komandan (yang kemudian menjadi selingkuhannya); ketika sang bayangan kembali ke istana lalu membunuh tuannya, lantas menjadi satu-satunya yang lolos dari prahara berdarah-atau berhak menduduki tahta? 

Tak lain, sang istri komandanlah yang menjadi juaranya! Kelembutan membawa dirinya ke puncak dari ketiadaan tatanan lama.

Dengan kata lain, mereka yang pada mulanya terlihat sebagai obyek dari konspirasi kini berbalik menjadi subyek yang memenangkan ujung dari perebutan kekuasaan yang berdarah-darah itu. 

Berbeda dengan sosok perempuan dalam Curse of the Golden Flower (2006) yang menjadi aktor intelektual kudeta namun harus menjadi bagian dari yang dihancurkan. Film ini juga digarap oleh Zhang Yimou. 

Kreativitas dingin Zhang Yimou membuat Shadow sukses menunjukan sisi artistik dari politik yang kelam. Mungkin juga feminin.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun