Ooh, Tiga Singa..
Adu penalti baru menyelesaikan giliran kedua dan saya memilih mematikan televisi. Tidur. Sudah cukup.
Saya memang sekedar ingin membuktikan jika The Three Lions di bawah asuhan Gareth Southgate bakal menampilkan sesuatu yang lebih sangar, mengerikan, dan meyakinkan bahwa sebentar lagi "Football Coming Home" akan menjadi kenyataan . Menunggu sejak tahun 1966, mulai dari generasi sekelas angkatan Gary Lineker, lantas angkatan Beckham, Owen, lalu angkatan Gerard, Lampard dan Rooney, bukanlah kerinduan yang mudah. Kerinduan yang harus dipenuhi angkatan yang, hemat saya, paling komplit muka-belakang: Harry Kane, dkk.
Sayang sekali, Hary Kane, dkk belum menampilkan sesuatu yang berkorelasi dengan gemerlapnya Premier League. Faktanya?
Di fase grup, mereka tidak menemui lawan berarti selain Belgia. Panama dan Tunisia hanyalah sejenis narasi pinggiran di Pildun yang berusaha tidak buruk-buruk amat di orbit nasibnya sendiri. Atmosfir kompetisinya kalah kelas manakala kita menyebut Nigeria (sebagai wakil Afrika) atau Meksiko (wakil Amerika Tengah) sebagai penghuninya.
Pada laga melawan Tunisia, Inggris hanya bisa menang dengan selisih gol tipis, 2:1. Dari statistik hasil pertandingan yang dimuat WhoScored.com, Inggris memang dominan dalam penguasaan bola. Perbandingannya, 60%: 30%. Namun akurasi dalam operan hanya 86%. Para penonton juga tahu ini bukan jenis kemenangan yang mudah. Bukan saja karena laga pembuka selalu menyulitkan, The Carthage Eagles berani bermain dengan gaya mereka. Menyerang dan tidak rendah diri menghadapi tim dari dunia pertama, dengan nama-nama yang juga menjadi pusat berita media olahraga. Keberanian bermain yang menyulitkan.
Situasi berbeda kala menghadapi Panama. Hary Kane, dkk menang hingga 6:1. Kane menciptakan hattrick dan membawanya melaju dengan 5 gol di klasmen pencetak gol. Berada di atas Ronaldo. Pada laga ini, selisih ball possession antara keduanya hanyalah 59% berbanding 41% untuk Inggris. Namun Inggris lebih bagus dari akurasi operan yang mencapi 92% dan tendangan ke gawang sebanyak 7 kali dari 11 kali ujicoba. Panama menjadi sansak dari opsi bermain terbuka.
Inggris baru kalah dalam partai puncak penyisihan grup dalam pertandingan bertajuk "cadangan vs cadangan" dari Belgia. Sejenis pertandingan yang dimaksudkan mengistirahatkan kekuatan utama sembari memberi menit bermain para cadangan.
Sebuah Kesaksian dan Harap Milenials
Bagaimana dengan laga versus Kolombia? Sebelum membicarakan bagian ini, ada baiknya melihat latar belakang yang lebih kompleks.
Saya adalah milenials generasi pertama, katakanlah begitu. Saya menyaksikan bagaimana liga Jerman dan Italia pernah muncul di televisi nasional. Lantas kemudian muncul liga Inggris dan Spanyol bersama keberadaan stasiun televisi swasta. Dalam perkembangan mutakhir, layanan tontotan bola ini sudah bisa menghadirkan liga Perancis dan Belanda juga lewat Indihome yang menyediakan Bein Sport atau Fox Sport. Sesekali menayangkan liga Turki.