Mohon tunggu...
Tuti Sulastri
Tuti Sulastri Mohon Tunggu... -

seorang ibu rumah tangga dan mahasiswi magister keperawatan UI

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Keperawatan

16 Oktober 2014   04:38 Diperbarui: 17 Juni 2015   20:50 1038
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dari tabel 5.6dapat disimpulkan bahwa stress pembedahan yang ringan yang mampu melakukan mobilisasi dini.yakni sekitar 25 %. Nilai p = 0.601 artinya hasil uji analisis dengan uji Spearmantidak signifianyang mempunyai makna bahwa stress pasca pembedahan tidak berhubungan dengan motivasi mobilisasi dini.

PEMBAHASAN

A. Interpretasi dan diskusi hasil penelitian

1. HubunganAntaraUsiadenganMotivasiMobilisasidinipascaBedahdigestifdi RSUD Serang

Dari hasilpenelitiandiperolehbahwa, Motivasimobilisasidinipadapasienpascabedahdigestifditinjaudarifaktorusiadari 60 responden, didapatkansebagianbesarpadausia 20 – 30 tahunyaitusebanyak 12 orang (21.7%). Dari HasilpenelitiandiperolehnilaiP = 0.001, makadapatdisimpulkanbahwa terdapathubungan yang signifikanantarausiadenganmotivasimobilisasidini pasca pembedahandigestif di RSUD Serang. Hasilpenelitianinisesuaidenganapa yang dikatakan Mu'tadin (2006), bahwabertambahnyausiaseseorangakanmembuatmerekamempunyaipengalamandalammenghadapidanmemahamiapa yang sekarang sedang dihadapi dan apa yang seharusnyadilakukan. Pengalamanmemangbergunatetapikadangperlupenyesuaiandalammenghadapikeadaantertentu. Kadangseseorangakanmenggunakanpengalamansebagai acuandanreferensidalammenghadapipersoalanataupermasalahan ditambahjugapengalaman.

MenurutPeneliti, usia 20-30 tahun merupakan usia awal dewasa muda yang aktif dan produktif, usia dimana organ tubuh dalam kondisi maksimal. Usia ini rata-rata memiliki mobilitas yang tinggi dalam kesehariannya, sehingga pasien dengan usia seperti ini kemungkinan keinginan untuk cepat bergerak, rasa bosan diam sangatlah tinggi. Keingintahuan pada usia ini juga cukup tinggi sehingga mudah untuk memberi informasi tentang manfaat dari proses mobilisasi dini pasca pembedahan

2. HubunganAntaraJenisKelamindenganMotivasiMobilisasidinipasca Bedahdigestif di RSUD Serang

Hasilpenelitianmotivasimobilisasidinipascabedahdigestifyang dilakukanpada 60 respondendenganjeniskelaminlaki laki 29 responden (48,3%), danrespondenwanita 31 responden (51,7%). Hasil penghitungan dan analisis dengan uji Spearman responden perempuan lebih banyak memiliki motivasi untuk melakukan mobilisasi di banding laki-laki. Beberapa artikel jurnal atau tentang penelitianmenyebutkan masalahjenis kelamin lebih dilihatnya dari sisi kultur. Secara budaya, individu laki-laki dilarangmengeluh dan perempuan boleh mengeluh bilamerasa sakit/nyeri. Dalam penelitian ini peneliti ingin mengetahui lebih jauh apakahlaki-laki atau perempuan yang mendapat hambatan dalam melakukan mobilisasi pasca pembedahan khususnya post operasi digestif.

3.HubunganAntara Tingkat PendidikandenganMotivasiMobilisasiDiniPascaBedahDigestif di RSUD Serang.

Hasilpenelitianmenunjukkan motivasi mobilisasi dini pasca bedah digestif dari 60 responden menunjukkan Responden dengan pendidikan SMA keatas yang memiliki motivasi paling tinggi yakni 30.4 %. Hasil analisa diperoleh data bahwa jumlah responden berdasarkan tingkat pendidikan yang melakukan mobilhasiluji statistik didapatkannilai p = 0,001,berarti nilai α < 0,05, dapatdisimpulkanadahubungan yang signifikanantaratingkatpendidikandenganmotivasimobilisasidinipascabedahdigestif di RSUD Serang.

4. Hubungan Antara Nyeri dengan Motivasi Mobilisasi Dini Pasca Bedah Digestif di RSUD Serang.

Dari hasil penelitian didapatkan bahwa motivasi mobilisasi dini pada pasca bedah digestif pada pasien di RSUD Serangdari 60 responden, yang melakukan mobilisasi dini ada pada tingkat nyeri pasien ringan dan berat sama-sama 3.3% dengan frekuensi responden yang berbeda. Hasil uji statistik didapatkan nilai p = 0,000 berarti nilai α < 0,05 terdapat hubungan yang signifikan antara rasa nyeri pasca operasi digestif dengan dengan motivasi mobilisasi dini pasca bedah digestif di RSUD. Sesuai dengan pernyataan yang mengatakan “nyeri merupakan keadaan yang mempengaruhi seseorang dan eksistensinya dan juga sensori subyektif dan emosional yang menyenangkan” (IASP. 2010,). Penyakit yang diderita seseorang akan mempengaruhi mobilitasnya, misalnya pada pasien yang mengalami pembedahan akan mengalami keterbatasan dalam bergerak bebas. Demikian juga pada seseorang yang baru menjalani operasi, adanya rasa nyeri dan sakit yang menjadi alasan untuk cendrung tidak melakukan mobilisasi. Perdarahan akan mengakibatkan terhalangnya pelaksanaan mobilisasi. Tingkat keparahan penyakit yang diderita pasien jugamempengaruhi lama tidaknya tindakan operasi yang dilakukan hal ini tentu akan mempengaruhi proses mobilisasi dini yang seharusnya diberikan atau dilakukan

5. Hubungan Antara Stress dengan Motivasi Mobilisasi Dini Pasca Bedah digestif di RSUD Serang.

Hasil uji statistik yang dilakukan hubungan antara stress dengan motivasi dini pasca bedah digestif di RSUD Serang didapatkan nilai p = 0,601 berarti nilai α > 0,05 , dapat disimpulkan tidak ada hubungan yang signifikan antara stress dengan motivasi mobilisasi dini pasca bedah digestif di RSUD Serang.

Menurut penulisterjadinya stress pada pasien pasca bedah adalah hal yang fisiologis terjadi pada pasien karena rasa nyeri akan muncul setelah hilangnya anesthesi, pada pasien yang toleransi nyerinya tinggi akan mempengaruhi motivasi pasien untuk bergerak melakukan mobilisasi dan dampak dari kurangnya motivasi mobilisasi pada pasien pasca bedah digestif terhadap kesehatan akan berpengaruh pada bertambahnya hari rawat dengan demikian juga akanbertambahnya biaya bagi perawatannya, sehingga akan berpengaruh juga terhadap keluarganya.

Menurut literatur – literatur keperawatan, hampir kurang lebih 90% pasien mengalami masa stress pasca operasi, hal ini fisiologis atau normal selama hal ini tidak menghambat proses penyembuhan, yang akan berdampak pada bertambahnya d lama hari rawat dan pembayaran yang berlebih. Menurut Smith (2004) faktor yang mempengaruhi dalam pelaksanaan mobilisasi dini salah satunya adalah dukungan yang meliputi : dukungan emosional, dukungan fisik, dukungan informasional dan dukungan komunikasi atau penghargaan.

Keterbatasan Penelitian

1 Instrumen penelitian

Penelitian ini telah menggunakan instrumen hasil modifikasi dari beberapa instrumen penelitian lain, dimana tidak diukur kembali validitas dan reliabilitasnya pada sampel penelitian walaupun validitas dan reliabilitas dalam bentuk instrumen terdahulu telah dilakukan pada sampel yang berbeda.

2Pengumpulan Data

Kondisi pasien yang baru menjalani pasca bedah agak menyulitkan dalam berkomunikasi, meskipun demikian, keberadaan peneliti dibantu oleh perawat yang ditunjuk telah membantu mengatasi kondisi ini.

3 Distribusi kuesioner/observasi

Dalam penelitian ini, distribusi masing-masing variabel yang tidak merata mempengaruhi analisis yang tidak maksimal.

Implikasi Hasil Penelitian dalam Keperawatan

1.ImplikasiTerhadappelayanan Keperawatan

Perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan khususnya pasca bedah digestif perlu memahami faktor-faktor yang dialami oleh pasien sebagai keadaan yang sangat berpengaruh dalam motivasi mobilisasi dini pasca bedah digestif.

Perawat juga harus lebih memahami latar belakang pasien, baik usia, tingkat pendidikan faktor-faktor lain yang kemungkinan mempengaruhi pelaksanaan motivasi mobilisasi dini pasca operasi digestif ini. Dengan pemahaman yang baik maka perawat mampu menjalankan perannya baik sebagai edukator dan motivator dalam memaksimalkan perannya terhadap pasien, sehingga pelayanan keperawatanpun akan menjadi optimal diterima oleh pasien khususnya tindakan mandiri keperawatan yaitu mobilisasi dini.

Perawat harus lebih meningkatkan diri dan mengembangkan diri dalam melaksanakan asuhan keperawatan khususnya tindakan mandiri keperawatan seperti mobilisasi dini yang meruapakan keniscayaah yang harus dilakukan perawat untuk pasien paska bedah dengan mengerti dan memahami tahapann-tahapannya dan terus mencari informasi perkembangan terbaru.

2.ImplikasiTerhadapPenelitian Keperawatan

Penelitian ini telah mengidentifikasi hubungan yang bermakna antara usia, tingkat pendidikan, jenis kelamin, nyeri dan stress pasca operasi dengan motivasi mobilisasi dini, meskipun stress pasca bedah memiliki hasil uji statistik yang tidak signifikan.Penelitian lanjutan dengan desain kuasi eksperimen untuk melihat hubungan faktor-faktor tersebut secara lebih signifikan. Selain itu dalam penelitian ini peneliti hanya melihat hubunganbeberapa faktorterhadap motivasi mobilisasi dini pasca bedah digestif. Perlu penelitian lanjutan yang meneliti variabel-variabel lain yangberhubungan dengan motivasi mobilisasi dini dilihat dari suku, budaya, lingkuangan, emosi sosial budaya, informasi yang diterima dan peran perawat dalam motivasi mobilisasi dini pasca bedah digestif.

SIMPULAN DAN SARAN

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi hubungan antara usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, persepsi nyeri dan tingkat stress pasien pasca bedah digestif dengan motivasi melakukan mobilisasi dini.

Simpulan

1. Ada hubungan yang signifikan antara usia dengan motivasi mobilisasi dini pasca bedah digestif, (p=0.001 ; α = 0.05).

2 Ada hubungan yang signifikan antara jenis kelamin dengan motivasi mobilisasi dini pasca bedah digestif, (p : 0.001; α : 0.05).

3Ada Hubungan yang signifikan antara tingkat pendidikan dengan motivasi mobilisasi dini pasca bedah digestif, (p : 0.001; α : 0.05).

4 Ada hubungan yang signifikanantara persepsi nyeridengan motivasi mobilisasi dini pasca bedah digestif,(p : 0.001 ; α : 0.05).

5 Stress pasca pembedahan tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan motivasi mobilisasi pasca bedah , (p : 0.601 ;α : 0.05).

Saran

1 Saran Bagi Perawat

A.Mengikuti pelatihan tentang asuhankeperawatan pasien bedah termasuk mobilisasi pasien bedah sehingga pengetahuan perawat tentang mobilisasi dini pasca bedah digestif, waktu mobilisasi dan tahapannya dapat ditingkatkan.

B. Mengikuti pelatihan tentang metodologi pemberian pendidikan kesehatansehingga mampu mengembangkan berbagai media tentang mobilisasi dini danpenerapannya sebelum dan sesudah operasi sesuai dengan tingkatan pendidikan.

C. Melakukan pemantauan dan pemberian perhatian secara teratur dan berkala pada pasien yang mengalami nyerisesuai usianya terutama pada usia yang lanjut, sehingga pasien mampu dan termotivasi melakuan mobilisasi dini yang optimal.

D. Mengembangkan kelas pendidikan kesehaatn bagi keluarga untuk meningkatkan sistem dukungan sosial keluarga dalam rangka membudayakan mobilisasi dini serta mengantisipasi berbagai kemungkinan penyulit pasca bedah.

2Bagi Pengelola Institusi Rumah sakit

Mengembangkan Standar prosedur Operasional yang baku (SOP)tentang pelaksanaan mobilisasi dini pada pasien pasca bedah sesuai bukti hasil riset yang up to date.

3 Bagi peneliti Selanjutnya

A.Melakukan penelitian lanjutan tentang faktor lain yang belum diteliti keterhubungannya dengan motivasi mobilisasi dini dan sistem pengelolaan perawatdalam pelaksanaan mobilisasi dini pasca bedah digestif.

B.Melakukanpenelitian dengan desain kuasi eksperimen untuk melihat hubungan kausal antara faktor-faktor yang paling berpengaruh pada motivasi pelaksanaan mobilisasi dini pasca bedah digestif atau kasus bedah secara umum .

1. Tuti Sulastri : Staff pengajar Akper

Pemda Kab. Serang (tutisulastri96@yahoo.co.id)

2.Eli Amaliyah : Staff pengajar Akper

Pemda Kab. Serang

3. Erna Lestari: Staff pengajar Akper

Pemda Kab. Serang

4. Erna Umar: Staff pengajar Akper

Pemda Kab. Serang

DAFTAR PUSTAKA

ASA. 2012. ASA Physical Status Classification System. America Society ofAnesthesiologists. URL: http://www.asahq.org. Diakses pada 12 Januari 2013.

Baradero.M.,Dayrit,MW.,SPC,MAN.,Siswadi,,Y.,MSN (2009), Prinsip & Praktik Keperawatan Perioperatif, Jakarta EGC.

Bickley, Lynn, S. (2009). Pemeriksaan Fisik & Riwayat Kesehatan, Jakarta, EGC

Black, J.M.,(2009), Medical Surgical Nursing; clinic management for continnuty of care, 8th ed. Philadephia; W.B. Sounders Company.

Brunner & Sudarth (2002), Buku Ajar Keperawatan Medical Bedah,(Ed.8)Vol.1. Jakarta: EGC

Canavarro, K. (1946). Early postoperative ambulation. Annals of surgery, 124 (2),

180 – 181.

Carpenito, LJ. (2000). Diagnosa Keperawatan. Edisi kedelapan. Jakarta:Penerbit

Buku Kedokteran EGC.

Carpenter.,Christiean.C.M.D.,Peter.MD.,Gabriel.Z.,Marie.T.,Heinz.,MD.,et.el. (2002), Levobupivacain versus Racemic Bupivacain for spinal anesthesia, didapat dari www.anesthesia.analgesia.org/conten/94/1/194.short diunduh pada 2/4/2013.

Casey. WF.(2000) Practical Prosedure : Spinal Anesthesia. A Praetical Guide Issue.12.

Chris Ankcorn dan William F Casey. Spinal anaesthesia-a practical guide. Available from : http://www.nda.ox.ac.uk/wfsa/html/u03/u03_003.htm. (Diakses tanggal 12 Feb. 2013)

Charless.O,.Imareng, aye.F.WA.,CS. Amerikca Society of Anesthesilogist (ASA), (2003) Spinal Anesthesi, Fungsional Balance is impaired afther Clinical recovery, 98:511-5

Chobarunsitti, S.(2007). Effects of self-Efficacy Enhancement Early Ambulation on Patien post abdominal Surgery Recovery at Phaphuttabath Hospital Saraburi. 10 Feb. 2013,Wibesite :www.emedicine.com?med/topic3397.htm

Craven F.R & Hirnle.J.C (2009). Fundamentals of Nursing Human,Health and

Fucntion (6 th.edition).USA.Lippincott Williams & Wilkins.

Dahlan, M.S. (2010). Besar Sampel dan Cara Pengambilan Sampel dalam penelitian Kedokteran dan Kesehatan, Edisi 3 (hlm19-100), Jakarta:Salemba Medika

Damayanti, Laili, (2010), Seputar obat Anestesi; Jenis lain, Lain kegunaannya. Di unduhdariwww.hypnosis45.com/download/Seputar0 %20Obat%20Bius,pdfpada 9 Februari 2013

Duchterman, J.M.,Bulechek, G.M.,(2004), Nursing intervention classification, Mosby an affiliate of Elsevier, St. Louis, Missouri, ed 4 th

Doenges, ME. (2000). Rencana Asuhan Keperawatan. Pedoman Untuk

Perencanaandan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta: PenerbitBuku KedokteranEGC

Eldawati,(2011). Pengaruh Latihan Kekuatan Otot pre operasi terhadap kemampuan Ambulasi Dini Pasien Pasca operasi Fraktur Ektrimitas bawah di RSUP Fatmawati, Jakarta, tesis. Universitas Indonesia.

Garrison, J.,Susan, (2004), Keperawatan Medikal Bedah, Ed.8. Vol.1, : Jakarta, EGC.

Greson, T. (2007). Life Without Stress Mengajari Diri Anda Sendiri Mengelola Stress. Penerjemah Eriawan Aheda. Jakarta.P.T Prestasi Pustakarya

Hastono, S. P.(2007), Analisis data kesehatan, Depok: Fakultas Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia.

Israfi dalam Akhrita, (2011), Pengaruh Mobilisasi Dini Terhadap Pemulihan Kandung kemih pasca pembedahan dengan anestesi Spinal, Universitas Kedokteran Andalas.

Kleinman, W., Mikhail, M.S. 2006. Regional Anesthesia & Pain Managemen :

Spinal, Epidural & Caudal Blocks., Clinical Anesthesiology. 4th ed. 289- 323 hal.

Kozier(2010),Fundamental Keperawatan,edisi 7,: Jakarta, EGC.

Latief,SA, Kartini A Suryadi dan M Ruswan

Dachlan,(2002), Petunjuk PraktisAnestesiologi, Jakarta ; Bagian anestesiologi dan terapi intensif Fakultas

Kedokteran Universitas Indonesia.

Lewis, S.L, Heitkemper,M.M, & Dirksen, S.R. (2004). Medical – surgical :

Assessment and management of clinical problems. 6th Ed, St. Louis, MO

Mosby.

Dari tabel 5.6 dapat disimpulkan bahwa stress pembedahan yang ringan yang mampu melakukan mobilisasi dini.yakni sekitar 25 %. Nilai p = 0.601 artinya hasil uji analisis dengan uji Spearman tidak signifian yang mempunyai makna bahwa stress pasca pembedahan tidak berhubungan dengan motivasi mobilisasi dini.

PEMBAHASAN
A. Interpretasi dan diskusi hasil penelitian
1. Hubungan Antara Usia dengan Motivasi Mobilisasi dini pasca Bedah digestif di RSUD Serang
Dari hasil penelitian diperoleh bahwa, Motivasi mobilisasi dini pada pasien pasca bedah digestif ditinjau dari faktor usia dari 60 responden, didapatkan sebagian besar pada usia 20 – 30 tahun yaitu sebanyak 12 orang (21.7%). Dari Hasil penelitian diperoleh nilai P = 0.001, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara usia dengan motivasi mobilisasi dini pasca pembedahan digestif di RSUD Serang. Hasil penelitian ini sesuai dengan apa yang dikatakan Mu'tadin (2006), bahwa bertambahnya usia seseorang akan membuat mereka mempunyai pengalaman dalam menghadapi dan memahami apa yang sekarang sedang dihadapi dan apa yang seharusnya dilakukan. Pengalaman memang berguna tetapi kadang perlu penyesuaian dalam menghadapi keadaan tertentu. Kadang seseorang akan menggunakan pengalaman sebagai acuan dan referensi dalam menghadapi persoalan atau permasalahan ditambah juga pengalaman.
Menurut Peneliti, usia 20-30 tahun merupakan usia awal dewasa muda yang aktif dan produktif, usia dimana organ tubuh dalam kondisi maksimal. Usia ini rata-rata memiliki mobilitas yang tinggi dalam kesehariannya, sehingga pasien dengan usia seperti ini kemungkinan keinginan untuk cepat bergerak, rasa bosan diam sangatlah tinggi. Keingintahuan pada usia ini juga cukup tinggi sehingga mudah untuk memberi informasi tentang manfaat dari proses mobilisasi dini pasca pembedahan
2. Hubungan Antara Jenis Kelamin dengan Motivasi Mobilisasi dini pasca Bedahdigestif di RSUD Serang
Hasil penelitian motivasi mobilisasi dini pasca bedah digestif yang dilakukan pada 60 responden dengan jenis kelamin laki laki 29 responden (48,3%), dan responden wanita 31 responden (51,7%). Hasil penghitungan dan analisis dengan uji Spearman responden perempuan lebih banyak memiliki motivasi untuk melakukan mobilisasi di banding laki-laki. Beberapa artikel jurnal atau tentang penelitian menyebutkan masalah jenis kelamin lebih dilihatnya dari sisi kultur. Secara budaya, individu laki-laki dilarang mengeluh dan perempuan boleh mengeluh bila merasa sakit/nyeri. Dalam penelitian ini peneliti ingin mengetahui lebih jauh apakah laki-laki atau perempuan yang mendapat hambatan dalam melakukan mobilisasi pasca pembedahan khususnya post operasi digestif.
3.HubunganAntara Tingkat Pendidikan dengan Motivasi Mobilisasi Dini Pasca Bedah Digestif di RSUD Serang.
Hasil penelitian menunjukkan motivasi mobilisasi dini pasca bedah digestif dari 60 responden menunjukkan Responden dengan pendidikan SMA keatas yang memiliki motivasi paling tinggi yakni 30.4 %. Hasil analisa diperoleh data bahwa jumlah responden berdasarkan tingkat pendidikan yang melakukan mobil hasil uji statistik didapatkan nilai p = 0,001,berarti nilai α < 0,05, dapat disimpulkan ada hubungan yang signifikan antara tingkat pendidikan dengan motivasi mobilisasi dini pasca bedah digestif di RSUD Serang.
4. Hubungan Antara Nyeri dengan Motivasi Mobilisasi Dini Pasca Bedah Digestif di RSUD Serang.
Dari hasil penelitian didapatkan bahwa motivasi mobilisasi dini pada pasca bedah digestif pada pasien di RSUD Serang dari 60 responden, yang melakukan mobilisasi dini ada pada tingkat nyeri pasien ringan dan berat sama-sama 3.3% dengan frekuensi responden yang berbeda. Hasil uji statistik didapatkan nilai p = 0,000 berarti nilai α < 0,05 terdapat hubungan yang signifikan antara rasa nyeri pasca operasi digestif dengan dengan motivasi mobilisasi dini pasca bedah digestif di RSUD. Sesuai dengan pernyataan yang mengatakan “nyeri merupakan keadaan yang mempengaruhi seseorang dan eksistensinya dan juga sensori subyektif dan emosional yang menyenangkan” (IASP. 2010,). Penyakit yang diderita seseorang akan mempengaruhi mobilitasnya, misalnya pada pasien yang mengalami pembedahan akan mengalami keterbatasan dalam bergerak bebas. Demikian juga pada seseorang yang baru menjalani operasi, adanya rasa nyeri dan sakit yang menjadi alasan untuk cendrung tidak melakukan mobilisasi. Perdarahan akan mengakibatkan terhalangnya pelaksanaan mobilisasi. Tingkat keparahan penyakit yang diderita pasien juga mempengaruhi lama tidaknya tindakan operasi yang dilakukan hal ini tentu akan mempengaruhi proses mobilisasi dini yang seharusnya diberikan atau dilakukan

5. Hubungan Antara Stress dengan Motivasi Mobilisasi Dini Pasca Bedah digestif di RSUD Serang.
Hasil uji statistik yang dilakukan hubungan antara stress dengan motivasi dini pasca bedah digestif di RSUD Serang didapatkan nilai p = 0,601 berarti nilai α > 0,05 , dapat disimpulkan tidak ada hubungan yang signifikan antara stress dengan motivasi mobilisasi dini pasca bedah digestif di RSUD Serang.
Menurut penulis terjadinya stress pada pasien pasca bedah adalah hal yang fisiologis terjadi pada pasien karena rasa nyeri akan muncul setelah hilangnya anesthesi, pada pasien yang toleransi nyerinya tinggi akan mempengaruhi motivasi pasien untuk bergerak melakukan mobilisasi dan dampak dari kurangnya motivasi mobilisasi pada pasien pasca bedah digestif terhadap kesehatan akan berpengaruh pada bertambahnya hari rawat dengan demikian juga akan bertambahnya biaya bagi perawatannya, sehingga akan berpengaruh juga terhadap keluarganya.
Menurut literatur – literatur keperawatan, hampir kurang lebih 90% pasien mengalami masa stress pasca operasi, hal ini fisiologis atau normal selama hal ini tidak menghambat proses penyembuhan, yang akan berdampak pada bertambahnya d lama hari rawat dan pembayaran yang berlebih. Menurut Smith (2004) faktor yang mempengaruhi dalam pelaksanaan mobilisasi dini salah satunya adalah dukungan yang meliputi : dukungan emosional, dukungan fisik, dukungan informasional dan dukungan komunikasi atau penghargaan.
Keterbatasan Penelitian
1 Instrumen penelitian
Penelitian ini telah menggunakan instrumen hasil modifikasi dari beberapa instrumen penelitian lain, dimana tidak diukur kembali validitas dan reliabilitasnya pada sampel penelitian walaupun validitas dan reliabilitas dalam bentuk instrumen terdahulu telah dilakukan pada sampel yang berbeda.
2 Pengumpulan Data
Kondisi pasien yang baru menjalani pasca bedah agak menyulitkan dalam berkomunikasi, meskipun demikian, keberadaan peneliti dibantu oleh perawat yang ditunjuk telah membantu mengatasi kondisi ini.
3 Distribusi kuesioner/observasi
Dalam penelitian ini, distribusi masing-masing variabel yang tidak merata mempengaruhi analisis yang tidak maksimal.
Implikasi Hasil Penelitian dalam Keperawatan
1.Implikasi Terhadap pelayanan Keperawatan
Perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan khususnya pasca bedah digestif perlu memahami faktor-faktor yang dialami oleh pasien sebagai keadaan yang sangat berpengaruh dalam motivasi mobilisasi dini pasca bedah digestif.
Perawat juga harus lebih memahami latar belakang pasien, baik usia, tingkat pendidikan faktor-faktor lain yang kemungkinan mempengaruhi pelaksanaan motivasi mobilisasi dini pasca operasi digestif ini. Dengan pemahaman yang baik maka perawat mampu menjalankan perannya baik sebagai edukator dan motivator dalam memaksimalkan perannya terhadap pasien, sehingga pelayanan keperawatanpun akan menjadi optimal diterima oleh pasien khususnya tindakan mandiri keperawatan yaitu mobilisasi dini.
Perawat harus lebih meningkatkan diri dan mengembangkan diri dalam melaksanakan asuhan keperawatan khususnya tindakan mandiri keperawatan seperti mobilisasi dini yang meruapakan keniscayaah yang harus dilakukan perawat untuk pasien paska bedah dengan mengerti dan memahami tahapann-tahapannya dan terus mencari informasi perkembangan terbaru.

2.Implikasi Terhadap Penelitian Keperawatan
Penelitian ini telah mengidentifikasi hubungan yang bermakna antara usia, tingkat pendidikan, jenis kelamin, nyeri dan stress pasca operasi dengan motivasi mobilisasi dini, meskipun stress pasca bedah memiliki hasil uji statistik yang tidak signifikan. Penelitian lanjutan dengan desain kuasi eksperimen untuk melihat hubungan faktor-faktor tersebut secara lebih signifikan. Selain itu dalam penelitian ini peneliti hanya melihat hubungan beberapa faktor terhadap motivasi mobilisasi dini pasca bedah digestif. Perlu penelitian lanjutan yang meneliti variabel-variabel lain yang berhubungan dengan motivasi mobilisasi dini dilihat dari suku, budaya, lingkuangan, emosi sosial budaya, informasi yang diterima dan peran perawat dalam motivasi mobilisasi dini pasca bedah digestif.

SIMPULAN DAN SARAN
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi hubungan antara usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, persepsi nyeri dan tingkat stress pasien pasca bedah digestif dengan motivasi melakukan mobilisasi dini.
Simpulan
1. Ada hubungan yang signifikan antara usia dengan motivasi mobilisasi dini pasca bedah digestif, (p=0.001 ; α = 0.05).
2 Ada hubungan yang signifikan antara jenis kelamin dengan motivasi mobilisasi dini pasca bedah digestif, (p : 0.001; α : 0.05).
3 Ada Hubungan yang signifikan antara tingkat pendidikan dengan motivasi mobilisasi dini pasca bedah digestif, (p : 0.001; α : 0.05).
4 Ada hubungan yang signifikan antara persepsi nyeri dengan motivasi mobilisasi dini pasca bedah digestif, (p : 0.001 ; α : 0.05).
5 Stress pasca pembedahan tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan motivasi mobilisasi pasca bedah , (p : 0.601 ;α : 0.05).
Saran
1 Saran Bagi Perawat
A.Mengikuti pelatihan tentang asuhankeperawatan pasien bedah termasuk mobilisasi pasien bedah sehingga pengetahuan perawat tentang mobilisasi dini pasca bedah digestif, waktu mobilisasi dan tahapannya dapat ditingkatkan.
B. Mengikuti pelatihan tentang metodologi pemberian pendidikan kesehatan sehingga mampu mengembangkan berbagai media tentang mobilisasi dini dan penerapannya sebelum dan sesudah operasi sesuai dengan tingkatan pendidikan.
C. Melakukan pemantauan dan pemberian perhatian secara teratur dan berkala pada pasien yang mengalami nyeri sesuai usianya terutama pada usia yang lanjut, sehingga pasien mampu dan termotivasi melakuan mobilisasi dini yang optimal.
D. Mengembangkan kelas pendidikan kesehaatn bagi keluarga untuk meningkatkan sistem dukungan sosial keluarga dalam rangka membudayakan mobilisasi dini serta mengantisipasi berbagai kemungkinan penyulit pasca bedah.


2 Bagi Pengelola Institusi Rumah sakit
Mengembangkan Standar prosedur Operasional yang baku (SOP) tentang pelaksanaan mobilisasi dini pada pasien pasca bedah sesuai bukti hasil riset yang up to date.
3 Bagi peneliti Selanjutnya
A. Melakukan penelitian lanjutan tentang faktor lain yang belum diteliti keterhubungannya dengan motivasi mobilisasi dini dan sistem pengelolaan perawat dalam pelaksanaan mobilisasi dini pasca bedah digestif.
B. Melakukan penelitian dengan desain kuasi eksperimen untuk melihat hubungan kausal antara faktor-faktor yang paling berpengaruh pada motivasi pelaksanaan mobilisasi dini pasca bedah digestif atau kasus bedah secara umum .

1. Tuti Sulastri : Staff pengajar Akper
Pemda Kab. Serang (tutisulastri96@yahoo.co.id)
2. Eli Amaliyah : Staff pengajar Akper
Pemda Kab. Serang
3. Erna Lestari : Staff pengajar Akper
Pemda Kab. Serang
4. Erna Umar : Staff pengajar Akper
Pemda Kab. Serang

DAFTAR PUSTAKA

ASA. 2012. ASA Physical Status Classification System. America Society of Anesthesiologists. URL: http://www.asahq.org. Diakses pada 12 Januari 2013.

Baradero.M.,Dayrit,MW.,SPC,MAN.,Siswadi,, Y.,MSN (2009), Prinsip & Praktik Keperawatan Perioperatif, Jakarta EGC.

HALAMAN :
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun