Mohon tunggu...
Tuti Trisnowati
Tuti Trisnowati Mohon Tunggu... Guru - Pendidik

Teacher, Bloger. Suka kulineran, traveling. Menulis adalah salah satu cara untuk terus belajar, berkembang dan meningkatkan kompetensi diri.

Selanjutnya

Tutup

Ramadan

Tiga Tingkatan Berpuasa

28 Maret 2023   09:33 Diperbarui: 29 Maret 2023   22:28 416
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
dokpri. created by canva.com

Bulan Ramadan menjadi bulan yang istimewa, karena Allah swt memerintahkan orang -- orang yang beriman untuk melakukan ibadah puasa sebagaimana dijelaskan dalam firman Allah:

Wahai orang-orang yang beriman, diwajibkan kepada kamu berpuasa seperti juga yang telah diwajibkan kepada umat sebelum kamu agar kamu menjadi orang yang bertakwa". (QS Al-Baqarah, 183).

Ayat inilah yang menjadi landasan syariah bagi puasa Ramadan, dimana dalam ayat tersebut Allah Swt menyeru agar orang -- orang mukmin untuk berpuasa.

Imam Al-Ghazali dalam kitab  Ihya' Ulumuddin mengklasifikasi orang yang berpuasa menjadi tiga tingkatan yaitu;

 1) biasa, 2) khusus, dan 3) istimewa sekali.

Pada tingkatan Biasa, puasa yang dilakukan hanya menekankan pada aspek jasmani yaitu sebatas menahan nafsu makan, minum, dan kebutuhan syahwat (jimak). Tetapi  kurang memperhatikan pada aspek batin dan pikiran. Puasa seperti ini berpotensi melakukan perbuatan  dosa, karena hanya berpuasa secara jasmani namun tidak menjaga pandangan, lisan atau bagian tubuh lainnya dari perbuatan maksiat.

Tingkatan yang kedua adalah puasa khusus. Pada tingkatan ini seseorang yang berpuasa tidak hanya  menahan dari nafsu perut dan syahwat, tetapi  juga mencegah mata, mulut, tangan, kaki dan anggota tubuh yang lain dari perbuatan maksiat.

Orang yang berpuasa pada tingkatan khusus mampu mencegah seluruh anggota badannya dari perbuatan dosa dan maksiat." (Imam Al-Ghazali)

Hakikat berpuasa adalah sarana mendekatkan diri kepada Allah untuk mencapai ketakwaan seperti dijelaskan dalam QS Al-Baqarah di atas. Hal itu hanya bisa terwujud jika puasa dilandasi dengan kemauan yang kuat untuk dekat dengan Allah dengan cara menghindari semua keinginan lahiriyah yang tidak penting, makruh atau dapat menjerumuskan kepada maksiat dan  dosa.

Puasa pada tingkatan ini adalah puasanya orang yang shalih. Untuk menjamin kesempurnaan puasa yang demikian, mereka melakukan enam amalan berikut ini:

  • Menjaga pandangan dari segala sesuatu yang tercela dan munkar.
  • Menjaga lidah dari perkataan yang sia-sia, berdusta, mengumpat, memfitnah, perkataan kotor dan keji, menghina serta ungkapan yang dipenuhi kebencian.
  • Menjaga pendengaran dari mendengar segala sesuatu yang dilarang.
  • Menjaga tangan, kaki dan anggota tubuh lainnya dari segala perbuatan yang tercela, menjaga perut dari makanan yang diharamkan.
  • Mencegah terlalu banyak makan, walaupun itu halal, sewaktu berbuka puasa sehingga perut tidak kekenyangan.
  • Memelihara qalbu agar tetap khusyuk kepada Allah SWT melalui sikap takut dan harap, juga dengan sabar dan doa.

Dan tingkatan yang ketiga atau paling tinggi adalah Istimewa sekali, puasanya hati dari segala pikiran dan kesenangan duniawi yang dapat memalingkan manusia dari Allah.Orang yang berada pada tingkatan ini biasanya para nabi, aulia Allah, shiddiqin dan muqarrabin.

Di tingkatan ini, puasa tidak hanya menahan nafsu jasmani dan batin dari maksiat tetapi juga  menahan hati dari keraguan akan hal-hal keakhiratan, dan menahan pikirannya dari masalah duniawiyah, serta menjaga diri dari berpikir kepada selain Allah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun