Mohon tunggu...
husaini arekha
husaini arekha Mohon Tunggu... Tutor - Perintis,penggerak,peduli

Knowledge seeker

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Paranoia

31 Agustus 2018   18:40 Diperbarui: 31 Agustus 2018   18:55 169
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Banyak omong, tidak ada realisasi,dan banyak orang menderita karena ulah mereka. Kira -- kira itulah gambaran politisi Menurut presiden paling kontroversial, Donald J Trump satu tahun yang lalu saat berdebat dengan Hillary Clinton untuk perebutan kekuasaan negeri Paman Sam. Bukan tanpa bukti. Kalimat -- Kalimat Donald layak menjadi ukuran nyata dari kesewenangan yang dilakukan oleh para pemegang supremasi tertinggi bernama kekuasaan, khususnya yang dilakukan kepada orang -- orang papah atau a human lain.

Dulu, di awal mula sejarah kita sebagai cikal bakal Negara Indonesia,Abuse of power pernah terjadi- malah sering. salah satunya. Amangkurat I ,raja yang bertahta di Mataram tahun 1650. Kekuasaan yang ada dalam genggaman tangannya menjadi Boomerang. Belum lama menduduki tahta iya sudah kepanasan. Seekor bekisar- unggas yang memiliki keturunan ayam hutan, hadiah pamannya sendiri ,iya curigai. 

Tepatnya iya takuti. Padahal unggas ini adalah persembahan pamannya yang diberikan sebagai penghormatan. Hingga akhirnya- seperti yang diceritakan Goenawan Mohamad dalam "Bekisar" ,iya membunuh Paman beserta seluruh keluarganya yang saat itu adalah pangeran Surabaya. 

Padahal, dalam penerimaan hewan itu pertama kali, iya tersenyum ramah dan berkata," aku percaya akan rasa sayang Paman," . Namun begitulah kekuasaan yang rapu,rentan penghianatan.iya kalap dan membabi buta, Tidak didengarkan istilah " laki -- laki yang dipegang kata -- katanya" . Tidak laku . Yang ada malah sebaliknya, yang dipercaya mungkin hanyalah gundiknya atau selirnya yang pencemburu. Jaman ini mungkin disebut Partai.

Dalam kasus ini Goenawan menyebutnya sebagai paranoia -- keadaan dimana penguasa makin terisolasi dari singgasananya. Seperti halnya Amangkurat yang pandai bermanis muka dalam menyembunyikan kebengisannya, politisi- politisi milik negara juga melakukan hal serupa. Fahri Hamzah misalnya.

Singa ompong yang berasal dari tanah intan bulaeng yang miskin dan tandus itu telah ribuan kali berhasil bermanis muka, bersahabat dengan harapan orang miskin papah. " Pembukaan wilayah, pembangunan museum Islam syekh Zainuddin tepal, perbaikan infrastruktur," . 

Ujarnya di desa Tepal tahun 2017 lalu , didepan tokoh agama,orang kampung dan mudah dikibuli. Seperti seharusnya,semua tersihir. Kepercayaan dibangun . Sebab mereka percaya kalimat itu bukan metafora. Itu adalah kemauan bersama ,katanya dia juga menginginkan.

Fahri adalah orang yang pandai dan tokoh pergerakan Nasional tahun reformasi -- Seperti Amangkurat, iya juga berhasil melengserkan bapak utopia pembangunan : Suharto. Peristiwa ini adalah jualan ,iya sering menebah dada didepan publik," aku reformasi," . Katanya kadang-kadang. Fahri tak terkalahkan -- dalam berdebat ataupun berbohong. Iya ahlinya.

Tak ada yang menyalahkan Fahri atas kepandaian warisan reformasi itu,yang iya lakukan juga sering dilakukan kawanan parlemennya," bernyanyi" dengan nada -- nada utopis . Nyanyian untuk orang miskin, nyanyian untuk sebuah harapan. Nyanyian nyaring yang hanya di dengar dan dihayati. Tanpa realisasi. Fahri juga Amangkurat termasuk banyak politisi lain,adalah apa yang di katakan Goenawan, " Paranoia".

Akhirnya . " Orang -- orang miskin terkadang mirip dewa -- dewa yang malang : suaranya perlu disimak,tapi seringkali dunia mendengarnya melalui perantara," . -- Goenawan Mohamad.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun