Mohon tunggu...
Turun Minum
Turun Minum Mohon Tunggu... -

Rehat sejenak, turun minum lalu berlari lagi | aku bebas afiliasi | sekedar cerita santai, silakan dikoreksi| sedangturunminum.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Olahraga Pilihan

Sepakbola dan Nasi Goreng Istimewa

27 Oktober 2014   16:04 Diperbarui: 17 Juni 2015   19:35 116
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Olahraga. Sumber ilustrasi: FREEPIK

Awan mendung tak jua beranjak dari langit sepakbola Indonesia. Bulan ke-10 ini tampaknya jadi bulan penuh drama di ranah sepakbola Indonesia. Meski berangkat optimisme tinggi ke Myanmar, timnas U19 alhasil harus tertunduk lesu setelah gagal lolos dari penyisihan grup AFC Cup U-19, padahal Evan Dimas dan kawannnya diharapkan mampu berlaga di ajang Piala Dunia U-20 di Selandia Baru tahun 2015. Sayang, harapan sekedar harapan, rombongan yang bak sirkus ini tak mampu bikin 1 poin pun. Miris? Memang, tapi inilah cerita adik-adik kita mungkin dilema mungkin saja terlalu lelah jadi objek penderita. Lupakan saja, karena ada juga hal yang juga menyebabkan sepakbola kehilangan 2 orang pendukungnya, setidaknya itu adalah almarhum Muhammad Ikhwanudin dan Joko Riyanto. (Alm.) Ikhwanudin adalah pendukung klub asal Cilacap, PSCS, yang tewas akibat dikeroyok saat rombongan bus yang ditumpanginya masuk wilayah Sleman, Yogyakarta. Selang 2 pekan berikutnya, Rabu (22/10) lalu, Persis Solo kehilangan salah seorang suporternya, yang menurut kabar tewas akibat ditembus timah panas saat tim asal Solo tersebut hanya mampu bermain imbang dengan Martapura FC, tim debutan divisi utama. Laga yang akhirnya berakhir ricuh dengan petugas korps cokelat hingga keluar stadion. Tangis berderai, nyawa tak bisa diganti, sepakbola yang sejatinya penuh euforia, kini mereka kehilangan 2 orang pemujanya. Semoga tenang di alam sana.

Drama berlanjut, saat lanjutan laga babak 8 besar Divisi Utama Liga Indonesia yang mempertemukan tim debutan lain di divisi utama, Pusamania Borneo FC yang akan menjamu Persis Solo di hari Minggu, 26 Oktober. Pertandingan urung berjalan karena sehari sebelum pertandingan, bus pemain yang ditumpangi awak tim asal Solo tersebut dihadang oleh massa yang belakangan dikabarkan salah satu ormas ternama negeri ini. Tak cuma dihadang tapi bus juga dilempari batu hingga membuat supir bus musti banting stir ke kantor polisi terdekat, tim batal uji coba lapangan dan memilih mengungsi ke Balikpapan dan tidak hadir menghadapi tuan rumah. Di hari Minggu sore, babak 8 besar juga menggelar pertandingan antara PSS Sleman menjamu tim asal Semarang, PSIS. Keduanya sudah dipastikan lolos ke semifinal. Meski tak terlalu menentukan, pertandingan tersebut justru jadi ajang untuk merebut posisi runner up grup demi menghindari tim Pusamania Borneo FC. Entah apa yang ditakutkan oleh kedua tim tersebut, nyatanya sore itu pertandingan usiran yang dihelat di Sasana Krida, milik korps Angkatan Udara Indonesia ini melahirkan 5 gol. Sayangnya, drama 5 gol itu lahir dari hasil gol bunuh diri. Seketika linimasa mengemuka, mengingatkan perih sepakbola gajah yang pernah dipraktikkan oleh timnas Indonesia yang kala itu Mursyid Effendi menjebol gawang Kurnia Sandi demi menghindari tuan rumah Vietnam di babak semifinal Piala Tiger 1998 (kini AFF Cup). Karma mungkin berbicara, saat keduanya tak lolos final. Mursyid Effendi, sang aktor, dihukum tak boleh bermain bola di luar negeri seumur hidup.

Oktober sudah hampir habis, divisi utama menyisakan 4 tim “terbaik”, pun jua dengan strata di atasnya juga segera memasuki babak semifinal. Meski  juga diwarnai insiden di stadion Mandala, Jayapura saat Persipura menjamu Arema. Baku pukul antara Ruben Sanadi dengan Dendi Santoso imenyebabkan ofisial tuan rumah naik pitam. Alhasil Kurnia Mega, kiper Arema kena cekik dan pukul. Tuan rumah akhirnya unggul di akhir laga, Ruben Sanadi dan Dendi Santoso kena espulso, meski akhirnya keduanya bersalaman saat keluar lapangan. Malam ini mungkin (atau harusnya) Bapak-bapak yang duduk di kursi komisi disiplin kini mungkin sedang resah, pun jua mereka pemangku posisi PSSI-1 dan PSSI-2. Sanksi jelas menunggu, apa dan bagaimana sanksinya kita tunggu saja. Harapannya tak sekedar sanksi, tapi justru melihat berbagai “tragedi” Oktober kelam ini dari berbagai sisi. Di sosial media menyeruak, liga kali ini tak ubahnya dagelan. Semua sudah diatur demikian tinggal mengambil peran. Konon pemenangnya sudah bisa ditebak, skornya berapa mungkin sekedar bonus agar pertandingan makin meriah. Tapi sepakbola harusnya memang memainkan drama, drama yang membuat derai air mata rela mengucur karena mengangkat piala atau malah pulang sebagai nomer dua. Bukan derai air mata yang membuat pendukungnya hilang nyawa, bukan juga drama yang membuat sang juara sudah tahu sebelum laga. Sepakbola juga bukan stand up comedy meski tak jarang, entah pengelola liga atau perangai pemain juga suporter ketika laga bisa mengundang tawa.

Di sela detik-detik presiden baru memanggil nama menteri pilihannya, di saat yang hampir sama, atmosfer sepakbola Indonesia “diambil” oleh mereka atau siapapun yang empunya kuasa. Tak bisa hadir di stadion, tak boleh ini itu, jadi sanksi yang biasa. Rupiah mengucur dari kantong klub ke pengelola, entah untuk apa yang jelas sepakbola Indonesia masih begini-begini saja, tak seperti nasi goreng istimewa kesukaan saya. Membuatnya pun tak cuma modal skill masak kemarin sore, jualannya pun tak cuma modal nama, sajian nasi goreng istimewa karena tak cuma isinya yang beragam tapi asyik membuatnya, tak jarang dialog terjadi di balik kompor yang membara. Meski ada skandal pengaturan rasa pedas tidaknya dari sang pemesan, juru masak tak lantas bermain harga. Semuanya fair, tetap antri meski lapar mendera.

Penulis adalah seorang penyuka sepakbola, sedang belajar menulis, suka nasi goreng dan kalau rejeki lebih dibelikan baju bola.

Kicauannya dapat diikuti melalui akun @turun_minum

Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun