Sayangnya, dalam program MBG, pilihan menu sering kali masih terjebak dalam pola “nasi putih + lauk instan + sayur seadanya”. Padahal, kalau benar-benar digarap, pangan lokal bisa menjadi alternatif sehat sekaligus identitas budaya.
Lampung tidak kekurangan sumber daya alam pangan. Justru banyak potensi yang belum tergarap optimal. Inilah beberapa komponen lokal yang bisa jadi andalan:
Singkong. Lampung dikenal sebagai salah satu daerah penghasil singkong terbesar di Indonesia. Singkong dapat diolah menjadi beragam produk: tiwul, getuk, keripik, bahkan bahan dasar tepung tapioka.
-
Pisang. Pisang kepok dan pisang ambon tumbuh subur di Lampung Selatan dan Timur. Buah ini mudah diolah dan digemari anak-anak bila disajikan dengan menarik.
Jagung. Meskipun sebagian produksi jagung di Lampung digunakan untuk pakan ternak, jagung tetap memiliki potensi sebagai pangan manusia, terutama dalam bentuk olahan kreatif (pancake jagung, bakwan jagung, atau campuran sup).
Ikan air tawar & laut. Lampung punya ujung pantai dan sungai besar. Ikan seperti patin, lele, nila, baung, dan ikan laut kecil bisa disajikan sebagai lauk utama.
Buah tropis. Buah-buahan seperti nanas Lampung, pepaya, mangga, semangka, duku, jambu sangat melimpah. Ideal sebagai penutup menu MBG.
Sayuran lokal. Kangkung, bayam, kacang panjang, terong, daun singkong - mudah ditanam dan tersedia di pasar tradisional lokal.
Potensi ini harus diubah menjadi kekuatan nyata lewat menu MBG yang kontekstual, bukan menu generik impor dari daerah lain.
Semua ini sebenarnya bisa jadi bahan baku menu MBG. Sayangnya, belum banyak disentuh.