Bayangkan seorang pria yang memperlakukan pasangan dengan penuh kasih, lalu menunjukkan rasa hormat pada orang tua pasangannya. Bukankah itu refleksi inner beauty yang sejati?
Banyak calon mertua lebih tersentuh oleh sikap sederhana: menanyakan kabar, membantu hal kecil di rumah, atau sekadar pamit dengan sopan. Empati kecil ini menunjukkan bahwa ia menghargai orang tua pasangannya, bukan hanya anaknya.
Empati adalah bahasa universal. Tidak perlu retorika panjang. Kadang, hanya dengan mendengarkan dengan tulus pun sudah cukup membuat calon mertua merasa dihormati.
Humor yang Elegan
Kaku dan terlalu serius sering kali menciptakan jarak. Di sinilah humor berperan. Tapi tentu bukan humor yang menyinggung, melainkan humor elegan yang bisa mencairkan suasana.
Inner beauty seorang pria juga bisa tercermin lewat caranya membuat orang lain nyaman. Tawa ringan bersama calon mertua, tanpa merendahkan siapa pun, adalah tanda bahwa ia membawa energi positif ke dalam keluarga.
Inner Beauty sebagai Investasi Sosial
Menariknya, inner beauty bukan hanya untuk menaklukkan calon mertua. Ia adalah investasi sosial jangka panjang. Orang dengan inner beauty cenderung dipercaya dalam lingkungan kerja, lebih dihormati dalam pergaulan, dan tentu saja lebih dicintai dalam keluarga.
Calon mertua hanya pintu awal. Setelah menikah, inner beauty itulah yang akan menjadi fondasi hubungan rumah tangga. Ketika wajah mulai keriput dan rambut memutih, karakterlah yang akan bertahan.
Refleksi: Menggeser Paradigma Maskulinitas
Tulisan ini juga mengajak kita merefleksikan ulang paradigma maskulinitas. Laki-laki sering dibesarkan dengan doktrin "kuat, tegas, berani." Namun, jarang sekali kita menekankan pentingnya kelembutan, empati, dan ketulusan.