Mohon tunggu...
Tupari
Tupari Mohon Tunggu... Guru di SMA Negeri 2 Bandar Lampung

Saya adalah pendidik dan penulis yang percaya bahwa kata-kata memiliki daya ubah. Dengan pengalaman lebih dari 21 tahun di dunia pendidikan, saya berusaha merangkai nilai-nilai moral, spiritual, dan sosial ke dalam pembelajaran yang membumi. Menulis bagi saya bukan sekadar ekspresi, tapi juga aksi. Saya senang mengulas topik tentang kepemimpinan, tantangan dunia pendidikan, sosiologi, serta praktik hidup moderat yang terangkum dalam website pribadi: https://tupari.id/. Kompasiana saya jadikan ruang untuk berbagi suara, cerita, dan gagasan yang mungkin sederhana, namun bisa menggerakkan.

Selanjutnya

Tutup

Seni Artikel Utama

Kolaborasi Guru dan Siswa dalam Menyiapkan Taman Literasi Sekolah

26 September 2025   04:46 Diperbarui: 26 September 2025   16:09 164
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Di bawah teduhnya pepohonan, kolaborasi antara guru dan murid terjalin tanpa sekat. (Sumber: Dok.Pribadi/yatmiati) 

Lebih dari itu, kehadiran pola permainan tradisional gobak sodor di halaman taman literasi memberikan dimensi baru. Gobak sodor bukan sekadar permainan fisik, melainkan juga ruang belajar tentang strategi, kerja sama, sportivitas, serta warisan budaya yang perlu dilestarikan. Dengan memasukkan permainan tradisional ke dalam ruang literasi, sekolah ingin menegaskan bahwa literasi bukan hanya soal kata-kata, melainkan juga pengalaman, interaksi, dan nilai kehidupan.

Lebih jauh lagi, kegiatan ini bisa menjadi inspirasi bagi sekolah-sekolah lain. Bahwa dengan kreativitas dan kolaborasi, literasi bisa dihidupkan dengan cara sederhana, murah, tetapi bermakna.

Taman literasi disiapkan dengan cara kreatif, menggabungkan seni, permainan tradisional, dan gotong royong siswa-guru. (Sumber: Dok.Pribadi/yatmiati) 
Taman literasi disiapkan dengan cara kreatif, menggabungkan seni, permainan tradisional, dan gotong royong siswa-guru. (Sumber: Dok.Pribadi/yatmiati) 

Dari Cat ke Makna

Siang semakin terik, namun semangat para siswa tidak surut. Mereka tetap asyik menggoreskan kuas di permukaan caping. Beberapa hasil sudah mulai tampak indah: bunga berkelopak merah, gunung menjulang dengan latar biru, hingga pola abstrak penuh warna.

Di tengah keringat dan tawa, mereka tidak hanya melukis caping, melainkan juga melukis harapan. Harapan bahwa taman literasi yang sedang disiapkan ini kelak menjadi ruang yang menyenangkan, tempat di mana mereka bisa belajar, berkreasi, dan tumbuh bersama.

Dari caping-caping yang berwarna cerah, kita belajar satu hal: literasi bukan hanya urusan buku dan kata, tetapi juga tentang kehidupan. Ia tumbuh dari kebersamaan, dari kreativitas, dan dari tangan-tangan kecil yang berani berkreasi.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Seni Selengkapnya
Lihat Seni Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun