Rasa takut submit ini perlu diubah menjadi keberanian untuk mencoba. Sistem digital seperti Coretax DJP dirancang untuk memudahkan, bukan mempersulit. Kalau ada kendala teknis, selalu ada panduan resmi, helpdesk, bahkan video tutorial yang bisa diakses. Lebih baik salah dan belajar, daripada tidak pernah mencoba sama sekali.
Menghadapi era digital, kita harus berani mengubah mindset: takut submit hanya akan membuat kita tertinggal. Dengan berani mengaktifkan akun dan mencoba, kita membuka pintu ke pelayanan pajak yang lebih efisien, cepat, dan transparan.
Psikologi di Balik Ketakutan Pajak Digital
Mengapa rasa takut itu mengakar kuat? Beberapa faktor utamanya:
- Budaya birokrasi yang formal dan menakutkan. Saat sistem dipindah ke digital, perasaan takut ikut terbawa, meski tujuan sebenarnya adalah memudahkan.
- Minim literasi digital perpajakan. Menurut indeks literasi digital 2020, Indonesia masih berada di level “sedang” (skor 3,47 dari skala 5).
- Bahasa surat yang kaku. Gaya komunikasi formal sering terasa mengintimidasi, bukan mengedukasi.
- Trauma administratif terdahulu. Pernah salah input dan ditegur membuat orang takut mencoba hal baru.
Rasa takut ini bukan tanda malas. Justru ini sinyal bahwa edukasi dan pendekatan humanis masih sangat dibutuhkan agar masyarakat nyaman menavigasi sistem pajak digital.
Fakta Ilmiah: Literasi Digital & Pajak Kunci Kepatuhan
Fakta riset sejatinya mendukung pandangan di atas:
- Studi baru menunjukkan literasi digital secara signifikan berdampak pada kepatuhan pajak, karena memudahkan wajib pajak memahami prosedur digital, mengakses informasi, dan melaporkan pajak online dengan akurat- mengurangi risiko kesalahan dan potensi sanksi.
- Penelitian lain dalam konteks sistem Coretax (CTAS) menyatakan bahwa literasi digital berpengaruh positif terhadap performance expectancy, yakni keyakinan bahwa sistem akan memberikan manfaat serta meningkatkan intention to use teknologi pajak.
Jadi, bukan hanya teknikal, tetapi aspek psikologis dan edukasi digital juga kritikal dalam memastikan penggunaan sistem pajak digital berjalan lancar dan efektif.
Budaya Takut Salah: Mengapa Kepatuhan Pajak Jadi Rumit?
Banyak orang di Indonesia sebenarnya ingin taat aturan. Namun, ada fenomena yang menarik: takut salah justru membuat orang ragu untuk patuh.
Dalam konteks pajak misalnya, sebagian orang enggan melapor atau menunda karena khawatir laporan mereka dianggap keliru. Orang sudah memiliki bayangan ketakutan kalau salah sedikit saja, bisa berujung panjang: dipanggil, diusut, atau bahkan dilabeli negatif.