Mohon tunggu...
Tupari
Tupari Mohon Tunggu... Guru di SMA Negeri 2 Bandar Lampung

Saya adalah pendidik dan penulis yang percaya bahwa kata-kata memiliki daya ubah. Dengan pengalaman lebih dari 21 tahun di dunia pendidikan, saya berusaha merangkai nilai-nilai moral, spiritual, dan sosial ke dalam pembelajaran yang membumi. Menulis bagi saya bukan sekadar ekspresi, tapi juga aksi. Saya senang mengulas topik tentang kepemimpinan, tantangan dunia pendidikan, sosiologi, serta praktik hidup moderat yang terangkum dalam website pribadi: https://tupari.id/. Kompasiana saya jadikan ruang untuk berbagi suara, cerita, dan gagasan yang mungkin sederhana, namun bisa menggerakkan.

Selanjutnya

Tutup

Trip

Empat Setengah Jam di Bandara: Dari Stigma Negatif Ke Maskapai Hingga Happy Ending

9 Agustus 2025   18:23 Diperbarui: 9 Agustus 2025   18:23 87
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Penerbangan menggunakan maskapai Lion Air. (Sumber:KOMPAS/RADITYA HELABUMI) 

Entah kenapa aplikasi check-in online Lion Air seperti setengah hati melayani. Sudah diinstal, sudah dibantu teman, tetap saja menolak check-in. Saya sempat curiga, jangan-jangan memang ada strategi terselubung: membuat penumpang check-in langsung di konter, lalu berlama-lama di bandara, dan akhirnya tergoda jajan sehingga roda ekonomi di bandara semakin hidup. 

Tapi ya sebenarnya, itu cuma pemikiran sesaat saya saja hasil dari rasa kesal dan panik karena tidak bisa check-in online. Jadi jangan baper.

Padahal, check-in online itu bikin tenang: bisa memilih kursi, tidak terburu-buru, dan meminimalkan antrean. Walau begitu, kebiasaan saya tetap sama begitu sampai bandara, saya tetap menuju konter untuk urusan check-in, entah karena ingin memastikan atau sekadar merasa lebih mantap kalau sudah pegang boarding pass fisik.

Setelah antre beberapa menit, tibalah giliran saya. KTP dan HP dengan e-ticket sudah saya siapkan. Untungnya, petugas di konter ramah dan sigap membantu. Saya minta dipilihkan kursi di bagian lorong, supaya nanti saat tiba di Bandarlampung saya bisa keluar lebih cepat tanpa harus menyapa lutut orang lain di sebelah.

Gate A Terimakasih 1A Bandara Soekarno Hatta. (Sumber: Dok. Pribadi/Tupari) 
Gate A Terimakasih 1A Bandara Soekarno Hatta. (Sumber: Dok. Pribadi/Tupari) 

Penerbangan saya dari Bandara Soekarno Hatta menuju Bandarlampung dijadwalkan pukul 16.30. Tapi, jam 12 siang saya sudah sampai di Bandara Soekarno-Hatta. Lebih baik menunggu daripada terlambat, pikir saya. Apalagi perjalanan dari Tangerang kadang suka penuh kejutan, macet, hujan, atau supir ojol yang malah nyasar.

Ini paradoks, karena penerbangan ke Lampung hanya ditempuh dalam waktu 30 menit. Sungguh tidak sebanding dengan waktu tunggu dan segala hiruk pikuk yang ada. 

Empat setengah jam waktu tunggu itu pun masih belum membuat saya benar-benar tenang. Wajar saja, pengalaman sebelumnya mengajarkan bahwa Lion Air punya hobi yang cukup populer di kalangan penumpangnya: delay. Tapi saya tetap pilih Lion Air kali ini karena alasan waktu yang paling pas dengan jadwal saya. Tapi eits.. tunggu dulu. Baca hingga akhir ya biar tidak gagal paham. 

Lion Air memang dikenal dengan jaringan rute yang luas dan harga tiket yang ramah kantong. Soal keamanan, tentu saja memenuhi standar penerbangan, walau kadang standar kesabaran penumpang juga ikut diuji.

Suasana di ruang tunggu maskapai Lion Air. (Sumber: Dok. Pribadi/Tupari) 
Suasana di ruang tunggu maskapai Lion Air. (Sumber: Dok. Pribadi/Tupari) 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun