Selingkuh Dalam Budaya Pop: Kenapa Kita Bisa Simpati pada Pelaku Selingkuh di Film, Tapi Benci di Dunia Nyata?
Saya yakin teman-teman sudah pernah menonton serial The Affair dan Layangan Putus. Film bertema perselingkuhan dengan latar belakang yang berbeda. Saya coba menghubungkan topik pilihan ini secara langsung dengan serial The Affair dan Layangan Putus yang fenomenal ini.
The Affair adalah Serial Amerika yang tayang Showtime, mulai 2014 dengan genre drama psikologis, romantis, misteri.
Film ini mengisahkan perselingkuhan antara Noah Solloway, seorang guru dan penulis, dan Alison Bailey, seorang pelayan restoran yang sedang berduka karena kehilangan anaknya.
Yang unik dari The Affair adalah gaya penceritaannya, setiap episode dibagi dua bagian dengan sudut pandang berbeda (Noah vs Alison), bahkan menggambarkan kejadian yang sama secara berbeda tergantung siapa yang bercerita.
Sementara itu, film Layangan Putus adalah Serial Indonesia. Film ini tayang di WeTV & RCTI+ tahun 2021 dengan genre drama keluarga, cinta, konflik.
Singkat cerita, film ini mengangkat kisah Kinan, perempuan yang merasa hidupnya sebagai istri dan ibu “terbang bebas seperti layangan yang putus” ketika suaminya Aris berselingkuh dengan perempuan lain. Serial ini diangkat dari kisah viral di media sosial, lalu diadaptasi ke novel dan serial.
Sebagai penjelasan singkat, “Budaya pop” itu adalah singkatan dari budaya populer, atau dalam bahasa Inggris disebut popular culture. Ini menyangkut segala hal yang banyak dikonsumsi, disukai, dan dikenal oleh masyarakat luas biasanya lewat media seperti film, Tv, media sosial, dan sebagainya.
Muncul pertanyaan dasar. Selingkuh di layar, dimaklumi sementara selingkuh di dunia nyata, dibenci. Kenapa Bisa?
Ketika Layangan Putus viral, semua orang berteriak: “It’s my dream, not her dream!”
Kemarahan Kinan terasa mewakili banyak orang yang disakiti dalam hubungan. Tapi lucunya, di serial luar seperti The Affair, banyak dari kita justru bisa memahami, bahkan bersimpati pada tokoh-tokoh yang selingkuh.