Yang terjadi kemudian: Layangan Putus bukan hanya cerita. Ia menjadi pelampiasan. Banyak orang yang selama ini terdiam, akhirnya merasa divalidasi:
"Aku juga pernah dikhianati. Dan aku marah!"
Jadi, kenapa kita bisa simpati di film, tapi benci di dunia nyata?
1. Di film, kita diberi waktu dan alasan. Di dunia nyata, kita cuma tahu hasilnya: pengkhianatan.
2. Di film, kita tahu semua sisi cerita. Di dunia nyata, yang kita tahu hanya versi yang dibagikan.
3. Di film, narasi dikontrol pembuat cerita. Di dunia nyata, narasi dibentuk oleh trauma dan pengalaman pribadi kita.
Tapi Hati-Hati...
Membenarkan perselingkuhan di dunia fiksi bisa membuat kita kebal moral secara tak sadar.
Kita lupa bahwa setiap pengkhianatan melibatkan rasa sakit yang nyata. Bukan sekadar skrip atau plot twist.
Banyak penonton membagikan potongan scene dan dialog, membandingkan dengan kisah nyata mereka. Komentar-komentar di TikTok, Twitter, IG, menjadikan serial ini semacam ruang pengakuan kolektif.
Efeknya apa? Layangan Putus bukan sekadar hiburan, tapi katarsis massal untuk luka yang tak bisa diungkap. Katarsis itu seperti membuang sampah emosional dari dalam hati. Setelahnya, kamu lebih plong.Â