Mohon tunggu...
Tupari
Tupari Mohon Tunggu... Guru di SMA Negeri 2 Bandar Lampung

Saya adalah pendidik dan penulis yang percaya bahwa kata-kata memiliki daya ubah. Dengan pengalaman lebih dari 21 tahun di dunia pendidikan, saya berusaha merangkai nilai-nilai moral, spiritual, dan sosial ke dalam pembelajaran yang membumi. Menulis bagi saya bukan sekadar ekspresi, tapi juga aksi. Saya senang mengulas topik tentang kepemimpinan, tantangan dunia pendidikan, sosiologi, serta praktik hidup moderat yang terangkum dalam website pribadi: https://tupari.id/. Kompasiana saya jadikan ruang untuk berbagi suara, cerita, dan gagasan yang mungkin sederhana, namun bisa menggerakkan.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Selingkuh Dalam Budaya Pop: Kenapa Kita Simpati pada Pelaku Selingkuh di Film, Tapi Benci di Dunia Nyata?

20 Juli 2025   13:03 Diperbarui: 20 Juli 2025   07:44 71
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Selingkuh. Dibuat dengan ChatGPT Open AI

Yang terjadi kemudian: Layangan Putus bukan hanya cerita. Ia menjadi pelampiasan. Banyak orang yang selama ini terdiam, akhirnya merasa divalidasi:

"Aku juga pernah dikhianati. Dan aku marah!"

Jadi, kenapa kita bisa simpati di film, tapi benci di dunia nyata?

1. Di film, kita diberi waktu dan alasan. Di dunia nyata, kita cuma tahu hasilnya: pengkhianatan.

2. Di film, kita tahu semua sisi cerita. Di dunia nyata, yang kita tahu hanya versi yang dibagikan.

3. Di film, narasi dikontrol pembuat cerita. Di dunia nyata, narasi dibentuk oleh trauma dan pengalaman pribadi kita.

Tapi Hati-Hati...

Membenarkan perselingkuhan di dunia fiksi bisa membuat kita kebal moral secara tak sadar.

Kita lupa bahwa setiap pengkhianatan melibatkan rasa sakit yang nyata. Bukan sekadar skrip atau plot twist.

Banyak penonton membagikan potongan scene dan dialog, membandingkan dengan kisah nyata mereka. Komentar-komentar di TikTok, Twitter, IG, menjadikan serial ini semacam ruang pengakuan kolektif.

Efeknya apa? Layangan Putus bukan sekadar hiburan, tapi katarsis massal untuk luka yang tak bisa diungkap. Katarsis itu seperti membuang sampah emosional dari dalam hati. Setelahnya, kamu lebih plong. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun