Mohon tunggu...
Kak Memo
Kak Memo Mohon Tunggu... Kolumnis

Freelancer

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Relevankah Pola "Asah Asih Asuh" Ki Hajar Dewantara di Era AI?

6 Februari 2025   08:08 Diperbarui: 6 Februari 2025   18:42 172
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ki Hajar Dewantara (wikimedia.org)

Di tengah kemajuan teknologi dan kecerdasan buatan (AI) yang semakin meresap dalam kehidupan kita, penting untuk mempertanyakan apakah nilai-nilai pendidikan tradisional, seperti yang diusung oleh Ki Hajar Dewantara, masih relevan. 

Salah satu konsep pendidikan yang terkenal adalah pola Asah, Asih, Asuh, yang menekankan pentingnya pengasahan kecerdasan, penanaman kasih sayang, dan pembinaan karakter. 

Pola Asah, Asih, dan Asuh (Sumber: Dokumen Pribadi)
Pola Asah, Asih, dan Asuh (Sumber: Dokumen Pribadi)

Dengan perkembangan pesat AI, apakah konsep ini tetap relevan, atau perlu disesuaikan kembali?

Asah: Kecerdasan yang Semakin Tajam atau Semakin Tumpul?

Konsep Asah berfokus pada pengembangan intelektualitas peserta didik. Di era AI, kita memiliki akses lebih mudah ke informasi berkat teknologi. 

Dalam sekejap, berbagai pengetahuan yang dulu hanya bisa diakses melalui buku atau guru kini bisa didapatkan hanya dengan klik. Bahkan, AI kini bisa memberikan sistem pembelajaran yang disesuaikan dengan gaya belajar individu.

Namun, muncul kekhawatiran bahwa kemudahan akses ini justru bisa mengurangi kemampuan berpikir kritis. 

Ketika jawaban atas berbagai pertanyaan dapat ditemukan dalam sekejap, apakah kita masih terdorong untuk mengasah kemampuan analitis dan kreativitas kita? 

Menurut Ki Hajar Dewantara, pendidikan seharusnya tidak hanya mengandalkan hafalan, tetapi juga pada pemahaman, analisis, dan penerapan pengetahuan. 

Dalam hal ini, AI seharusnya berfungsi sebagai alat bantu, bukan pengganti. Pendidikan berbasis Asah di era AI perlu lebih menekankan pengembangan pemikiran kritis, bukan sekadar konsumsi informasi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun