Jejak digital nya saya dokumentasikan untuk bisa Pembaca nikmati di akses link : https://www.tiktok.com/@japanchannelofficial/video/7508517051711917320
Titik paling utara berikutnya, adalah sebuah bangunan berwarna biru diujung timur area parkir monumen. Ternyata bangunan ini adalah Museum Cape Soya Drift Ice () dengan deretan 4 mesin Jidouhanbaiki (), yaitu mesin penjual otomatis atau vending machine berbagai minuman. Tentu ini menjadi museum dan mesin Jidouhanbaiki  yang paling utara di Jepang. Saya beli kopi hangat dari mesin vending machine paling utara Jepang tersebut dan menyeruputnya sambil menatap laut utara, terasa seperti merayakan keberhasilan diri menaklukkan perjalanan ini. Alhamdulillaaaah.
 Karena sudah terlalu petang dan mempertimbangkan jatah waktu saya yang masih tersisa untuk bisa cukup mencapai Terminal ferry Tomakomai, saya memutuskan untuk juga tidak masuk ke museumini.  Ada perasaan menyesal karena dari informasi elektronik saya mengetahui bahwa museum ini bukan hanya paling utara sebagai lokasi, tetapi merupakan gerbang edukatif ke dunia es yang langka di Jepang---tempat di mana sains, alam keras Arktik, dan teknologi visual bersatu. Bepergian ke ujung utara peradaban Jepang, aktivitas sesederhana menyentuh es menjadi pengalaman penuh makna dan kesadaran ekologis . Ow, sayang sekali ya? Tetapi untungnya masih ada jejak digital dokumentasi sebagaimana di foto berikut ini :
Dan untuk versi videonya, silahkan menikmatinya dengan klik link berikut ini : https://www.tiktok.com/@japanchannelofficial/video/7517595478951759122
Tak jauh di seberang jalan museum ini, saya melihat ada deretan beberapa bangunan yang diantaranya saya menduga seperti sebuah toko oleh-oleh  dan 1 restaurant yang nampaknya juga pasti merupakan Toko Oleh-oleh dan Restaurant paling utara di Jepang. Sayangnya saat itu, kedua tempat itu sudah tutup, sehingga agar tak hilang kenangan, saya sempatkan untuk berfoto ria membuat jejak digital dokumentasinya sebagai foto-foto dibawah ini :
Seakan berkejaran tuk memanfaatklan waktu tunggu yang masih tersisa, saya melihat di sisi barat deretan toko tersebut tadi sebuah Jinja (), sebuah kuil dalam agama Shinto, agama asli Jepang yang nampak indah dan menarik perhatian saya dan memberi sinyal bahwa sayang untuk mengabaikan mengunjunginya.Kuil yang dimata saya nampak anggun ini, terletak tepat di seberang area Soya Misaki Park, hanya beberapa langkah dari monumen "Titik Paling Utara di Jepang", tepatnya berada di koordinat 453118.6Lintang Utara, 141565.2Bujur Timur, menjadikannya sebagai kuil paling utara Jepang yang memberikan kesan syahdu pada setiap kunjungan sebagaimana dicatat oleh japaneserecords.org. Kuil ini dianggap sebagai kuil pembawa keberuntungan dengan tori merah, dan patung anjing penjaga (komainu) yang menyambut peziarah, dibuka 24 jam, tanpa biaya masuk. Kuil ini dipersembahkan untuk (Ichikishimahime-no-Mikoto), dewi air, pelindung anak-anak, pelaut, perdagangan, dan kesenian. Orang yang datang biasanya berdoa agar aman dalam perjalanan, menghindari bencana,keselamatan saat bersalin atau keberuntungan anak, kemakmuran usaha dan finansial, serta kesuksesan dalam seni atau perjalanan. Perpaduan kuil ini antara ibadah tradisional dan pemandangan laut yang luas, sekaligus titik pelengkap ziarah kuil di Jepang menjadikannya sebagai tempat yang tenang, bebas biaya, cocok untuk refleksi batin sambil menghadap laut terbuka. Di tempat sunyi seperti ini, suara hati seolah langsung menembus alam semesta.Â
Jejak digital foto dokumentasi sebagai berikut :