Tanpa harus mengurangi tingkat kepasrahan dan intensitas doa-doa tolak-bala'nya, para kyai menyadarai bahwa mahluk itu ada dan bisa di mana saja, kapan saja, menjangkit siapa saja. Anjuran-anjuran dari Pemerintah, fatwa-fatwa dari badan Kesehatan dunia (WHO) kini musti di tempatkan setara dengan fatwa-fatwa keagamaannya. Sebagai komplemen dari tawakkal dan doa, cara-cara pencegahan dan penanganan Covid19 secara medis musti diterapkan. Prosedur pencegahan penyebaran Covid19 diterapkan secara ketat di pesantren dan padepokan.
Semoga babak baru kesadaran para kyai pesantren ini signifikan mengubah perilaku ummat di Jawa Timur demi menghindari Covid19. Semoga semakin berkurang korban yang berjatuhan oleh serangan mahluk pseudo-ghoib tersebut.