Mohon tunggu...
nicolaus prama
nicolaus prama Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Seorang laki-laki yang bertindak adanya

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Harapan Perempuan Itu

4 April 2013   03:11 Diperbarui: 24 Juni 2015   15:46 230
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Media. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Free-photos

Hujan rintik – rintik di sore itu seperti menyambut kedatangan kami ke dalam hiruk pikuk aktivitas manusia. Beragam manusia saling bergerak sesuai dengan tujuannya masing – masing dengan perjalanan hidup yang telah mereka jalani. Bangunan itu seakan menandakan kemegahan Yogyakarta di masa lampau. Kota yang besar dan kaya akan beragam sumber daya, kota yang megah dan dihuni oleh masyarakat yang bangga akan identitasnya. Bangunan besar dan tua itu bernama Beringharjo, lengkapnya Pasar Beringharjo.

Hujan yang turun sejak siang memberikan dampak pada keadaan pasar, layaknya pasar – pasar pada umumnya, genangan air muncul di beberapa tempat. Meski sudah mengalami beberapa renovasi, genangan air masih muncul di beberapa titik. Luas pasar yang terbentang dari Malioboro sampai ke Progo membuat pasar ini mempunyai kelengkapan barang yang tidak tertandingi di pasar – pasar lain.

Sore itu aktivitas manusia di latar belakang pasar Beringharjo cukup sibuk karena di sore itu pasar kedatangan lemari – lemari baru yang akan di tempatkan di beberapa titik. Kami melakukan penjelajahan di lantai 1,2 hingga 3 pasar Beringharjo. Beragam pemandangan kami saksikan dengan indra penglihatan kami. Pedagang – pedagang yang kesepian, pembeli yang sedang bernego, hingga kuli gendong yang selalu siap siaga.

Tepat di tengah – tengah pasar kami bertemu dengan seorang buruh gendong yang sedang leyeh – leyeh bersama rekan – rekannya. Ngatinem namanya. Seorang perempuan yang sudah cukup berumur, dengan pakaian yang terlihat seadanya. Beliau berasal dari Kulon Progo, sebuah tempat yang cukup jauh dari tempatnya bekerja. Bukan perjalanan yang mudah bagi seorang perempuan yang sudah berkepala 5 untuk bekerja di hiruk pikuk pasar seperti itu.

Rupanya beliau sudah bekerja selama 35 tahun lamanya, “Saya itu dulu kerja di sini karena diajak orang tua, kalau disebut sebagai pekerjaan turun temurun keluarga bisa juga, karena ibu saya dulu juga kerja di sini” akunya. Selama 35 tahun tersebut beliau mengalami kondisi pasar yang masih sangat lama hingga mengalami perombakan dan berbentuk tingkat seperti saat ini.

Perjalanan dari Kulon Progo tak pernah ia jalani secara sendiri, ia selalu berangkat bersama dengan rekan – rekannya sesama buruh gendong. Saat ia menunjukkan rekan – rekannya yang berada di belakang beliau, kami hanya bisa tersenyum dan menyapa. Karena semua rekannya adalah perempuan, dan bahkan ada yang lebih tua dibandingkan dengan beliau.

Pekerjaan sebagai buruh gendong tidak memberikan pendapatan yang tetap, ia bercerita, “terkadang 10, kadang pula 30 ribu mas, tapi akhir – akhir ini bahkan pernah nggak dapet apa – apa. Pembeli semakin sedikit, barang – barangnya semakin sedikit” keluhnya. Ditanya mengenai pembeli yang datang ia bercerita, “ia mas, akhir – akhir ini entah kenapa Beringharjo tidak seramai dulu. Dulu to mas, sampai penuh banget di sini. Tapi sekarang? Wah..”.

Beliau siap membawa apapun asal mampu dibawa. Beliau bahkan sering membawa karung beras yang rata – rata berbobot 30 sampai 50 kilogram lebih. Beliau mengaku melakukan pekerjaan ini karena sudah sedari dulu menjadi buruh gendong dan memang sudah biasa ia lakukan tanpa beban.

Dengan menghidupi 4 orang anak beliau mengaku hanya bisa memenuhi kebutuhan – kebutuhan pokok, apalagi sang suami bekerja di sawah yang menurut cerita beliau akhir – akhir ini tidak menentu pendapatannya. Saat kami akan menutup pembicaraan ia berharap pada satu hal, “semoga anak – anak saya nantinya tidak bekerja seperti saya, semoga bisa menjadi lebih baik daripada saya dan lebih pinter,soale kan saya ya ndak sekolah” ujarnya sambil tersenyum lepas pada kami.

Saat kami keluar dari pasar Beringharjo, sembari melihat aktivitas manusia yang masih berjalan saya menyadari bahwa inilah realitas manusia, strata sosial telah ditetapkan, aktivitas manusia telah berjalan, dan roda kehidupan akan terus berputar.

audio : https://soundcloud.com/dagloryx/harapan-perempuan-itu

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun