Mohon tunggu...
tukiman tarunasayoga
tukiman tarunasayoga Mohon Tunggu... Dosen - Pengamat Kemasyarakatan

Pengajar Pasca Sarjana Unika Soegiyopranata Semarang

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Mantan yang Mantun

18 Februari 2021   08:32 Diperbarui: 18 Februari 2021   08:48 120
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Mantan Yang Mantun 

JC Tukiman Tarunasayoga

 Dalam seminggu dua minggu ini, para mantan sedang "naik daun," minimal sedang menjadi bahan pembicaraan khalayak. Memang sebenarnya setiap orang itu sudah, sedang, atau akan menjadi mantan. Baik bagi yang sudah (menjadi) mantan, sebutlah mantan pejabat atau biasa saja karena tidak punya jabatan; juga bagi yang kelak akan menjadi mantan; pegangan utama sikapnya ialah etika, sedangkan moral menjadi pengontrolnya. 

Analogi etika dan moral ini dapatlah dilukiskan ketika Anda pegang setir mobil untuk ke mana pun (dekat atau jauh), Anda harus beeetika, yakni membawaserta surat-surat dokumen resmi berkendara (SIM, BPKB sebagai bukti  identitas sah; tetapi ketika jalan, Anda tetap pegang moral yaitu terus mengontrol bagaimana kecepatan terbaik harus ditempuh,  perhatikan rambu-rambu lalulintasnya, dsb.

Menengarai seseorang itu baik atau kurang baik ketika menjabat, justru pada saat sekarang beliau sudah mantan ini. Contoh, ketika kemarin-kemarin beliau menjabat, memang banyak orang mundhuk-munduk hormat; namun begitu hari ini beliau pensiun (sebagai mantan pejabat), lalu jumlah orang yang mundhuk-munduh semakin berkurang dan nyaris tidak ada lagi yang "mengenalnya," dapatlah dipastikan betapa dulu ketika menjabat, beliau termasuk pejabat yang kurang baik.. 

Nah.........inilah moral, yakni pejabat apa pun dan di mana pun,  termasuk betapa pun tingginya jabatan itu; secara moral orang itu dan jabatannya selalu dikontrol oleh lebih-lebih bawahannya dan masyarakat pada umumnya. Ungkapan kontrol sangat jelas justru terjadi ketika beliau sudah mantan.

Maka jelaslah, benang merah ketika menjabat dan setelah tidak menjabat (mantan) itu ada pada moralitas, sedangkan apa yang sebaiknya dilakukan setelah kini menjadi mantan titik beratnya ada pada etika. 

Sangat tidak etis ketika sudah mantan namun masih mau cawe-cawe apalagi masih mau mencampuri bahkan intervensi; kecuali diminta oleh pejabat yang sekarang sedang memangkunya.. Apabila ada mantan berlaku seperti itu, yaitu masih ingin campurtangan (intervensi) itu menurut saya, tergolong mantan yang belum mantun. 

Ungkapan ini maaf kurang sopan sebetulnya karena melukiskan seolah-olah mantan itu "sakit." Kalau memang rasa inginnya intervensinya itu tinggi, benarlah kalau dikatakan mantan itu sakit, sementara harusnya: Yang sudah lewat, sudahlah ; nikmatilah kemantananmu apa pun yang kini sedang terjadi.

Kata mantan mungkin terimbas oleh kata manten dari bahasa Jawa. Bacalah manten seperti Anda mengucapkan Banten, tetapi jangan diucapkan seperti Anda mengatakan banteng. Karena kalau dibaca seperti membaca banteng, manten berarti pengantin atau  mempelai.

Manten artinya pecatan, copotan, utawa tilasan. Tidak mengenakkan sebetulnya ketika seseorang disebut pecatan Camat, seolah-olah mengindikasikan bahwa ia (pernah) dipecat dari jabatannya sebagai camat. Sama tidak enaknya dikatakan dengan kalimat: "Murni kae tilasanku lho," seolah-olah menggambarkan betapa mbak Murni itu "barang bekas." Pecatan, copotan, atau pun tillasan sama-sama tidak enak; sama tidak enaknya kalau dikatakan: "Ohhh beliau itu bekas Bupati," bahkan sering dikatakan secara agak sinis: "Tilas Polisi kok bertindak criminal."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun