Mohon tunggu...
Tukijo
Tukijo Mohon Tunggu... Berkarya dan Menginspirasi melalui Tulisan

Penulis lepas di berbagai media massa cetak dan online, penulis buku, editor buku, praktisi, dan pemerhati kurikulum pendidikan.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

HBG, Esensial atau Sekadar Seremonial?

11 Juli 2025   08:56 Diperbarui: 11 Juli 2025   08:56 290
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Guru belajar bersama di Kombel sekolah Gambar . (Sumber: Dok penulis)

Kembali dunia Pendidikan dikejutkan dengan program hari belajar guru(HBG). Bahkan kemendikdasmen menguatkan melalui regulasi khusus berupa surat edaran nomor 5684/MDM.BI/HK.04.00.2025 yang saat ini menyebar. Pada intinya isi dari edaran tersebut yaitu mengatur kegiatan belajar guru sebagai kegaiatan yang mendukung pengembangan diri atau pengembangan keprofesian berkelanjutan(PKB). Apakah ini program anyar atau sekadar ganti istilah namun esensi sama?

Setuju!Kompetensi guru memang perlu ditingkatkan. Baik secara kualifikasi akademik melalui perkuliahan maupun melalui pengembangan diri melalui berbagai diklat, seminar, workshop, IHT dan sejenisnya. Saat kurikulum Merdeka dilounching, Bagai gayung bersambut, senyampang untuk meningkatkan pemahaman terhadap kurikulum baru, banyak guru yang mengikuti berbagai pelatihan tersebut. Ada pula program guru penggerak. Tidak kaleng-kaleng, program PGP ini bahkan diorientasikan  menjadi kepala sekolah atau pengawas satuan pendidikan.

Hal tersebut nyatanya menjadi daya tarik bagi para guru. Maka PGP sempat berjalan beberapa gelombang. Ini menjadi pemantik guru untuk mengikuti pengembangan diri tersebut. Namun, Ganti menteri, PGP juga hilang bak tertelan bumi. Lantas bagaimana nasib para lulusannya?

Semua kebijakan pasti memiliki dampak, termasuk program tersebut. Maka dapat disimpulkan bahwa PGP hanya menjadi salah satu program pengembangan diri guru. Masih banyak program lain yang dapat diikuti para guru. Sejalan dengan itu, maka edaran hari belajar guru(HBG), esensinya sebagai Upaya untuk meningkatkan kompetensi dan keterampilan guru dalam melakukan tugas pokok dan fungsinya.

Perlu kita ingat, bahwa sebelum HBG muncul, selama ini guru-guru sudah terbiasa melakukan PKB baik secara mandiri maupun ditugaskan pihak sekolah/dinas Pendidikan.Surat edaran kemendikdasmen lebih sebagai bukti regulasi dan bukti penguat bahwa guru bisa mengembangkan dirinya melalui berbagai Lembaga/komunitas, misalnya MGMP/KKG , dan komunitas profesi lainnya.

Fakta dan perlu jujur, selama ini guru mengikuti diklat dan PKB, bukan semata ilmu yang didapatkan, namun ada yang ironis. Guru kadang mengejar sertifikat sebagai bukti pengakuan dan keikutsertaan pelatihan. Selama ini para guru berduyun-duyun mengikuti berbagai pelatihan yang ada. Ternyata motivasi mendapatkan sertifikat menjadi motivasi terbesar para guru.

Lantas, jika HBG ini akan menjadi program yang diunggulkan kemendikdasmen daya tarik apa yang kiranya mampu menyedot atensi guru?Apalagi kegiatan PKB di internal sekolah Sudah berjalan akhir-akhir ini melalui komunitas belajar(kombel). Sebelum kombel, bentuk diklat dan PKB guru dilakukan melalui musyawarah guru mata Pelajaran (MGMP) dan Kelompok kerja guru (KKG). Bahkan kegiatan MGMP juga pernah mendapatkan program data blockgrant dari pemerintah. Program tersebut menjadi pendorong semakin aktifnya MGMP/KKG pada saat itu.

Hanya saja, seiring perubahan kebijakan, kegiatan MGMP dan KKG yang memiliki jadwal 1 hari khusus dalam 1 minggunya, hampir hilang. Sekarang berganti kegiatan komunitas belajar di sekolah, di antarsekolah, maupun tingkat kabupaten/provinsi. Memang berbeda istilah, tapi menurut hemat penulis semangat dan tujuannya sama.

Dari sisi anggaran, tidak semua diklat yang diikuti guru mendapatkan bantuan pengembangan diri. Tak jarang guru yang harus merogoh kocek sendiri untuk mendaftar pelatihan tersebut. Alih-alih mendapatkan bantuan transportasi, tak jarang pula guru yang tidak mendapatkan izin untuk mengikuti PKB di luar sekolah.

Hingga akhirnya saat ini pun banyak diklat-diklat yang dilaksanakan secara daring. Ironisnya diklat atau pelatihan daring pun lebih menjanjikan karena layanannya plus. Peserta langsung mendapatkan sertifikat, bonus materi, laporan, foto, dan sebagaianya. Ini menjadi daya tarik guru sebagai peserta pelatihan.

Jika pelatihan internal, tentu untuk waktu bisa dikondisikan pihak satuan pendidikan. Strategi kombel sekolah pun bisa didesain sedemikian rupa oleh pengurus komunitas. Hanya saja kadang bisa membosankan guru karena kadang momentum dan narasumbernya terbatas. Untuk itu sesekali kombel perlu mendatangkan narasumber dari luar. Jika ini dilakukan maka dampaknya pada ketersediaan anggaran.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun