Islamic State Iraq and Suriah (ISIS) yang diketahui telah kehilangan desa pertahanan terakhirnya di Suriah Timur yaitu Baghuz, diyakini telah runtuh. Beberapa Negara seperti Inggris dan Amerika Serikat terang-terangan mengatakan bahwa mereka tidak mau menerima warganegara mereka yang berangkat ke Suriah.Â
Terlepas dari segala kontroversinya soal warga Negara yang terlibat dan berangkat untuk perjuangan ISIS, yang harus selalu kita ingat adalah faham kekerasan yang kental pada semangat perjuangan ISIS.
Dasar paham yang dianut ISIS bermula dari Jamaah Tauhid dan Jihad di Irak pada tahun 2004 oleh Abu Mushab Zarqawi yang kemudian menjadi perwakilan resmi Al-Qaeda di Iraq.Â
Seiring dengan perang Irak melawan AS, jamaah ini membesar dan mampu memperlihatkan kekuatannya yang tidak bisa dianggap remeh oleh AS yang menyerang Iraq saat itu.Â
Beberapa waktu kemudian disepakati oleh mereka untuk membentuk Negara Islam dibawah pimpinan Abu  Umar Al Baghdadi pada tahun 2006. Abu Umar tewas dan terpilih Abu Bakar Al Baghdadi dan melebarkan sayapnya ke Suriah.
Kesalahan utama ISIS adalah pendirian Negara Islam dengan cara kekerasan. Dan kekerasan yang diterjemahkan sebagai cara untuk berjuang bagi mereka adalah satu kemutlakan untuk mewujudkan cita-cita mereka.Â
Ini diamini oleh banyak orang di dunia termasuk di Asia, Afrika , sebagian Eropa dan Australia, termasuk Filipina dan Indoensia.Â
Sehingga tidak jarang banyak yang tergiur propaganda ISIS tanpa mengenal pendidikan dan status sosial, mereka berangkat ke Suriah untuk bersekutu dengn ISIS.
Ideologi kekerasan itulah yang patut diwaspadai meskipun diklaim bahwa ISIS telah runtuh. Iseologi kekerasan yang tidak sesuai dengan kaidah Islam ini bisa saja tidak membawa ISIS sebagai alasan, tetapi faham-faham nya disebar di banyak Negara . Penyebaran faham-faham ini yang harus kita waspadai.
Terlebih lagi kita harus ingat bahwa dasar Negara kita adalah Pancasila dimana selain Islam, Negara juga mengakui beberapa agama lain dan aliran kepercayaan. Ini sesuai dengan kondisi Negara kita yang berbhineka Tunggal Ika.Â