Mohon tunggu...
Tuhombowo Wau
Tuhombowo Wau Mohon Tunggu... Penulis

Pemerhati Pendidikan dan Pegiat Literasi Politik Domestik

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Maluku Utara: Dari Sunyi ke Sorotan Dunia

1 Oktober 2025   06:15 Diperbarui: 30 September 2025   23:44 139
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kolase gambar: Gubernur Maluku Utara Sherly Tjoanda dan Peta Provinsi Maluku Utara | Sumber: Jawa Pos dan Ayo Bandung

Pertumbuhan yang dicapai Maluku Utara pada dasarnya adalah pertumbuhan industri berat yang didorong oleh investasi dan berorientasi ekspor. Kecepatan investasi dan operasi pabrik inilah yang menjelaskan mengapa laju pertumbuhan Maluku Utara mampu mencapai tiga puluh persen lebih.

Efek Riak dan Konsentrasi Kekayaan
Kehadiran kompleks industri raksasa menciptakan efek riak (multiplier effect) yang masif di seluruh rantai pasok. Ketika ribuan pekerja dan jutaan ton material bergerak, sektor-sektor pendukung otomatis mengalami lonjakan.

Sektor Konstruksi: Mengalami booming tak terhindarkan untuk membangun infrastruktur pabrik, perumahan pekerja, dan fasilitas pendukung.

Sektor Jasa: Mulai dari transportasi logistik, pergudangan, hingga akomodasi dan makanan minuman, semua mendapat limpahan permintaan.

Namun, di sinilah letak dilemanya. Pertumbuhan ini bersifat sangat terkonsentrasi di sekitar lokasi industri. Sementara kawasan industri Weda Bay atau Obi mengalami kemakmuran pesat, wilayah lain di Maluku Utara, yang secara tradisional bergantung pada perikanan atau pertanian, mungkin tidak merasakan manfaatnya secara langsung.

Ketidakseimbangan ini memunculkan kesenjangan regional dan berpotensi memperburuk Gini Ratio (indeks ketidakmerataan pendapatan).

Tugas berat bagi pemerintahan daerah, yang kini dipimpin oleh Gubernur Sherly Tjoanda, adalah memastikan bahwa Dana Bagi Hasil (DBH) dari sektor tambang digunakan secara efektif untuk membangun infrastruktur sosial dan ekonomi di seluruh wilayah, bukan hanya di sekitar smelter.

Ancaman Volatilitas dan Keberlanjutan
Meskipun Maluku Utara patut merayakan angka pertumbuhan fantastisnya, fondasi ekonomi ini masih menyimpan risiko besar:

1. Ketergantungan Komoditas
Perekonomian Maluku Utara menjadi sandera dari harga nikel global. Jika terjadi kelebihan pasokan atau permintaan baterai kendaraan listrik melambat, harga nikel bisa jatuh. Ini akan secara langsung memukul kinerja industri pengolahan dan dapat menyebabkan perlambatan ekonomi yang mendadak dan parah. Provinsi ini berada dalam "jebakan komoditas" yang berisiko tinggi.

2. Isu Lingkungan yang Serius
Pertumbuhan industri yang begitu cepat seringkali mengorbankan kualitas lingkungan. Aktivitas pertambangan yang masif dan pengelolaan limbah (terutama tailing) di wilayah kepulauan menimbulkan ancaman serius terhadap ekosistem laut dan darat.

Maluku Utara harus memastikan bahwa standar Good Mining Practices ditegakkan tanpa kompromi agar sumber daya alam lautnya (yang juga merupakan potensi ekonomi besar) tidak rusak permanen.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun