Mohon tunggu...
Tuhombowo Wau
Tuhombowo Wau Mohon Tunggu... Penulis

Menjadi Kompasianer sejak Januari 2019 | Menulis lintas disiplin tanpa batasan genre. Mencari makna lewat berbagai sudut, dari hal-hal paling sunyi hingga yang paling gaduh.

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Artikel Utama

Jangan Biarkan Kericuhan Menutupi Tuntutan Awal, Rakyat yang Rugi!

31 Agustus 2025   10:52 Diperbarui: 1 September 2025   10:42 147
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sejumlah pengunjuk rasa melakukan aksi demonstrasi di depan gedung DPR RI, Jakarta, Senin (25/8/2025) | Sumber: ANTARA/Bayu Pratama S

Kericuhan wajib diselesaikan, pelaku kekerasan harus diproses, tetapi jangan sampai itu jadi panggung utama. Tuntutan rakyat jauh lebih besar: menolak (kenaikan) tunjangan DPR, mendesak pengesahan RUU Perampasan Aset, dan mencari jalan keluar atas krisis hidup. Jika kita hanya berhenti pada penanganan ricuh, maka rakyat kembali dipaksa puas dengan "serpihan" keadilan, sementara inti masalah tetap dibiarkan.

Aksi unjuk rasa yang melanda berbagai kota di Indonesia akhir-akhir ini meninggalkan luka yang sulit terhapus dalam waktu singkat. 

Gedung-gedung terbakar, fasilitas umum hancur, dan yang paling menyayat hati yaitu nyawa melayang. Pertanyaan pun menggema di benak banyak orang: "Sebenarnya, apa yang sedang kita perjuangkan?"

Sayangnya, begitu kericuhan pecah, sorotan publik pun bergeser. Dari yang semula fokus pada inti masalah: kenaikan tunjangan DPR, dorongan untuk segera mengesahkan RUU Perampasan Aset, serta jeritan rakyat karena kesulitan ekonomi, semuanya kini tertutup kabut perdebatan soal siapa yang memulai kekerasan. 

Narasi publik bergulir ke arah: demonstran atau aparat, siapa yang paling anarkis? Media sosial pun dipenuhi potongan video bentrokan yang dibagikan berkali-kali, menciptakan lingkaran perdebatan tanpa ujung.

Inilah yang berbahaya. Tanpa sadar, kita semua sedang ditarik masuk ke dalam permainan pengalihan isu. Kita larut pada keributan, lupa pada sebab. Kita terseret dalam arus emosi, melupakan tujuan awal rakyat turun ke jalan.

Ketika Perjuangan Bergeser, Kita Kehilangan Arah
Kita harus jujur: tuntutan rakyat sejak awal sangat jelas. Mereka marah karena DPR dan pemerintah terkesan tak peduli pada penderitaan rakyat. Mereka menolak kenaikan tunjangan DPR yang tidak etis di tengah krisis. 

Mereka menuntut pengesahan RUU Perampasan Aset sebagai senjata melawan korupsi yang telah mengakar. Mereka juga berteriak minta solusi nyata atas pengangguran, harga bahan pokok yang melambung, dan janji-janji kesejahteraan yang tak kunjung ditepati.

Namun kini, semua itu seperti hilang tertelan asap gas air mata dan kericuhan di jalan. Tuntutan besar yang semula menjadi nyawa perlawanan rakyat justru tertutup kabar bentrokan. 

Publik dipaksa percaya bahwa inti dari demonstrasi ini hanyalah soal siapa yang salah dalam ricuh. Padahal, yang sejatinya sedang dipertaruhkan adalah keadilan dalam kebijakan dan masa depan rakyat kecil.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun