Pernah mengeluh atau dengar keluhan begini?
"Gaji gue habis cuma buat ongkos ke kantor. Pulang kerja bukan cuma capek fisik, tapi juga capek dompet."
Nah, di sinilah solusi klasik muncul: nebeng. Fenomena sakral yang sudah ada sejak manusia mengenal konsep "kendaraan milik orang lain".
Nebeng ini fleksibel: bisa pakai mobil, motor, bahkan kalau kreatif, sepeda tandem (walau jarang ada HRD yang mengizinkan karyawan datang kantor sambil ngos-ngosan).
Kenapa Nebeng Itu Makin Populer?
Karena biaya transportasi hari ini kadang terasa seperti nyicil rumah di BSD, tapi rumahnya nggak pernah jadi.
Kalau dihitung, ada orang yang dalam setahun bisa menghabiskan biaya transportasi setara tiga kali gaji bulanan.
Itu artinya, setahun kerja, tiga bulan pertama cuma buat bayar ongkos. Sisa sembilan bulan? Ya, buat bayar makan, kos, dan cicilan life style yang sebenarnya nggak life-life amat.
Di tengah situasi ini, nebeng adalah penemuan paling brilian setelah buy 1 get 1 free di kafe. Bayangkan: kamu duduk manis, tidak perlu nyetir, ngobrol gratis, bahkan kadang dikasih permen mint.
Nebeng Gratis: Seni Mengelola Relasi
Ada nebeng berbayar, ada juga nebeng gratis. Yang gratis ini butuh skill. Bukan skill nyetir, tapi skill public relations.Â
Caranya:
- Bangun hubungan baik. Misalnya, setiap Senin pagi, kamu jadi orang pertama yang menyapa pemilik kendaraan: "Wah, keren mobilnya. Wangi interiornya kayak showroom."
- Timing yang tepat. Jangan minta nebeng pas dia baru berantem sama pacarnya. Itu rawan kamu nebeng gratis tapi pulangnya jalan kaki.
- Balas budi. Kalau nggak bisa patungan bensin, setidaknya traktir kopi, bawain jajanan, atau jadi penghibur perjalanan dengan cerita kocak.
Nebeng gratis yang sukses biasanya terjadi kalau hubungan sudah masuk tahap "nggak perlu pakai kata-kata".Â