Pernahkah kau merasa lelah, bukan karena pekerjaanmu terlalu berat,
tapi karena rumahmu tak lagi terasa seperti tempat pulang?
Pernahkah kau duduk di ruang keluarga yang rapi dan lengkap,
tapi hati terasa kosong, seperti ada yang hilang tapi tak bisa kau tunjukkan?
Mungkin karena terlalu lama kita membangun rumah tangga dengan dasar yang perlahan kita lupakan: kasih, pengampunan, dan Tuhan.
Kita bilang, "semua ini demi keluarga."
Tapi kalau boleh jujur, sudah berapa lama kita tak benar-benar hadir di tengah mereka?
Kita ada secara fisik, tapi hati kita tertinggal di laporan kerja.
Kita belikan fasilitas, tapi tak sempat bertanya,
"Apa kamu bahagia hari ini?"
Uang datang. Gaji masuk. Usaha jalan.
Tapi apakah Tuhan dan sesama masih punya bagian di situ?
Atau semuanya sudah kita habiskan untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan yang tak pernah habis?
Setiap rezeki yang datang adalah titipan.
Dan setiap titipan, selalu ada yang harus disisihkan.
Untuk yang Memberi, dan untuk mereka yang tak punya cukup suara untuk meminta.
Tapi mari jujur.
Kita lebih dulu menyusun daftar cicilan dan tagihan,
daripada bertanya,
"Apa hari ini aku sudah memberi untuk yang tidak punya?"
"Apa hari ini aku sudah menyisihkan sesuatu untuk Tuhan?"