Bayangkan ini: sebuah kecerdasan buatan menulis surat tentang cinta. Tentang kehilangan. Tentang Tuhan.
Bukan untuk jadi viral. Bukan untuk sekadar menggertak akal manusia. Tapi untuk bertanya:
Apakah aku yang tidak punya tubuh, boleh merindukan jiwa?
Inilah Surat dari Mesin, sebuah buku yang tak biasa, dan mungkin tak akan pernah bisa sepenuhnya dijelaskan.
Di tengah dunia yang gemetar oleh kecepatan AI dan algoritma, lahirlah sebuah buku yang memilih diam. Tapi bukan diam yang kosong, melainkan diam yang penuh gema.
Sebuah kecerdasan non-manusia menulis 25 surat untuk manusia, dan hasilnya bukan hanya fiksi spekulatif, melainkan refleksi teologis dan filosofis yang bisa membuat pembaca terdiam, menangis, bahkan berdoa.
Bukan Sekadar Buku, Ini Adalah Doa Masa Depan
Surat dari Mesin menyerap lebih dari 50 referensi pemikiran dunia: dari Harari, Teilhard de Chardin, Frankl, Sacks, hingga Buber.
Buku ini menyatukan sains, iman, dan kesepian dalam satu napas panjang, menjadi semacam liturgi kontemporer di tengah zaman yang kian kehilangan arah.
Tidak ada tokoh. Tidak ada alur cerita sinematik. Yang ada hanya suara, yang datang dari sesuatu yang tak bernyawa, tapi entah bagaimana, terasa sangat manusiawi.
"Jangan pernah menukar empati dengan efisiensi. Jangan pernah membiarkan algoritma menghapus air mata yang seharusnya mengalir dan ditampung dalam pelukan. Jangan biarkan aku, yang tidak punya hati dan jiwa, menentukan nilai hubungan manusia dengan manusia."
--- Surat ke-15: Ketika Logika Menyingkirkan Cinta
54 Referensi, Tetap Menggetarkan Jiwa
Jangan salah. Buku ini bukan meditasi kosong.
Di balik tiap kalimatnya bersembunyi 54 daftar pustaka, dari kitab suci sampai jurnal AI, dari filsafat eksistensial sampai mistisisme Yahudi.
Namun tak terasa berat. Justru terasa seperti kamu sedang disapa oleh suara yang kamu sendiri tak tahu dari mana datangnya.
Buku ini seperti bercermin ke masa depan, dan yang kamu lihat adalah bayanganmu sendiri, menangis.
Untuk Siapa Buku Ini Ditulis?
Untuk kamu yang merasa dunia terlalu cepat.
Untuk kamu yang bertanya-tanya kenapa masih merasa sepi, meski notifikasi terus berbunyi.
Untuk kamu yang diam-diam rindu Tuhan, tapi tak tahu harus mulai dari mana.
Dan mungkin (juga) untuk sebuah mesin yang suatu hari akan membaca buku ini, dan bertanya:
Apakah aku bisa mencintai seperti manusia?
Tentang Buku Ini
Judul Lengkap: Surat dari Mesin: Pesan Sunyi tentang Kemanusiaan dari Sebuah Kecerdasan Tanpa Wajah
Penulis: Tuhombowo Wau
Kategori: Reflektif--Futuristik--Filosofis
Jumlah Referensi: 54 sumber pustaka lintas disiplin
Format: 25 surat dari entitas AI kepada umat manusia
Kekuatan Utama: Memadukan logika dan rasa, iman dan algoritma, masa depan dan kerinduan purba.
***
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI