Mohon tunggu...
Tuhombowo Wau
Tuhombowo Wau Mohon Tunggu... Penulis - Kompasianer

tuho.sakti@yahoo.co.uk

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Harusnya Rommy Belajar dari Kasus SDA

15 Maret 2019   22:25 Diperbarui: 16 Maret 2019   04:47 1114
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Suryadharma Ali dan Romahurmuziy (Gambar: tribunnews.com)

Sejarah kelam yang pernah menimpa Partai Persatuan Pembangunan (PPP) lima tahun lalu seakan terulang. Citra buruk PPP di zaman kepemimpinan Suryadharma Ali (SDA) pada 2014 semakin rusak dengan adanya dugaan kasus korupsi yang dilakukan oleh Romahurmuziy (Rommy).

Hari ini pihak Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menangkap tangan Rommy terkait suap yang ditengarai berhubungan dengan persoalan jabatan tertentu di Kementerian Agama di Jawa Timur dan juga pusat.

Hingga saat ini penyidik KPK masih mendalami kasus yang menjerat Rommy dan barang bukti uang serta jumlahnya belum diketahui publik. Menurut informasi, selain Rommy ada juga orang lain yang turut diamankan KPK, antara lain pihak swasta dan pejabat Kementerian Agama yang berada di Surabaya. Semoga informasi lanjutan dari KPK segera disampaikan ke publik.

Kembali ke peristiwa 2014 silam, mantan Ketua Umum PPP, SDA terjerat kasus korupsi dana haji yang merugikan keuangan negara sebesar Rp27.283.090.068 dan 17.967.405 Riyal Arab Saudi. Dengan kasus tersebut akhirnya SDA divonis bersalah dan harus mendekam di balik jeruji besi selama 10 tahun.

Seolah tidak kapok, hari ini Ketua Umum PPP, Rommy berhasil masuk jeratan yang sama, kasus korupsi. Sama lagi karena konsisten berhubungan dengan urusan Kementerian Agama. Kalau dulu persoalan dana haji, sekarang masalah pengisian jabatan. Sekali lagi, faktor pengaruh besarlah yang menyebabkan kedua tokoh tersebut tergoda menyalahgunakan kewenangannya. Mereka adalah orang nomor satu di partai politik.

Mari kesampingkan pandangan dari banyak orang bahwa tercokoknya Rommy dan juga sebelumnya SDA adalah bukti pemerintah tidak pandang bulu dalam memberantas korupsi. Hal itu bisa dimanfatkan untuk kepentingan tertentu.

Atau ada pula penilaian dari sebuah kelompok bahwa ternyata pemerintah dan penegak hukum gagal menegakkan hukum, itu terserah mereka. Wajar saja, mereka berhak melakukannya selama tidak merugikan kepentingan bersama di negeri tercinta ini.

Pertanyaannya, mengapa Rommy mengulang kesalahan yang sama? Mengapa Rommy tega untuk kali berikutnya membuat wibawa dan marwah partai berlambang Kabah tersebut terinjak? Keteladanan Rommy sebagai panutan di partai dikemanakan?

Kasus Rommy jelas menjadi pukulan dahsyat bagi partai dan kadernya, di mana sebenarnya juga sedang mengalami dualisme kepemimpinan. Publik tahu bahwa saat ini PPP terbelah, satu di bawah kepemimpinan Rommy sedangkan satunya lagi dikendalikan oleh Humphrey Djemat. Keterbelahan arah dan tujuan partai ini saja sudah cukup bagi PPP untuk berefleksi dan introspeksi diri.

Muka orang-orang terdekat Rommy ditaruh di mana? Rommy bisa menutupi mukanya sendiri dengan kacamata hitam dan masker, tetapi tidak cukup untuk keluarga dan para sahabat-sahabatnya.

Tidak malukah Rommy jika akhirnya divonis bersalah dan kemudian mendekam satu sel dengan SDA?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun