Mohon tunggu...
Oktari sukrilah
Oktari sukrilah Mohon Tunggu... -

Mahasiswa Universitas islam bandung 2011

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Avoidant Personality Disorder

1 Januari 2014   10:55 Diperbarui: 24 Juni 2015   03:17 5747
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Gangguan Kepribadian Menghindar (Avoidant Personality Disorder)

1.Gambaran Klinis Gangguan

Gangguan kepribadian menghindar (Avoidant Personality Disorder) adalah suatu kondisi karakteristik dimana individu mengalami hambatan-hambatan sosial, rasa tidak percaya diri, sensitif mengevaluasi diri dan menghindari interaksi sosial. Individu yang mengalami gangguan kepribadian ini memiliki perasaan cemas akibat kritik yang dikeluarkan oleh orang lain sehingga mereka akan bersikap menghindari interaksi dengan orang lain yang memunculkan adanya kemungkinan dikritik oleh orang lain. Selain itu , mereka juga sangat takut pada penolakan atau ketidaksutujuan dari orang lain sehingga mereka enggan untuk menjalin hubungan, kecuali jika mereka merasa yakin bahwa mereka akan disukai. Mereka bahkan dapat menghindari pekerjaan yang mengharuskan mereka banyak melakukan kontak interpersonal. Aktivitas atau pekerjaan yang mereka pilih adalah aktivitas atau pekerjaan yang terhindar dari interaksi sosial. Mereka yakin diri mereka tidak kompeten dan lebih rendah daripada orang lain. Mereka enggan untuk mengambil resiko atau mencoba berbagai aktivitas baru.

Sindrom yang muncul meliputi ketakutan untuk tampak bodoh, dengan adanya keinginan yang kuat untuk penerimaan dan afeksi. Individu yang mengalami gangguan ini sangat ingin memasuki hubungan sosial atau aktivitas baru, tetapi mereka tidak menginginkan adanya resiko kecil yang ditimbulkan, kecuali mereka dijamin dari kekuatan penerimaan kritik. Mereka pemalu. Mereka akan mengintepretasi peristiwa tidak penting sebagai sesuatu yang tidak masuk akal. Individu yang menderita karena gangguan ini akan mengalami stres dari ketidakmampuan untuk menjaga interaksi dengan orang lain, sebagai tambahan dari rendahnya harga diri, yang berujung kepada sensitivitas terhadap kritik dan keterasingan-sebagai sebuah siklus.

Studi menunjukkan bahwa dari 1 sampai 7 persen orang dapat didiagnosis dengan gangguan kepribadian avoidant. Tidak ada perbedaan yang kuat gender dalamprevalensinya (Ekselius et al, 2001;Fabrega et al, 1991; Weissman, 1993). Orang dengan gangguan ini rentan terhadap gangguan dysthymic kronis dan depresi mayor serta kecemasan berat (Grant et al., 2004) dan dengan komorbid gangguan kepribadian dependen (Trull, Widiger,& Frances,1987),gangguan kepribadian ambang ( morey,1988).Kepribadian menghindar (avoidant) juga berkomorbid dengan dengan diagnosis Aksis I yaitu depresi dan fobia social menyeluruh ( Alpert dkk, 1997).

Kriteria Gangguan Kepribadian Menghindar dalam DSM IV TR . Terdapat minimal empat dari cirri berikut ini :

1.Menghindari kontak interpersonal karena takut terhadap kritikan atau penolakan.

2.Keengganan untuk menjalin hubungan dengan orang lain kecuali dirinya pasti akan disukai.

3.Membatasi diri dalam hubngan intin karena takut dipermalukan atau diperolok.

4.Penuh kekhawatiran akan dikritik atau ditolak.

5.Merasa tidak adekuat.

6.Merasa rendah diri.

7.Kengganan ekstrim untuk mencoba hal-hal baru karena takut dipermalukan.

Sumber : Adaptec dengan izin dari Diagnostik dan Statistik Manual Gangguan Mental, Edisi keempat,teks revisi (copyright 2000) American Psychiatric Association

Kunci dari individu dengan gangguan kepribadian menghindar adalah sangat sensitif terhadap penolakan, sehingga akhirnya yang tampak adalah tingkah lakumenarik diri. Mereka sebenarnya sangat ingin berelasi dengan orang lain dan membutuhkan kehangatan serta perlindungan, namun mereka malu dan sangat membutuhkan jaminan bahwa mereka akan diterima tanpa alasan apapun dan tanpa kritik.

2.Faktor-faktor penyebab

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa kepribadian avoidant mungkin memiliki asal-usul/bawaan pada bayi yaitu "terhambat" temperamen dan rasa malu yang menghambat dalam situasi baru dan ambigu. Selain itu, sekarang ada bukti bahwa rasa takut negatif dievaluasi adalah yang menonjol dalam gangguan kepribadian avoidant. (Stein, Jang, & Livesley, 2002); ketertutupan dan neurotisisme keduanya tinggi. secara genetik dan biologis ini menghambat temperamen yang mengarah ke gangguan kepribadian avoidant pada beberapa anak yang mengalami emosional pelecehan, penolakan, atau penghinaan dari orang tua yang tidak terutama kasih sayang (Alden dkk, 2002;. Bernstein & Travaglini, 1999; Kagan, 1997). Seperti pelecehan dan penolakan akan sangat mungkin menyebabkan cemas dan takut pada pola dalam temperamental menghambat anak. (Bartolomeus dkk, 2001.).

Orang dengan gangguan kepribadian avoidant begitu takut pada penolakan dan kritik. Mereka umumnya tidak mau untuk memasuki hubungan tanpa jaminan penerimaan. Akibatnya, mereka mungkin memiliki hubungan dengan keluarga mereka saja. Mereka juga cenderung menghindari kelompok pekerjaan atau kegiatan rekreasi karena takut ditolak. Mereka lebih suka makan siang sendirian di meja mereka. Mereka menghindari piknik perusahaan dan pihak lain, kecuali mereka yakin diterima. Gangguan kepribadian avoidant, tampaknya sama-sama sering terjadi pada pria dan wanita. Orang dengan kepribadian avoidant sering menjaga untuk diri mereka sendiri karena takut ditolak. Diyakini mempengaruhi antara 0,5% dan 1,0% dari populasi umum (APA, 1994).

Tidak seperti orang-orang dengan skizofrenia, gangguan kepribadian avoidant memiliki minat, dan perasaan kehangatan terhadap orang lain. Namun, takut ditolak sehingga mencegah mereka dari berjuang untuk memenuhi kebutuhan mereka yaitu kasih sayang dan penerimaan. Dalam situasi sosial, mereka cenderung untuk memeluk dinding dan menghindari berbicara dengan orang lain. Mereka takut masyarakat membuatnya malu, pikiran bahwa orang lain mungkin melihatnya menangis, atau bertindak gugup. Mereka cenderung menempel pada rutinitas mereka dan membesar-besarkan risiko atau usaha dalam mencoba hal-hal baru. Mereka mungkin menolak untuk menghadiri pesta yang merupakan jam perjalanan dengan dalih perjalanan pulang terlambat akan terlalu berat.

3.Pandangan teori psikologi terhadap gangguan

a.Perspektif belajar

Teori belajar cenderung lebih fokus pada perilaku dari pada gagasan tentang ciri kepribadian. Demikian pula, mereka berpikir lebih dalam hal perilaku maladaptif daripada gangguan "kepribadian." Ciri-ciri kepribadian yang berteori untuk mengarahkan perilaku-perilaku yang konsisten untuk memberikan dalam beragam situasi. Banyak kritikus (misalnya, Mischel, 1979), berpendapat perilaku yang sebenarnya tidak konsisten di seluruh situasi seperti teori sifat. Perilaku mungkin lebih bergantung pada tuntutan situasional dari bergantung pada sifat. Teori belajar umumnya tertarik dalam mendefinisikan belajar dan keadaan yang menimbulkan perilaku maladaptif sebagai penguatan mereka. Teori belajar menekankan bahwa banyak pengalaman penting masa kecil terjadi yang berkontribusi terhadap pembangunan kebiasaan maladaptif yang berhubungan dengan orang lain, yang merupakan gangguan kepribadian.

b.Psikodinamik

Mereka memiliki perasaan rendah diri (inferiority complex), tidak percaya diri, takut untuk berbicara di depan publik atau meminta sesuatu dari orang lain. Mereka seringkali mensalahartikan komentar dari orang lain sebagai menghina atau mempermalukan dirinya. Oleh karena itu, individu dengan gangguan kepribadian menghindar biasanya tidak memiliki teman dekat. Secara umum dapat dikatakan bahwa sifat yang dominan pada individu ini adalah malu-malu. Prevalensi gangguan kepribadian menghindar adalah 1-10 % dari populasi pada umumnya.gangguan kepribadian ini dapat dikatakan sebagai gangguan yang umumnya dimiliki oleh individu. Bayi-bayi yang diklasifikasikan sebagai memiliki tempramen yang pemalu memiliki kecenderungan yang lebih tinggi untuk memiliki gangguan ini daripada bayi-bayi yang aktif bergerak (berdasarkan activity-approach scales).

c.Behavioral

Teori kognitif sosial Albert Bandura (1973, 1986) telah mempelajari peran belajar observasional di perilaku agresif, yang merupakan salah satu komponen umum perilaku antisosial. Dia dan rekan-rekannya (misalnya, Bandura, Ross, & Ross, 1963) telah menunjukkan bahwa anak-anak memperoleh keterampilan, termasuk keterampilan agresif, dengan mengamati perilaku orang lain. Eksposur terhadap agresi mungkin datang dari menonton program televisi kekerasan atau orang tua yang bertindak kekerasan kemudian anak mengamati terhadap satu sama lain. Bandura tidak percaya anak-anak dan orang deawasa menampilkan perilaku agresif dalam cara mekanis.

Mereka mudah sekali keliru dalam mengartikan komentar orang lain, seringkali komentar dari orang lain dianggap sebagai suatu penghinaan atau ejekan. Pada umumnya sifat dari orang dengan gangguan kepribadian menghindar adalah seorang yang pemalu. Menurut teori kognitif-behavioral, pasien sangat sensitif terhadap penolakan karena adanya pengalaman masa kanak-kanak, misalnya : karena mendapat kritik yang pedas dari orang tua, yang membuat mereka mencap diri mereka tidak mampu (inadequate).

d.Pendekatan kognitif

Teori kognitif menunjukkan bahwa orang dengan gangguan kepribadian avoidant mengembangkan keyakinan disfungsional tentang keberhargaan diri sebagai akibat dari penolakan oleh orang lain yang penting pada awal kehidupan (beck & freeman, 1990). Teori kognitif berpendapat bahwa anak-anak yang orang tuanya menolak mereka menyimpulkan, "Saya harus menjadi orang yang buruk bagi ibu saya memperlakukan saya begitu buruk," Aku harus berbeda atau cacat, "dan," jika orang tua saya tidak menyukai saya, bagaimana ? bisa siapa pun ". (freeman, 1990, p 261) Mereka menganggap bahwa mereka akan ditolak oleh orang lain, karena mereka ditolak oleh orang tua mereka,dengan demikianMereka menghindari interaksi dengan orang lain . Pikiran semacam inilah yang mereka kembangkan.

Psikolog kognitif telah menunjukkan bahwa cara-cara di mana orang dengan gangguan kepribadian menafsirkan pengalaman sosial mempengaruhi perilaku mereka. Antisosial remaja, misalnya, cenderung keliru menafsirkan perilaku orang lain sebagai ancaman (KA Dodge, 1985). Mungkin karena pengalaman keluarga dan masyarakat, mereka cenderung menganggap bahwa orang lain ingin mereka sakit ketika mereka tidak. Pada kepribadian menghindar (avoidant), kandungan kognisi menjalin hubungan timbal balik patologis dengan struktur kognisi dimana hubungan ini yang bertanggungjawab atas terjadinya gangguan. Sifat terlalu curiga adalah pusat dari seluruh gangguan. Avoidant secara konstan memeriksa lingkungan mencari potensi ancaman. Mereka sensitif terhadap segala perasaan dan niatan orang lain terhadap mereka. Yang dihasilkan adalah sistem pemrosesan informasi yang dikuasai oleh terlalu banyak stimulus yang menghambat mereka memahami sesuatu yang biasa atau keadaan sekitar. Akibatnya, penilaian terhadap potensi bahaya menjadi sangat tinggi, bahkan kejadian yang sebenarnya tidak mengandung bahaya-pun ditandai sebagai ancaman. Karena terlalu banyak potensi ancaman yang masuk maka tidak ada satu informasi-pun yang diolah secara mendalam.

Hipotesis yang menyatakan bahwa setiap sumber stimulasi itu berbahaya berlanjut sebagai akibat dari ketidakpastian, membiarkan sebuah ancaman tanpa diperiksa akan sangat berisiko. Hasilnya, kecemasan meningkat, kepekaan terhadap tanda-tanda bahaya juga meningkat dan kedalaman pemrosesan informasi makin menderita. Akibatnya, seluruh proses kognitif menjadi sangat terbebani karena menganggap segala sesuatu sebagai ancaman. Oleh sebab itu seorang avoidant harus menarik diri demi mendapatkan rasa aman.

e.Pendekatan Humanistik

Pandangan diri melihat diri sebagai individu yang tidak mampu dan tidak kompeten dalam bidang akademis dan situasi bekerja. Pandangan tentang orang lain melihat orang lain yang mengkritik, tidak tertarik, dan penuntut. Kepercayaan intinya adalah “saya tidak baik...tidak berharga...tidak dicintai. Saya tidak bisa menerima perasaan yang tidak menyenangkan.” Tingkatan kepercayaan yang lebih tinggi adalah “jika orang mendekati saya, mereka akan menemukan “keaslian diri saya” dan akan menolak saya-hal ini tidak bisa diterima.” Tingkat selanjutnya, adalah kepercayaan mengenai instruksi diri (self-instructional) seperti: “lebih baik tidak mengambil resiko,” “sebaiknya saya menghindari situasi yang tidak menyenangkan”, “jika saya merasa atau berpikir sesuatu yang tidak menyenangkan, saya seharusnya mencoba keluar dengan mengacaukan diri.”

f.Interpersonal

Perasaan utamanya adalah kombinasi kecemasan dengan sedih, dihubungkan dengan kurangnya perolehan kesenangan yang relasi terdekat dan keyakinan diri dalam penyelesaian tugas. Penerimaan yang rendah terhadap disphoria menghambat mereka dalam mengatasi perasaan malu dan membantu mereka untuk lebih efektif. Karena mereka menghayati dan mengawasi perasaan terus menerus, mereka sensitif untuk perasaan sedih dan cemas. Ironisnya, disamping kewaspadaan yang sangat terhadap perasaan tidak nyaman, mereka malu untuk mengidentifikasi pikiran yang tidak menyenangkan itu-kecenderungan yang sesuatu dengan strategi utama yang disebut “cognitive avoidance”. Walaupun mendapatkan masalah, mereka tetap tidak mau terlibat hubungan dengan resiko kegagalan atau penolakan.

4.Pencegahan (Prevention)

Langkah awal untuk gangguan menghindar (Avoidant personality disorder) adalah dengan mencari gambaran tentang tanda-tanda awal dalam munculnya gangguan menghindar (Avoidant Personality Disorder) di masa muda (masa anak atau remaja) untuk dilakukan penelitian lebih lanjut tentangfaktor-faktor resiko yang dapat mengembangkan gangguan mengindar pada masa muda. Apabila terdeteksi terdapat tanda-tanda awal pada anak ,maka dapat dilakukan dengan perawatan berbasis sekolah seperti pelatihan keterampilan social dimana anak merasa kompeten (misalnya olahraga, seni,musik) yang dapat memungkinkan keberhasilan.

Untuk mencegah memburuknya gangguan menghindar (Avoidant Personality Disorder) dapat dilakukan dengan:

1. Psikoterapi

- Cognitive behavior therapy (CBT)

Terapi kognitif dan perilaku (CBT) membantuindividu mengenal sikap dan perilaku yang tidak sehat, kepercayaan dan pikiran negative dan mengembalikannya secara positif. Terapi kognitif dan perilaku telah terbukti bermanfaat bagi orang-orang dengan gangguan kepribadian avoidant (Shea, 1993). Terapi ini telah menyertakan paparan dalam pengaturan sosial, pelatihan keterampilan sosial dan tantangan untuk pikiran-pikiran otomatis negatif tentang situasi sosial. Orang yang menerima terapi ini menunjukkan peningkatan frekuensi dan berbagai kontak sosial, penurunan perilaku menghindar, dan meningkatkan kenyamanan dan kepuasan di dalam kegiatan sosial (Pretzer, 2004).

Terapi kelompok dapat membantu individu mengerti efek kepekaan mereka terhadap penolakan pada diri mereka sendiri dan orang lain.

2. Farmakoterapi

Tidak ada obat yang telah diuji secara khusus oleh Food and Drug Administration (FDA) untuk anak-anak dan remaja dengan gangguan kepribadian menghindar. Dalam laporan menyebutkan beberapa pasien tertolong oleh obat atenolol (Tenormin)untuk mengatasi hiperaktivitas saraf otonomik yang cenderung tinggi pada individu dengan gangguan menghindar ( avoidant personality disorder), khusunya jika mereka menghadapi situasi yang menakutkan. Alternatif perawatan lain yang lebih efektif adalah dengan kombinasi obat-obatan dan terapi

5.Contoh kasus

Harold, seorang pegawai akuntansi 24 tahun, memiliki kencan pada banyak wanita, dan ia telah bertemu dengan mereka melalui perkenalan keluarga. Dia tidak pernah merasa cukup percaya diri untuk mendekati wanita sendirian. Mungkin itu adalah rasa malunya yang pertama pada Stacy. Stacy, seorang sekretaris 22 tahun, bekerja bersama Harold dan bertanya apakah dia mau menghabiskan beberapa waktu setelah bekerja. Pada awalnya Harold menolak, dengan beberapa alasan, tapi ketika Stacy bertanya lagi seminggu kemudian, Harold setuju. Harold berpikir stacy pasti menyukainya karena stacy terus mengajaknya bertemu. Hubungan berkembang dengan cepat, dan segera mereka berkencan hampir setiap malam. Hubungan itu tegang dan kaku, harold menginterpretasi dari suara stacy seperti menyukainya, dari setiap kata bahkan gesturnya. Jika Stacy mengatakan bahwa dia tidak bisa bertemu karena kelelahan atau sakit, harold menganggap itu sebagai penolakan dia. setelah beberapa bulan, Stacy memutuskan ia tidak bisa lagi menerima Harold dan hubungan mereka berakhir. Harold menganggap stacy tidak pernah benar-benar peduli terhadapnya.

DAFTAR PUSTAKA

Nolen, S.&Hoeksemana. Abnormal Psychology (4th edition). New York : Mc Graw Hill International Edition

Nevid, J.S; Rathus, S.A; Greene, B.A. (2000) . Abnormal Psychology In A Changing World (4th edition). New Jersey : Prentice Hall.

Davison, G.C. ; Neale. J.M. ; Kring, A.M. (2006). Psikologi Abnormal (Edisi ke-9). Jakarta : PT Rajagrafindo Persada.

James, N.B; Susan M, Jill, M.H (2008) Abnormal Psychology core concepts, Pearson Education USA.

Wiramihardja, S.A (2007)Pengantar Psikologi Abnormal,Bandung : PT Refika Aditama

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun