Mohon tunggu...
wiezkf
wiezkf Mohon Tunggu... Open Observer

Writing on what has already been written, reflecting and innovating. It is simply a hobby of an Open Scientist.! 😉😄☕

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Trush Hunt: Sore Ceria dengan Sampah dan Canda

23 Maret 2025   00:04 Diperbarui: 23 Maret 2025   00:06 219
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto: Suasana Sore di Pantai Sulamadaha dengan latar foto Tanjung Hol Sulamadaha dan Pulau Hiri (Sumber: dokpri/&wiekf_2025) 

"Di sebuah pantai yang damai, Della mengajak kedua adiknya Marsya dan Rifan menghabiskan sore bersama, menunggu waktu berbuka puasa. Namun, Della punya ide kreatif yang membuat ngabuburit mereka berbeda dan bermanfaat."

Sore yang Cerah di Pantai

Di suatu sore yang cerah, Della, seorang gadis penuh ide kreatif, sedang duduk di atas sebuah batu besar di Pantai Sulamadaha bersama kedua adiknya, Marsya dan Rifan.  

Matahari perlahan tenggelam di ufuk barat, menciptakan langit dengan semburat warna oranye dan merah yang indah. Sore itu adalah waktu yang pas untuk ngabuburit, kegiatan menunggu waktu berbuka puasa yang sudah jadi tradisi di banyak tempat.

Namun, bagi Della, ngabuburit bukan sekadar duduk santai sambil menunggu buka puasa. Della selalu punya cara untuk membuat momen-momen seperti ini jadi lebih seru dan bermakna. 

"Eh, gimana kalau kita bikin kegiatan yang nggak cuma nunggu buka aja, tapi juga bermanfaat buat lingkungan?" ucap Della, matanya berbinar-binar penuh ide. Marsya, yang biasanya langsung antusias, menatap kakaknya dengan bingung. "Kegiatan apa, Kak?" tanya Marsya.

Belum sempat Della menjawab, Rifan---si adik yang terkenal jahil---langsung menyela. "Iya, Kak Della, kalau mau bikin kegiatan, jangan cuma nunggu buka puasa, bikin juga kegiatan buat aku makan cemilan lebih banyak!" kata Rifan sambil tertawa nakal. 

Della hanya mendelik tajam, tapi kemudian menghela napas panjang. "Nanti kamu malah bikin rusuh, Rif," jawabnya. "Tapi ya sudah, aku punya ide."

Della mengeluarkan tas ranselnya yang selalu penuh dengan peralatan tak terduga. Dari dalam tas itu, ia mengeluarkan beberapa kantong sampah besar, sarung tangan, dan sendok panjang. "Kita bakal adakan lomba 'Trash Hunt'! Kegiatan seru sambil ngumpulin sampah," jelas Della dengan semangat. 

Rifan yang melihat ide kakaknya langsung menyeringai. "Lomba? Lomba ngejar sampah? Wah, seru nih. Tapi, gimana kalau aku malah cuma ngejar kalian berdua aja?" katanya sambil tertawa nakal.

Lomba 'Trash Hunt' Dimulai

Della hanya menggelengkan kepala, tapi ide itu berhasil membuat Marsya dan Rifan jadi penasaran. Mereka mulai berjalan menyusuri pantai, dengan kantong sampah di tangan. 

Rifan, tentu saja, bukan tipe yang cuma diam. Ia mulai berlari-lari kecil, melemparkan batu kecil ke arah kakaknya sambil berteriak, "Aku sudah dapet sampahnya! Eh, Kak Marsya, kamu kalah, deh!" 

Foto: Sebuah Lentera dibawah pohon pinggir Pantai (Sumber:Pixabay/LN_Photoart)
Foto: Sebuah Lentera dibawah pohon pinggir Pantai (Sumber:Pixabay/LN_Photoart)

Rifan pun mulai berusaha memanfaatkan segala cara untuk mengalahkan kedua kakaknya, entah itu mengumpulkan sampah dengan cara yang konyol atau pura-pura menemukan sampah di tempat yang jelas-jelas sudah bersih.

"Aduh, Rif, jangan ganggu kita dong," kata Della kesal, namun tak bisa menahan tawa melihat kejahilan adiknya. 

Sementara itu, Marsya yang sedikit lebih serius mulai memunguti sampah-sampah yang ada di sekitar pantai. "Lihat, Kak! Aku udah dapet dua botol plastik nih," katanya sambil senyum lebar. 

Penuh Keusilan Rifan

Rifan yang melihat itu langsung berlari kencang ke arah Marsya. "Tapi aku udah dapet lima!" serunya sambil tertawa nakal. Tanpa disadari, Rifan malah menyenggol Marsya, membuat sampah yang baru saja dikumpulkan Marsya jatuh ke tanah.

"Rifaaannn!" Marsya berteriak, wajahnya mulai memerah. "Eh, itu nggak sengaja! Kamu lihat kan, aku dapet lebih banyak dari kalian?" 

Rifan malah berpura-pura tersenyum innocent. "Tuh kan, Kak Marsya emang nggak hati-hati," katanya sambil berlari lagi menghindari amukan Marsya.

Della yang melihat kelakuan Rifan hanya bisa tertawa. "Ya sudah, kalian berdua jangan malah ribut! Fokus ke kegiatan ini, yuk!" Della berusaha menenangkan suasana, namun, tentu saja, Rifan terus melancarkan aksi kejahilannya. 

Foto: Sebuah Perahu bermesin di Bibir Pantai Sulamadaha dengan latar Pulau Hiri (Sumber: dokpri/&wiekf_2025)
Foto: Sebuah Perahu bermesin di Bibir Pantai Sulamadaha dengan latar Pulau Hiri (Sumber: dokpri/&wiekf_2025)

Saat Della dan Marsya sedang serius memunguti sampah, tiba-tiba Rifan datang dari belakang dan melemparkan pasir ke wajah kakaknya. "Itu kan cara tercepat buat nge-recycle, Kak!" kata Rifan sambil tertawa.

Menikmati Takjil

Meski terganggu, Della dan Marsya akhirnya nggak bisa menahan tawa. Keceriaan Rifan yang usil justru membuat kegiatan ini semakin seru. Mereka akhirnya berhasil mengumpulkan banyak sampah dalam waktu yang terbatas, dan dengan rasa puas, mereka duduk bersama di atas tikar sembari menikmati takjil yang sudah disiapkan.

"Kak , kamu nggak salah deh, bikin kegiatan ini. Sambil ngabuburit, kita bisa bantu lingkungan juga," kata Marsya sambil menggigit kurma. "Iya, Dik, meskipun Rif sempat gangguin kita terus, tapi seru juga, ya?" jawab Della sambil melihat Rifan yang masih sibuk mengumpulkan sisa-sisa sampah dan berlari-lari kecil.

Rifan yang sedang duduk sambil menyantap camilan langsung tersenyum nakal. "Ya, tapi inget ya, Kak, aku ini bintang lombanya. Tanpa aku, kegiatan ini nggak akan seru!" katanya, dan Della hanya bisa tertawa, tahu bahwa tanpa kejahilan Rifan, sore itu tidak akan seramai itu.

Di Pantai Sulamadaha, sore itu jadi penuh canda tawa, kebersihan, dan tentu saja, ide kreatif dari Della yang mengubah ngabuburit jadi lebih bermakna. Momen itu tak hanya membuat mereka lebih dekat, tetapi juga menyadarkan mereka akan pentingnya menjaga lingkungan---semua berkat sedikit kejahilan Rifan yang justru memberi warna dalam kegiatan mereka.

Epilog Cerita

Keceriaan, kebersihan, dan tawa mengisi sore itu. Meskipun Rifan kerap mengusili, kehadirannya memberi warna pada kegiatan mereka. Ngabuburit tak hanya menunggu waktu berbuka, tapi juga memberi manfaat bagi lingkungan dan kebersamaan. 

That's all from me today. See you in the next article! Thank you.

Sulamadaha - Ternate,  22 Ramadhan 1446 Hijriah/ 22 Maret 2025. 

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun